COWASJP.COM – Hingga Sabtu (13/12/2025) malam, total korban meninggal dunia akibat bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat mencapai 1.006 jiwa. Kabupaten Agam menjadi daerah dengan jumlah korban terbanyak.
Data ini diperbarui Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatin) BNPB melalui Dashboard Bencana Banjir dan Longsor Sumatera 2025, yang dipantau pada Minggu (14/12/2025) pukul 00.40 WIB.
Di tengah kesulitan, semangat gotong royong muncul dengan jelas — mulai dari pemerintah hingga lembaga swadaya masyarakat seperti Gerakan Pemuda Ansor yang menerobos lokasi terparah untuk memberikan bantuan.
Bulan Desember 2025 menjadi bulan yang menyakitkan bagi warga Sumatera. Setelah hujan intensitas tinggi yang berlangsung berhari-hari menimbulkan banjir dan tanah longsor skala besar di tiga provinsi.
Bencana ini tidak hanya merenggut nyawa banyak orang, tetapi juga merusak infrastruktur, mengusir ribuan warga dari rumah, dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun, di balik kegelapan musibah, terlihat cahaya harapan dari kerja sama antara pemerintah, petugas penanganan bencana, dan lembaga masyarakat. Mereka bekerja keras untuk memberikan pertolongan darurat dan memulai proses pemulihan.
Informasi terkini dari lapangan menunjukkan bahwa upaya penyelamatan, distribusi bantuan, dan pemulihan fasilitas terus berlanjut. Meskipun masih menghadapi kendala akibat kondisi medan yang sulit dan potensi cuaca ekstrem.
217 ORANG HILANG
Selain korban meninggal, BNPB juga mencatat sebanyak 217 orang dilaporkan hilang dan sekitar 5.400 orang mengalami luka-luka dengan tingkat keparahan yang beragam.
Jumlah pengungsi juga mencapai angka yang mengkhawatirkan, yakni 894.501 orang yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota.
Jumlah terbesar berada di Aceh Tamiang sebanyak 252.600 orang, diikuti Aceh Timur (238.500 orang), dan Aceh Utara (153.500 orang)— daerah yang juga menjadi titik fokus bantuan dari lembaga masyarakat.
Dampak bencana tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga kerusakan infrastruktur dalam skala besar. BNPB mencatat sedikitnya 1.200 fasilitas umum mengalami kerusakan. Antara lain 434 rumah ibadah, 219 fasilitas kesehatan, 290 gedung pemerintahan, 581 fasilitas pendidikan, serta 145 jembatan.
Kerusakan ini membuat akses ke daerah terdampak semakin sulit, sehingga mempersulit distribusi bantuan dan operasi penyelamatan.
Di lapangan, warga juga melaporkan masalah baru pascabencana, seperti kurangnya air bersih dan obat-obatan di lokasi pengungsian, terutama untuk yang mengalami sakit akibat kondisi lingkungan yang buruk.
Di tengah upaya penanganan darurat, Presiden RI Prabowo Subianto melakukan kunjungan langsung ke sejumlah wilayah terdampak di Aceh dan Sumatra Utara selama dua hari, Jumat–Sabtu (12–13/12/2025).
Beberapa daerah yang dikunjungi antara lain Aceh Tamiang, Takengon, dan Bener Meriah. Selama kunjungan tersebut, Presiden menegaskan bahwa pemerintah terus bekerja keras dalam penanganan darurat serta mengawal proses pemulihan pascabencana.
Kepala Negara memastikan pelayanan terhadap para pengungsi berjalan dengan baik, termasuk pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan dan layanan kesehatan.
Meski demikian, ia mengakui masih terdapat keterlambatan di beberapa tempat akibat kondisi alam dan medan yang berat.
“Saya cek ke lokasi pengungsian, kondisi mereka baik, pelayanan berjalan, dan suplai pangan cukup,” katanya.
Presiden juga meninjau wilayah yang sempat terisolasi akibat terputusnya akses jalan, seperti Takengon dan Bener Meriah.
Ia menyebut upaya pembukaan akses terus dilakukan secara maksimal oleh seluruh petugas di lapangan. “Di daerah yang paling terisolasi kita kerja keras membuka jalan. Untuk Bener Meriah, jembatan sudah mulai berfungsi,” ujarnya. Selain itu, jalur menuju Aceh Tamiang juga telah kembali tersambung sehingga distribusi bantuan logistik dapat berjalan lebih lancar.
Terkait pemulihan jaringan listrik, Presiden Prabowo menyebut proses tersebut masih menghadapi hambatan karena sebagian wilayah masih tergenang banjir. Namun, pemerintah menargetkan pemulihan secara bertahap dalam waktu sekitar satu pekan ke depan.
Presiden juga menyampaikan apresiasi atas ketegaran masyarakat di wilayah terdampak serta memastikan pemerintah telah menyiapkan langkah lanjutan, termasuk pembangunan hunian dan pemulihan layanan pendidikan.
“Anak-anak harus tetap tabah dan semangat. Kita akan bergerak cepat agar mereka bisa segera kembali bersekolah,” tegasnya.
Selain upaya pemerintah, peran lembaga swadaya masyarakat menjadi sangat menonjol di lapangan. Gerakan Pemuda Ansor Aceh, misalnya, terobos lokasi terparah banjir di Aceh Tamiang pada mulai Jumat 12-Minggu14 Des 2025 saat ini.
Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Aceh, H. Azwar A. Gani, bersama rombongan membawa bantuan amanah Pimpinan Pusat GP Ansor. Dan memimpin langsung aksi Banser Tanggap Bencana (Bagana) membersihkan rumah ibadah dan fasilitas pendidikan yang terendam lumpur.
“Kehadiran Ansor-Banser adalah khidmah. Kami datang bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga memastikan masjid dan tempat pendidikan kembali layak digunakan. Di tengah musibah, ibadah harus tetap berjalan dengan nyaman,” ujar Azwar.
Sejak pagi, personel Bagana Banser menyisir titik-titik terdampak, membersihkan lumpur yang mengendap di lantai masjid, tempat wudu, dan halaman secara gotong royong dengan berbagai peralatan kebersihan.
Bersamaan itu, bantuan kebutuhan dasar seperti makanan siap saji, perlengkapan kebersihan, dan barang pokok lainnya disalurkan kepada warga yang bertahan di pengungsian maupun rumah-rumah sekitar.
Azwar menegaskan bahwa banjir di Aceh Tamiang bukan sekadar bencana fisik, melainkan juga ujian ketahanan sosial dan spiritual. Makanya pemulihan fasilitas ibadah menjadi prioritas utama. “Masjid adalah pusat penguatan umat. Membersihkannya pascabencana merupakan bagian dari ikhtiar menjaga ruh kebersamaan,” katanya.
Di Kabupaten Agam, yang menjadi daerah dengan korban terbanyak, PCNU Agam bahkan menggunakan kapal untuk salurkan bantuan ke warga yang terisolasi akibat terputusnya akses darat.
Ketua PC GP Ansor Aceh Tamiang, Adi Syahputra, menyampaikan bahwa personel Bagana bekerja dengan prinsip keselamatan dan pelayanan. “Kami bergerak cepat, rapi, dan kolaboratif. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Membersihkan masjid adalah khidmah yang menenangkan,” ujarnya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk saling menguatkan dan menghindari penimbunan bantuan.
“Bencana boleh datang, tetapi kepedulian tidak boleh surut. Ansor-Banser akan terus hadir bersama rakyat, dari lumpur hingga mihrab,” tambahnya.
Kehadiran mereka mendapat sambutan hangat — seorang imam masjid di Kecamatan Karang Baru bahkan menyatakan, “Masjid kami penuh lumpur. Kehadiran Banser sangat membantu. Jamaah kini bisa kembali beribadah dengan tenang,” ungkap Imam.
Informasi terkini Minggu (14/12/2025) menunjukkan bahwa upaya pemulihan terus berlanjut. BMKG melakukan rekayasa cuaca di Sumatera Barat untuk mengatasi cuaca ekstrem yang diperkirakan masih berlangsung hingga siang hari.
Sementara itu, Padang Panjang telah mengakhiri masa tanggap darurat dan beralih ke tahap pemulihan. Di sisi lain, perbaikan jalan Lembah Anai di Sumatra Barat masih dalam proses dan mobil serta truk dilarang melintas.
Palang Merah Indonesia (PMI) Sumatera Barat juga menyalurkan bantuan dari donatur seperti Fobio Group dan komunitas Tag Eh Bajalan ke Kabupaten Pesisir Selatan, lengkap dengan pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat-obatan gratis.
Menteri Agama KH Nasruddin Umar juga menegaskan bahwa logistik hingga pemulihan rumah ibadah menjadi prioritas pasca bencana.
Bencana yang menimpa Sumatera adalah cobaan yang berat, tetapi ia juga menunjukkan kekuatan persatuan dan ketegaran yang luar biasa dari masyarakat Indonesia.
Tim relawan Ansor dan Banser mengirim makanan siap saji lewat dikerek dari seberang sungai. (FOTO: Istimewa)
Setiap upaya dari pemerintah, petugas, donatur, dan lembaga masyarakat adalah langkah berharga menuju pemulihan.
Jangan biarkan kesedihan mematahkan semangat -- bersama-sama kita bisa membangun kembali rumah, kehidupan, dan harapan. Tabahlah, warga Sumatera, karena di balik kegelapan pasti ada cahaya yang akan menyinari jalan pulang kita.
Untuk masa depan, ada beberapa masukan yang perlu diperhatikan!
Pertama, perkuat sistem peringatan dini agar bencana sebesar ini dapat dicegah atau dampaknya diminimalkan.
Kedua, tingkatkan kerjasama antara pemerintah dan lembaga masyarakat untuk distribusi bantuan yang lebih tepat sasaran.
Ketiga, prioritaskan pemulihan infrastruktur yang vital seperti air bersih, kesehatan, dan pendidikan agar kehidupan warga bisa pulih dengan cepat. Dengan itu, kita tidak hanya mengatasi musibah saat ini, tetapi juga menyiapkan ketahanan yang lebih kuat untuk masa depan.(*)