COWASJP.COM – Malam-malam terakhir di berbagai pelosok Sumatra menjadi malam yang penuh tangis. Banjir dan longsor melanda dengan kecepatan menakutkan, merendam permukiman, merobohkan jembatan, dan memisahkan keluarga.
Data terbaru dari BNPB yang dirilis Rabu (3/12/2025) mencatat angka yang menyayat hati: 708 jiwa terkorban meninggal dan 499 orang hilang.
Di tengah krisis ini, Presiden Prabowo Subianto langsung turun ke lapangan. Menegaskan prioritas pengiriman bantuan ke wilayah terisolasi. Namun, bantuan pemerintah tidak cukup: kita, warga negara, harus turut berperan dalam memberikan harapan kepada saudara-saudara yang menderita.
Pada Senin 1/12/2025 Presiden Prabowo Subianto melakukan peninjauan langsung ke beberapa wilayah terdampak di Sumatera, mulai dari Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Padang Pariaman, hingga Aceh Tenggara.
PRIORITASKAN DAERAH YANG BELUM TERJANGKAU
Usai mendarat di Bandara Raja Sisingamangaraja XII, Tapanuli Utara, Kepala Negara segera menyampaikan bahwa pemerintah memprioritaskan percepatan bantuan ke daerah yang belum terjangkau darat.
“Kita sekarang prioritas bagaimana bisa segera kirim bantuan. Terutama BBM yang sangat penting. Ada beberapa desa yang terisolasi, insyaallah kita bisa tembus,” ujarnya.
Untuk itu, berbagai armada udara mulai dari helikopter hingga pesawat Hercules dikerahkan. Presiden juga mengapresiasi respons sigap BNPB, TNI, Polri, dan instansi terkait yang bekerja keras sejak awal kejadian.
Di Tapanuli Tengah, Presiden mengunjungi posko pengungsian di GOR Pandan, memeriksa dapur umum dan posko kesehatan. Dia menjelaskan bahwa masalah suplai BBM mulai teratasi dengan kapal besar yang merapat di Pelabuhan Sibolga, serta dukungan pesawat Hercules.
“Kita hadapi musibah ini dengan tabah dan solidaritas,” tegasnya.
Presiden Prabowo Subianto menyalami warga terdampak banjir bandang. (FOTO: Istimewa)
Perjalanan diteruskan ke Padang Pariaman, Sumatera Barat. Di posko pengungsian Perumahan Kasai Permai, Presiden mendengar langsung keluhan warga dan memastikan pemulihan jaringan listrik, air bersih, dan perbaikan jembatan menjadi prioritas.
“Jembatan-jembatan, rumah-rumah yang rusak atau hanyut akan kita bantu,” katanya, sambil menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan anggota.
Di Aceh Tenggara, suasana haru menyelimuti posko pengungsian di Desa Bambel Baru, di mana sedikitnya 4.080 warga mengungsi. Presiden berjalan kaki menyapa warga satu per satu, mendengarkan kebutuhan mereka yang kesulitan akses layanan dasar.
Dia juga meninjau lokasi kerusakan Jembatan Pante Dona – salah satu akses utama yang putus total, menyebabkan ribuan warga terisolasi.
Di sana, Presiden menegaskan bahwa rekonstruksi jembatan permanen akan diprioritaskan agar ekonomi masyarakat segera pulih.
Selama peninjauan, Presiden juga menyoroti pentingnya kesiapsiagaan menghadapi perubahan iklim yang makin nyata.
“Pemerintahan harus benar-benar berfungsi menjaga lingkungan dan antisipasi kondisi di masa depan,” tandasnya.
Data terbaru dari Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam konferensi pers Rabu (3/12/2025) mengungkapkan perkembangan korban yang semakin memburuk.
Rinciannya: Sumatera Utara 294 jiwa meninggal dan 155 hilang; Aceh 218 jiwa meninggal dan 227 hilang; serta Sumatera Barat 196 jiwa meninggal dan 117 hilang.
Kabupaten paling terdampak di Sumut adalah Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga, dan Tapanuli Utara.
Untuk menangani distribusi bantuan, BNPB menggunakan tiga moda transportasi di Sumut: 6 truk dengan 15 ton logistik via darat, 100 ton beras yang akan tiba di Sibolga via laut, dan 7 unit helikopter di Silangit yang akan ditambah 3 unit milik TNI dan 4 unit BNPB via udara.
“Jalur udara penting untuk daerah yang tidak bisa ditempuh darat, meskipun tonasinya hanya 800 kg hingga 1,5 ton,” kata Abdul Muhari.
Targetnya, pengerahan hingga 30 unit helikopter dan pesawat caravan dengan menambah frekuensi penerbangan.
Kehadiran Presiden di tengah krisis menunjukkan komitmen pemerintah, tetapi kita tidak boleh hanya menunggu bantuan dari negara. Setiap warga memiliki peran penting untuk membantu korban.
Mulailah dari hal kecil: mengumpulkan makanan, pakaian, atau obat-obatan; berbagi informasi dengan benar agar tidak ada hoaks yang membingungkan; atau bahkan hanya berdoa untuk keselamatan mereka.
Musibah ini bukan masalah satu daerah, melainkan masalah seluruh bangsa.
Bersama-sama, kita bisa memberikan kekuatan dan harapan kepada saudara-saudara yang sedang menderita. Mari kita bangun semula yang hancur, bersama-sama, tanpa memandang batas.(*)