COWASJP.COM – Sebagai wujud rasa syukur sekaligus keprihatinan atas kondisi air yang semakin menurun kualitasnya akibat aktivitas tambang pasir di kawasan hulu.
Ratusan petani dari empat kecamatan di Kabupaten Blitar menggelar tradisi slametan metri seribu takir di hulu sumber mata air Kaliputih, Desa Slorok, Selasa 23 September 2025.
Acara berlangsung di jalan penghubung Kecamatan Garum dan Gandusari. Hajatan itu dihadiri sejumlah tokoh penting, antara lain Bupati Blitar Rijanto, Ketua Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur Dr. Ari Purnomo Adi, anggota DPRD, serta para penggiat lingkungan. Para petani membawa takir berisi makanan, yang kemudian didoakan tokoh agama sebelum disantap bersama di lokasi acara.
Ketua panitia metri Dawuhan, Supriono, menjelaskan bahwa hulu Sungai Kaliputih menjadi sumber utama pengairan bagi lahan pertanian di Kecamatan Garum, Talun, Gandusari, dan Kanigoro. Tradisi slametan ini juga menandai dimulainya sistem gilir air untuk sawah di musim kemarau.
“Debit air sudah mulai menyusut dan keruh, sehingga perlu diatur pembagiannya. Metri seribu takir ini menjadi tasyakuran sekaligus tanda buka gilir air,” ungkap Supriono.
Menurut Supriono, tradisi slametan metri seribu takir ini akan dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk uri-uri budaya sekaligus upaya menjaga kelestarian sumber mata air. Namun ia juga menyampaikan keprihatinannya karena air Kaliputih kini tercemar lumpur akibat aktivitas tambang pasir.
" Airnya jadi keruh. Akibat tambang pasir," pungkasnya
Hal senada diungkapkan, Ketua HKTI Kabupaten Blitar, Mujib. Ia menegaskan bahwa penambangan pasir di hulu Kaliputih berdampak serius pada pertanian. Selain menurunkan kualitas air, lumpur yang terbawa aliran sungai membuat tanah sawah menjadi keras dan sulit diolah.
“Dampaknya nyata, lahan yang tadinya gembur jadi keplak (padat). Produksi pertanian jelas terancam,” ungkap Mujib.
Menurut Mujib, hingga kini belum ada data pasti mengenai kerugian ekonomi petani.Namun yang jelas, tren penurunan hasil panen sudah terlihat. " Yang jelas tren penurunan hasil panen terjadi," tambahnya.
Ketua Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur, Dr. Ari Purnomo Adi, mengaku telah menerima keluhan petani. Ia menyatakan siap memberikan solusi dengan melibatkan komisi pemberdayaan, konservasi, dan pengendalian daya rusak.
“Kami mengundang perwakilan petani untuk audiensi di Surabaya. Silakan membawa data dan realita di lapangan agar kita bisa mencarikan solusi bersama,” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Blitar Rijanto mengapresiasi kegiatan slametan metri seribu takir yang dianggap sebagai warisan budaya leluhur.
“Tradisi ini bukan hanya soal budaya, tapi juga bentuk syukur kepada Allah SWT. Harapan kita, tanaman petani bisa terhindar dari hama dan penyakit,” ujar Rijanto.
Bagi masyarakat! slametan metri seribu takir di Kaliputih menjadi pengingat pentingnya menjaga tradisi leluhur sekaligus merawat alam. Di tengah semangat syukur, petani Blitar berharap pemerintah lebih tegas dalam mengatur tambang pasir agar sumber kehidupan mereka tidak terus terancam. (*)