Di Tengah Perselisihan Internal, Pleno PBNU Menetapkan KH Zulfa Mustofa, sebagai Pj Ketua Umum

Pj Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa (kiri). (FOTO: okezone.com)

COWASJP.COM – Perselisihan internal di lingkaran tertinggi Nahdlatul Ulama (PBNU) telah menarik perhatian publik belakangan ini. Yang membagi pimpinan organisasi Islam terbesar di Indonesia ini menjadi dua kubu utama: Kubu Keramat dan Kubu Sultan.

Peristiwa terbaru yang menjadi sorotan adalah rapat pleno yang diadakan oleh Kubu Sultan di Hotel Sultan, Jakarta, pada Selasa (9/12/2025). Yang menghasilkan penetapan pengganti Ketua Umum (Ketum) PBNU setelah pengabdian KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) selama empat tahun.

Pada saat itu Rais Syuriyah Pengurus Besar PBNU Prof M Nuh mengumumkan secara resmi bahwa KH Zulfa Mustofa menjadi Penjabat (Pj) Ketua Umum PBNU.

 "Penetapan Penjabat Ketua Umum PBNU masa bakti sisa sekarang yaitu yang mulia beliau KH Zulfa Mustofa. Oleh karena itu beliau akan memimpin PBNU sebagai Penjabat Ketua Umum melaksanakan tugas-tugasnya sampai Muktamar," ujarnya saat jumpa pers. 

Prof Nuh juga menjelaskan bahwa Muktamar ke-35 nanti tidak akan dimajukan. Tetapi disesuaikan kembali ke siklus semula. 

"Sebelum hari Raya Haji sudah dilakukan (Muktamar ke-35)," katanya. Ditambahkan bahwa Muktamar Ke-34 NU di Lambung tahun 2021 terhitung paling lambat satu tahun dari semestinya karena pandemi Covid-19.

kusnin1.jpgSuasana Rapat Pleno PBNU di Hotel Pangeran Jakarta. (FOTO: Istimewa)

Sebelum rapat berlangsung, Katib Syuriyah PBNU Sarmidi Husna mengungkapkan terdapat dua calon Pj Ketum dari Kubu Sultan, yakni KH Zulfa Mustofa dan Prof Nizar Ali. Namun, dalam rapat pleno yang tertutup, keputusan akhirnya jatuh pada Kiai Zulfa. 

Selama acara tersebut, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Gus Yahya atas pengabdiannya selama empat tahun terakhir.

 "Terima kasih kepada KH Yahya Cholil Staquf yang sudah menuangkan pemikiran selama empat tahun, kita masih saudara. Mudah-mudahan ada perbaikan untuk muktamar yang akan datang," terangnya.

Pj Ketum PBNU dari Kubu Sultan KH Zulfa Mustofa sendiri bertekad akan menjalankan amanah yang diputuskan dalam rapat pleno dengan semangat penyelesaian.

 "Malam ini sebagaimana kita semua ketahui rapat pleno telah menetapkan alfaqir, menetapkan diri saya sebagai Penjabat Ketua Umum," ujarnya pada sambutan.

 "Saya juga menyampaikan, tidak mau menjadi bagian konflik masa lalu. Tapi saya ingin menjadi solusi jam'iyyah ini di masa depan. Saya mengajak pengurus NU, mari kita bersatu kembali di rumah besar ini," tambahnya.

Sementara pada Minggu sebelum rapat pleno Kubu Sultan, Kubu Keramat telah mengadakan rapat terbatas di Markas Besar PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta. Kubu Keramat menyatakan penolakan terhadap upaya perubahan kepemimpinan sebelum masa bakti berakhir.

Beberapa tokoh senior dari Kubu Keramat juga mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa kepemimpinan Gus Yahya masih sah dan harus dihormati sampai Muktamar resmi diadakan.

Setelah pengumuman penetapan KH Zulfa Mustofa, KH Yahya Cholil Staquf sendiri memberikan reaksi yang tenang. Dalam keterangan singkat yang disebarkan oleh stafnya, Gus Yahya menyatakan bahwa ia menghormati setiap keputusan yang diambil dalam rangka kepentingan NU. Namun tetap menegaskan bahwa proses kepemimpinan harus sesuai dengan adiluhungnya azas-azas NU. 

Selain itu, beberapa tokoh lainnya dari Kubu Keramat, seperti KH Ma'ruf Amin dan KH Said Aqil Siradj, juga mengeluarkan pernyataan yang menekankan pentingnya kesatuan NU. "Kita tidak boleh biarkan konflik kepemimpinan memecah belah umat. Semua pihak harus bersikap bijak dan mencari solusi yang menyatukan, bukan memecah," ujar KH Said Aqil Siradj.

Di tengah diskusi tentang dinamika internal PBNU, Menteri Agama RI, Prof KH Nasaruddin Umar, yang hadir dalam kapasitasnya sebagai Wakil Rais Syuriah PBNU, mengungkap pendiriannya. Beliau menekankan netralitas pemerintah sambil menyampaikan harapan akan kesatuan dalam organisasi tersebut.

 "Saya katakan, NU selalu punya cara untuk menyelesaikan persoalannya sendiri. Makanya tuh, pemerintah tidak terlibat untuk mengurus urusan internal NU, apalagi PBNU. Saya datang ke sini sebagai Wakil Rais Syuriah," ujarnya setelah acara tersebut. 

Dia berharap keputusan pleno bisa menjadi solusi bagi situasi internal PBNU, dan percaya beban bangsa dan umat akan lebih ringan jika organisasi Islam – termasuk PBNU – tetap utuh.

 "Karena itu, insyaallah ke depan beban-beban kebangsaan dan keumatan kita bisa lebih ringan dengan terjadinya keutuhan ormas Islam, termasuk keutuhan organisasi Islam terbesar di dunia yaitu NU," pungkasnya.

 Dalam perjalanan setiap organisasi, momen perubahan tak terhindarkan. Namun ia juga menyimpan potensi untuk memperkuat kesatuan dan memperbarui tujuan. 

Bagi warga NU yang tersebar di seluruh Nusantara dan dunia, harapan dan motivasi yang terbesar adalah melihat organisasi yang mereka cintai kembali bersatu di bawah naungan "rumah besar" yang sama. 

Mereka berharap bahwa kedua kubu bisa meletakkan kepentingan umat dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok, menjunjung tinggi toleransi, moderasi, dan semangat wasathiyah yang menjadi ciri khas NU. 

Dengan kesatuan yang terjaga, warga NU yakin PBNU akan tetap mampu melayani masyarakat, berkontribusi pada kemajuan Indonesia, dan menjadi teladan organisasi Islam yang damai dan progresif di kancah internasional.(*)

Pewarta : Imam Kusnin Ahmad
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda