COWASJP.COM – Di tengah duka mendalam akibat Tragedi Al Khoziny, santri bangkit dengan semangat yang tak tergoyahkan. Membawa ghiroh perjuangan demi menjaga kemerdekaan Indonesia dan membangun peradaban mulia.
Hari Santri 2025 (22 Oktober) mengajak seluruh santri untuk terus menjadi pelita umat. Menjaga keutuhan bangsa, dan berupaya menghadirkan masa depan penuh harapan, walau dihadapkan dengan musibah dan tantangan.
Tema Hari Santri 2025, "Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Mulia." Hal ini menegaskan bahwa peran santri tidak pernah surut meski menghadapi kesedihan dan musibah besar seperti Tragedi Al Khoziny.
Rasa berkabung adalah hal wajar, namun semangat dan ghiroh perjuangan harus terus menyala. Inilah wujud tanggung jawab menjaga kemerdekaan dan membangun masa depan bangsa.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 286:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Ayat ini menguatkan hati santri agar tetap tabah dan istiqamah dalam perjuangan, sesuai kemampuan dan ikhtiar masing-masing.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak menilai jasad dan rupa kalian, tetapi Allah menilai hati dan amalan kalian." (HR. Muslim)
Hadits ini mengingatkan santri agar memfokuskan perjuangan pada niat luhur dan amal nyata, bukan hanya penampilan lahiriah.
KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengingatkan, "Santri harus menjadi pelita umat dan penjaga nilai moral dalam kehidupan berbangsa."
Prof. Quraish Shihab juga menegaskan pentingnya keseimbangan dalam Islam, termasuk pelestarian lingkungan sebagai bagian dari keberkahan hidup.
Dalam konteks kekinian, santri didorong untuk menguatkan lima aspek penting:
1.Pendidikan karakter yang kokoh untuk membentuk pribadi mulia dengan iman dan akhlak luhur.
2.Pemanfaatan teknologi dan inovasi sebagai motor penggerak perubahan positif dalam berbagai bidang.
3.Penguatan solidaritas dan gotong royong demi menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.
4.Kepedulian terhadap sosial dan lingkungan sejalan dengan nilai ekoteologi dalam Islam.
5.Mengambil pelajaran dari tragedi untuk memperkuat kesadaran dan memperkokoh persatuan demi kemajuan bangsa.
Para ulama dan akademisi seperti KH. Hasyim Muzadi dan Prof. Quraish Shihab menegaskan bahwa menjaga alam dan lingkungan adalah bagian dari ibadah dan amanah. Yang harus dijalankan santri demi keberlanjutan peradaban.
Rasa berkabung dan duka harus menjadi pemacu untuk bangkit lebih kuat. Menebar manfaat, dan terus mengawal Indonesia merdeka menuju peradaban mulia.
Semangat santri adalah harapan bangsa, cahaya yang menerangi gelap dan tantangan. Serta tonggak utama dalam membangun masa depan yang bermartabat dan beradab.
Wallahu a’lam bishawab.(*)
Penulis adalah jurnalis alumnus Ponpes Raudlatul Ulum Kencong, Kediri. Dan Eks Kasat Korwil Banser Jatim dan Eks Kaprovost Nasional Banser.