JATMAN NU: Merajut Spiritualitas dan Kebangsaan Selama 68 Tahun

Foto: Istimewa

COWASJP.COM – Pada 10 Oktober 2025, Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN) merayakan ulang tahunnya yang ke-68, menegaskan peran sentralnya dalam mempertahankan tradisi dan menyesuaikan diri dengan dinamika zaman modern. 

Sejak berdirinya pada 17 Rabiul Awal 1377 H/10 Oktober 1957 di Tegalrejo, Magelang, JATMAN telah menjadi rumah bagi pengamal tarekat muktabarah yang menjaga sanad suci dan mengimplementasikan ajaran tasawuf Ahlussunnah wal Jamaah di bawah naungan NU.

Berakar dari tradisi pesantren Nusantara, JATMAN lahir untuk menyatukan berbagai tarekat sahih dengan pijakan kuat pada nilai keagamaan dan kebangsaan. 

Lebih dari sekadar komunitas spiritual, JATMAN menjadi semangat kebersamaan yang merawat tradisi dzikir, ilmu, dan akhlak moderat serta inklusif, sekaligus mengokohkan ukhuwah Islamiyah dan nasionalisme. 

Meski melewati dinamika kepemimpinan dan munculnya organisasi tandingan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tetap mengukuhkan JATMAN sebagai satu-satunya badan otonom NU yang sah di bidang tarekat.

Di bawah kepemimpinan KH Achmad Chalwani dan Prof. KH Ali Masykur Musa sejak 2024, JATMAN terus memperkuat fokus pembinaan spiritual dan pengabdian sosial, menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman sambil tetap menjaga akar tradisi yang kokoh.

Sejarah dan Jejak Spiritual yang Kokoh

JATMAN didirikan oleh para kyai alim dan mursyid ahli pada tahun 1957 sebagai wadah pengikat tarekat muktabarah dengan prinsip jelas dan sanad yang terpelihara. 

Tokoh pendiri seperti KH Muslih Abdurrohman dan KH Nawawi Berjan meletakkan fondasi kuat untuk kelestarian tarekat NU sesuai khittah Ahlussunnah wal Jamaah. 

Pengakuan resmi PBNU pada 1979 mengangkat JATMAN bukan hanya sebagai simbol spiritual, tetapi juga institusi utama dalam membina pelaku tarekat secara sosial dan keagamaan. 

Kepemimpinan KH Achmad Chalwani dan Prof. Ali Masykur Musa melanjutkan komitmen agar JATMAN tetap relevan menghadapi tantangan modern.

Dinamika Kepemimpinan dan Komitmen Regenerasi

Selama lebih dari dua dekade, kepemimpinan Habib Lutfi bin Yahya membawa pengaruh besar sekaligus tantangan.Karena penolakannya terhadap proses regenerasi memicu terbentuknya organisasi tandingan bernama Jatma Aswaja. Namun, PBNU dengan tegas mempertahankan JATMAN di bawah pimpinan KH Chalwani dan Prof Ali Masykur sebagai badan otonom resmi, menjaga kesinambungan tarekat dalam lingkaran NU.

Duet pimpinan ini membawa semangat baru dengan menghidupkan kembali spiritualitas tarekat melalui penekanan pada sanad bersih, akhlak mulia, serta pengabdian nyata kepada umat dan bangsa dalam era modern.

Harlah Ke-68: Refleksi dan Harapan Menyongsong Masa Depan

Peringatan ulang tahun ke-68 JATMAN bukan sekadar perayaan, melainkan momentum refleksi perjalanan panjang penuh keberkahan sekaligus ajang penguatan visi dan misi ke depan. 

Di berbagai penjuru Nusantara, tradisi dzikir, pengajian, pelatihan spiritual, dan pengabdian sosial menjadi motor penggerak pembangunan umat.

Di tengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi, JATMAN setia menanamkan nilai moderasi, keikhlasan, dan pengabdian agar pengamal tarekat tumbuh sebagai pribadi bijak, kuat, dan peduli.

Menyulam Harmoni Tradisi dan Inovasi

Kini, JATMAN menjadi mercusuar spiritual yang menyatukan harmoni antara tradisi tarekat dan tuntutan zaman. Di bawah kepemimpinan KH Achmad Chalwani dan Prof. Ali Masykur Musa, JATMAN terus bergerak maju membawa warisan suci ini sebagai cahaya penuntun generasi sekarang dan mendatang.

JATMAN NU bukan sekadar simbol warisan spiritual, tetapi juga manifestasi nyata merajut spiritualitas dan kebangsaan yang paripurna, membimbing umat Indonesia menuju masa depan penuh berkah dan harmoni.(*) 

Penulis adalah santri Thariqah Qodiriyah Naqsabandiyah, Ponpes Raudlatul Ulum Kencong Kediri Jawa Timur.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda