COWASJP.COM – Pemerintah melalui BNPB dan TNI telah mulai membangun hunian sementara (huntara) yang aman bagi warga terdampak bencana di Sumatera dan Aceh. Sebagian unit di Sumatera Barat sudah selesai dan ditempati oleh keluarga yang kehilangan rumah.
Data terbaru BNPB pada Jumat (19/12/2025) pukul 19.00 WIB menunjukkan, korban meninggal bertambah menjadi 1.072 jiwa – terbanyak di Kabupaten Agam. Jumlah pengungsi terus meningkat jadi 523,3 ribu orang.
Huntara di Padang Penuh Fasilitas, Sudah ditempati 79 Keluarga
Di Sumatera Barat, pembangunan huntara telah dimulai di lima kabupaten/kota dengan target 150 unit. Selesai dalam satu bulan. Yang paling menonjol adalah huntara di Kampung Nelayan, Kelurahan Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tengah, Kota Padang, yang menyediakan 80 unit berukuran 6x6 meter dengan dua kamar tidur.
Mak Wet menangis ketika menatap hunian sementara itu. Ia dan kedua anaknya adalah korban banjir bandang 28 November 2025 lalu. Rumahnya di Kampung Apa, Lubuk Minturun, beserta dua rumah saudaranya, hanyut terbawa arus.
"Setelah kejadian kami mengungsi ke Masjid Al Hijrah hampir dua pekan, sekarang di sini," kenang Mak Wet ketika diwawancarai Diskominfo Padang pada Kamis (18/12/2025).
Rumah yang ditempati Mak Wet cukup lengkap: tempat tidur spring bed di setiap kamar (bertingkat untuk anak), kursi tamu, meja makan sederhana, kipas angin, gorden jendela, dapur dengan kompor dan tabung gas, serta air sumur yang mengalir.
"Semuanya lengkap di sini, barangnya baru-baru," ujarnya.
Begitu juga dengan Dani, warga Batu Busuk, Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, yang rumahnya juga hanyut. Kawasan bekas tempat tinggalnya bahkan telah digaris merah pemerintah agar tidak dibangun lagi. Ia dan istri serta ketiga anaknya – termasuk yang paling kecil berusia dua bulan yang terluka dan terinfeksi saat di pengungsian – sangat antusias menempati huntara. "Di sini hanya kami sekeluarga, anak bisa diobati secara maksimal," ujar Dani.
Menurut Kepala UPTD Rusunawa dan Rusus Kota Padang, Angga Liberdo, hingga hari kedua dibukanya ( Kamis, 11/12/2025), sudah 79 keluarga yang menempati 80 unit rumah. Pada hari pertama (Rabu, 10/12/2025), 30 KK dari Koto Tangah datang, kemudian 38 KK dari Pauh dan 11 KK dari Kuranji.
"Rumah ini sudah disiapkan jauh-jauh hari, kelengkapan isi sudah seratus persen," ungkap Angga, yang menambahkan rencana membangun huntara lain di Rusunawa Lubuk Buaya.
Sebelumnya, Masrizal (warga Guo, Kuranji) dan Reni Suherni (warga Guo Kuning) juga mengaku nyaman di huntara, meskipun masih terasa asing. Reni berharap pemerintah segera membangun rumah baru, siap tinggal di mana pun.
Rencana Huntara di Aceh dan Sumut
Selain Sumatera Barat, pembangunan huntara juga direncanakan di Aceh dan Sumatera Utara. Di Aceh, pengecekan lokasi dilakukan di Nagan Raya dan Pidie. Di Sumatera Utara, lahan seluas 3 hektare di Sibolga telah ditetapkan. Sementara Tapanuli Tengah mengusulkan 4,5 hektare, serta masing-masing 1,5 hektare di Pinangsori dan Kecamatan Lumut.
Lokasi di Langkat dan Mandailing Natal masih dalam proses verifikasi status dan kesesuaian lahan. Semua lokasi dicek oleh BNPB untuk memastikan keamanan dari bencana serupa.
Selain pembangunan fisik, pemerintah juga menyalurkan Dana Tunggu Hunian (DTH) sebesar Rp 600 ribu per bulan per Kepala Keluarga (KK) bagi warga terdampak di Sumatera Barat. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menekankan penyaluran dana tergantung pada keaktifan pemerintah daerah dalam memverifikasi data.
Dalam konferensi pers di Aceh pada Kamis Abdul Muhari menjelaskan bahwa negara memasuki fase tanggap darurat tahap kedua. Selain fokus pada operasi pencarian dan penyelamatan (SAR), distribusi logistik, dan pembukaan akses juga mulai memasuki tahap pemulihan awal.
"Target utama adalah secepat mungkin membangun hunian sementara," katanya.
Data Korban Dan Kerusakan Terbaru (Jumat, 19/12/2025)
Berdasarkan rekapitulasi BNPB pukul 19.00 WIB, total korban meninggal mencapai 1.072 jiwa dengan 52 kabupaten/kota terdampak. Rincian per provinsi:
Sumatera Barat: 247 jiwa (terbanyak di Kab. Agam: 188 jiwa). Korban hilang: 84 orang, luka-luka: 382 orang, pengungsi: 4,3 ribu orang.
Sumatera Utara: 369 jiwa (terbanyak di Tapanuli Tengah: 132 jiwa, kemudian Tapanuli Selatan: 88 jiwa, Kota Sibolga: 54 jiwa). Korban hilang: 71 orang, luka-luka: 2,3 ribu orang, pengungsi: 15 ribu orang (utama di Tapanuli Tengah dan Selatan).
Aceh: 456 jiwa (terbanyak di Kab. Aceh Utara: 169 jiwa, kemudian Aceh Tamiang: 85 jiwa, Aceh Timur: 55 jiwa). Korban hilang: 31 orang, luka-luka: 4,3 ribu orang, pengungsi: 504 ribu orang.
Secara keseluruhan, jumlah korban hilang saat ini turun menjadi 186 orang. Sedangkan pengungsi terus bertambah menjadi 523,3 ribu orang. Total luka-luka mencapai 7 ribu orang.
147.236 Rumah Rusak
Kerusakan infrastruktur juga signifikan, antara lain: 147.236 unit rumah rusak (44.051 berat, 29.809 sedang, 73.376 ringan), 1,6 ribu fasilitas umum, 219 fasilitas kesehatan, 967 fasilitas pendidikan, 434 rumah ibadah, 290 gedung/kantor, dan 145 jembatan.
Bencana yang melanda Sumatera dan Aceh bukan hanya beban pemerintah, melainkan juga tanggung jawab bersama seluruh masyarakat Indonesia. Senyuman dan rasa lega warga yang sudah menempati huntara menjadi cahaya di tengah kegelapan, tetapi data kerusakan dan korban yang terus berkembang menunjukkan jalan menuju pemulihan penuh masih panjang.
Setiap bentuk kepedulian – baik melalui donasi logistik, dana, atau dukungan emosional – akan memberikan harapan bagi saudara-saudara kita yang sedang merintis hidup baru.
Mari kita satukan hati dan tangan untuk membantu mereka bangkit, memastikan tidak ada yang terlupakan dalam masa sulit ini.(*)