COWASJP.COM – Di balik duka mendalam akibat runtuhnya mushala Pesantren Al-Khoziny Buduran pada akhir September 2025, muncul kisah keikhlasan yang menginspirasi.
Beberapa wali santri penyintas memilih mengembalikan santunan yang diberikan kepada mereka, demi pembangunan kembali mushalla yang roboh. Tindakan mereka menjadi simbol kuat solidaritas dan harapan membangun masa depan pesantren serta generasi muda yang sedang menimba ilmu.
Santunan itu diserahkan secara simbolis oleh Dewan Pengasuh Pesantren Al-Khoziny, KHR Muhammad Ubaidillah Mujib atau Kiai Mamad, kepada keluarga almarhum Moch Agus Ubaidillah dari Surabaya.
Dengan penuh haru, Kiai Mamad menyampaikan, “Kami berduka cita sedalam-dalamnya. Semoga almarhum husnul khatimah, karena meninggal dalam keadaan salat dan menuntut ilmu. Ini merupakan kehilangan yang besar bagi kita semua.Namun semangatnya akan terus menginspirasi," ujar Kiai Mamad.
Yang lebih menyentuh adalah sikap ikhlas keluarga korban. Saat santunan diserahkan, Ustadz Achmad Faiq, ayah Moch Agus, dengan lapang dada mengembalikan seluruh santunan tersebut. “Kami ridho menerima takdir Allah. Dana ini kami kembalikan agar digunakan untuk membangun kembali mushalla dan mendukung kelanggengan pendidikan pesantren,” ujarnya tulus.
Seorang santri saksi mata turut berbagi, “Melihat keluarga korban mengembalikan santunan memberikan pelajaran berharga tentang keikhlasan dan semangat bangkit bersama. Pesantren kami bukan hanya tempat belajar, tapi juga rumah persaudaraan dan solidaritas.
”Ikatan batin semakin kuat karena Moch Agus sudah mondok lebih dari dua tahun di Pesantren Al-Khoziny, dan saat ini dua putranya masih aktif menuntut ilmu di sana, menggambarkan kedalaman hubungan keluarga dengan pesantren.
BACA JUGA: Update Terbaru Tragedi Musalla Ponpes Al-Khoziny, 14 Meninggal, 103 Selamat, 49 Masih Dicari
Sikap ikhlas yang sama juga ditunjukkan wali santri dari almarhum Muhammad Sholeh bin Abdurrahman asal Kepulauan Bangka, yang mengembalikan santunan dan biaya pemulangan jenazah. “Ini bukan soal materi, tapi bentuk dukungan dan semangat membangun kembali pesantren,” kata DR HM Qoderi, anggota Satgas Musibah PWNU Jawa Timur.
Ia menambahkan, “Pengembalian santunan ini memperlihatkan solidaritas yang memperkuat pesantren dalam masa sulit.
”Satgas Musibah juga mendirikan empat posko utama untuk mendukung evakuasi, perawatan, dan kepengurusan jenazah, dengan koordinasi bersama PCNU Surabaya agar keluarga korban mendapat pelayanan terbaik.
BACA JUGA: TNI: Pilar Kedaulatan dan Pilar Perdamaian Dunia:
Hingga Sabtu (4/10), laporan Basarnas mencatat 14 korban meninggal dunia, puluhan luka-luka, dan belasan orang masih dalam pencarian.
Musibah ini mengingatkan pentingnya kebersamaan dan kepedulian dalam menghadapi cobaan.
Kisah keikhlasan ini mengajarkan kita bahwa dari duka yang mendalam lahir kekuatan dan harapan.
Pesantren Al-Khoziny dan keluarganya memberikan contoh nyata tentang cinta, kesabaran, dan solidaritas.
Semoga semangat ini menginspirasi kita semua untuk terus menjunjung nilai kemanusiaan dan persatuan bangsa. (*)