Tragedi Al Khoziny Memicu Solidaritas dan Semangat Membangun Peradaban dan Pendidikan Santri yang Lebih Unggul

Upaya penyelamatan para korban tragedi robohnya gedung Ponpes Al Khoziny. (FOTO: kompas.com)

COWASJP.COM – Peristiwa tragis robohnya musalla di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, merupakan duka mendalam bagi keluarga, pesantren, dan bangsa Indonesia. 

Namun, di balik kesedihan itu tersimpan hikmah besar yang menjadi pijakan untuk membangun peradaban dan pendidikan yang lebih tangguh. Dan bermartabat bagi para santri sebagai tunas bangsa. 

BACA JUGA: Rekonsiliasi dan Inovasi: PWI Mengokohkan Pers Indonesia di Zaman Transformasi​

Pesantren bukan hanya lembaga pendidikan agama tertua di Nusantara. Tetapi juga sumber nilai gotong royong, kemandirian, dan karakter. Keterlibatan santri dalam pembangunan fasilitas pesantren adalah manifestasi nyata semangat kebersamaan. 

Oleh karenanya, tragedi ini menjadi momentum evaluasi dan pembelajaran bersama tanpa saling menyalahkan pihak manapun. Para santri adalah aset bangsa yang harus terus didorong semangat belajarnya.

BACA JUGA: Reruntuhan Duka Ponpes Al-Khoziny: 67 Nyawa Melayang, Bangsa Terperangah dalam Kesedihan Tak Terperi​

 KH  Ahmad Mustofa Bisri menegaskan, “Ilmu adalah cahaya yang harus terus menyala dan santri adalah penerusnya.” Pendidikan berkualitas yang membentuk karakter unggul adalah modal utama membangun masa depan bangsa.

HARUS MEMATUHI STANDAR KESELAMATAN

Menteri Agama Prof KH Nasaruddin Umar secara langsung meninjau ponpes terdampak, menyampaikan duka dan memberikan bantuan signifikan. Sekaligus menegaskan perlunya regulasi ketat agar pembangunan pesantren harus mematuhi standar keselamatan konstruksi. 

Menurut beliau, pengalaman pahit ini menjadi momen pembelajaran penting agar kejadian serupa tidak terulang. Dan, pesantren tetap menjadi pusat peradaban Islam yang aman dan berkualitas.

Menko Pemberdayaan Manusia, H. Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Menteri Sosial H. Saifullah Yusuf, Menko ATR/BPN Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), serta tokoh legislatif seperti Latif turut menguatkan dukungan bagi keluarga korban. Para beliau menegaskan komitmen pemerintah dalam memberikan perlindungan sosial, perbaikan regulasi, dan penguatan fasilitas pendidikan keagamaan.

Kehadiran Gus Ipul, Menteri Sosial dan mantan Wakil Gubernur Jawa Timur, juga memberikan penguatan moril dengan menyatakan, “Dalam masa sulit ini, kita harus bersama, bersabar, dan terus menguatkan diri agar bisa bangkit kembali dengan semangat baru dan optimisme. 

Dalam aspek teknis konstruksi, pakar teknik sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr. Ir. Mudji Irmawan, MT, memberikan analisis penting. Ia menekankan bahwa kegagalan bangunan bermula dari kelalaian manusia dalam perencanaan dan pengawasan teknis. 

Pembangunan yang dilakukan secara bertahap tanpa perhitungan ulang kekuatan struktur, menimbulkan risiko besar. 

Ia juga menegaskan pentingnya penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847 tentang perencanaan beton bertulang sebagai margin keamanan utama dalam konstruksi bangunan. 

ITS SIAP BERIKAN KONSULTASI GRATIS

ITS siap memberikan konsultasi teknis gratis agar pesantren dan lembaga lain bisa memastikan keamanan bangunannya secara profesional.

Penanganan bencana melibatkan kerja sama harmonis antara Basarnas, BNPB, TNI, Polri, tim medis, dokter, ahli forensik, serta relawan. Mereka bersatu padu melakukan evakuasi dan perawatan intensif di rumah sakit-rumah sakit rujukan, seperti RSUD Sidoarjo, RSI Siti Hajar, RS Delta Surya, RS Bhayangkara Polda Jatim, dan RS Bhayangkara Pusdik Porong. 

Pemerintah memastikan untuk menanggung penuh seluruh biaya perawatan dan dukungan psikososial. 

Peran media massa sangat vital dalam menyebarkan informasi akurat dan transparan, sehingga dukungan moral dan material masyarakat mengalir deras. 

Di lapangan, Satgas Nahdlatul Ulama dan Banser GP Ansor menjadi katalisator yang menguatkan koordinasi antara orang tua korban, aparat keamanan, serta menyediakan pelayanan sosial dan bantuan langsung.

Lebih jauh, NU melalui berbagai inisiatif sudah menyiapkan pesantren tanggap bencana Yang dilengkapi modul edukasi kesiapsiagaan dan simulasi tanggap darurat, sebagai upaya mitigasi risiko dan penguatan komunitas pesantren.

Mari kita dukung para santri dengan semangat belajar tinggi dan terus mengaji, menjadikan mereka tunas unggulan yang membawa kemajuan bagi agama, bangsa, dan negara. 

Tragedi Al Khoziny mengingatkan bahwa membangun pendidikan adalah membangun karakter kuat dan jiwa tangguh. 

Sinergi ulama, umara, pejabat pemerintah, tenaga medis, media, ormas, dan masyarakat menjadi fondasi kokoh pendidikan pesantren. Sebagai mercusuar peradaban dan pilar kemajuan bangsa menuju masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda