Laporan Okky dari Portugal (84)

Ribetnya Imigrasi di Bandara Lisbon dan Asyiknya Perjalanan Udara ke Jakarta

Antrian imigrasi Lisbon yang super panjang. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

COWASJP.COM – Bulan Agustus menjadi salah satu momen yang paling dinanti anak-anak di Portugal. Pasalnya, mereka libur sekolah penuh selama sebulan, bebas dari tugas dan rutinitas bangun pagi. 

Tahun lalu, kami melakukan perjalanan darat (mobil pribadi) ke Spanyol. Itu menjadi trip terpanjang kami, berpindah dari satu kota ke kota lain hingga total mengunjungi tiga kota dalam 9 hari. 

Tahun ini, kami ingin berbagi cerita tentang liburan musim panas yang penuh kenangan indah. Liburan ini terasa sangat spesial, bahkan biaya yang kami keluarkan lima kali lipat lebih besar dibanding perjalanan 9 hari di Spanyol. Apakah Anda bisa menebak ke mana kah DoubleZ -- dua anak penulis: Zirco dan Zygmund -- menghabiskan liburan musim panasnya?

BACA JUGA: Bagaimana Tradisi Akhir Semester dan Kelulusan di Portugal?

Helloooooo Indonesia, long time no see. Akhirnya setelah 4 tahun kita bisa bertemu lagi. YESSS!!!!! Ini adalah liburan spesial buat kami, khususnya DoubleZ. 

Sedikit flashback, pada Juli 2021 kami terbang ke Swiss meninggalkan Indonesia. Saat itu masih pandemi covid tinggi, namun Papi Fariz, suami penulis, mendapatkan penugasan selama 1 tahun di Philip Morris International (PMI) Lausane – Swiss. 

oki1.jpgZygmund sudah mulai rewel minta gendong di antrian imigrasi Lisbon. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Perjuangan merantau tidak berhenti di situ, ternyata kami melanjutkan merantau lagi di Portugal. Tepat bulan Juli 2025, Alhamdulillah kami BISA mudik!!!!!

Pertanyaan “Kapan Mudik” yang sebelumnya tidak bisa kami jawab akhirnya bisa memberikan berita lega untuk keluarga.

Butuh penantian 2,5 tahun buat kami bertiga, saya dan DoubleZ bisa mendapatkan jadwal pembuatan residence card atau KTP Portugal. Sebelum memiliki identitas tersebut, maka kami tidak bisa keluar masuk Portugal lewat jalur udara. Akhirnya setelah 3 tahun tinggal di Portugal kami bisa membeli tiket pesawat PP. Masya Allah, Alhamdulillah.

BACA JUGA: Harga Kambing untuk Kurban di Portugal Sama Dengan di Indonesia​

Pada bulan Juli kemarin, kami melakukan perjalanan mudik besar. Karena saking fokusnya mudik dan menikmati Indonesia, saya memutuskan untuk rehat sejenak untuk menulis, hehe. 

Tanggal 2 Juli 2025, pukul 07.00 WEST (West European Summer Time), kami berempat sudah tiba di Bandara Lisbon atau Bandara Humberto Delgado. Pesawat kami dijadwalkan pada pukul 11.00 WEST. 

Kami menggunakan maskapai Turkish Airlines, sehingga rute perjalanan kami yaitu Lisbon – Istanbul (selama 5 jam), Transit Istanbul (selama 7 jam), Turki – Jakarta (12 jam). Perlu waktu 1 hari perjalanan untuk sampai di Indonesia. Ada transit lebih singkat 2 jam, tetapi cukup beresiko untuk kami yang membawa anak-anak.

oki2.jpgSebelum counter check in dibuka sudah standby di bandara Lisbon. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Saat sampai di Bandara Lisbon, counter check in belum dibuka. Proses check in berjalan cukup normal, perlu waktu sekitar 45 menit dari mengantri di awal. Sekitar pukul 09.15, kami telah beres proses check in dan bagasi. 

Drama terjadi setelah ini, hahaha. Sebelum masuk ke antrian imigrasi DoubleZ menyempatkan sarapan 15 menit terlebih dahulu. Setelah itu masuk ke antrian imigrasi yang ternyata sangaaaaaat panjang. Sempat terjadi kericuhan oleh penumpang lain yang memotong jalur antrian imigrasi. Saking parahnya sampai perlu ditertibkan oleh polisi. 

Proses imigrasi di bandara di Portugal sudah terkenal kacau sekali. Alat otomatis imigrasi yang sudah diinstal di berbagai tempat belum dioperasikan. Bisa dibilang “hanya sebagai pajangan”. 

BACA JUGA: Di Portugal Hari Ibu Tiap Hari Minggu Pertama Bulan Mei, Hari Ayah Tiap 19 Maret​

Counter untuk jalur non-EU hanya dibuka 50%, padahal para wisatawan yang keluar dari Portugal ini buanyaaaak sekali. Berdiri selama 1,5 jam membuat Zygmund mulai rewel. Sudah minta gendong papinya. Zirco sudah mulai ngomel “kapan sampainya? Apakah ditinggal pesawat?” dan kecemasan-kecemasan lainnya. Jujur dalam hati saya pun gundah, tetapi di depan mereka harus terlihat tenang. 

Ini perjalanan internasional kami yang pertama, dan pertama kalinya juga melewati proses imigrasi ini. Kepala sudah pening sebenarnya. 

Tepat pukul 10.50 kami dilayani di counter imigrasi, padahal pesawat jam 11.00. Saat keluar counter sudah melihat papan pengumuman “Last Call”. Otomatis berusaha lari secepat kilat dengan barang bawaan 3 tas dan 1 koper kecil. Belum lagi Zygmund harus belajar lari. 

oki3.jpgMenikmati makanan pesawat maskapai Turkish Airlines. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Para pegawai Turkish Airlines telah menunggu di pintu keluar imigrasi sambil menghitung berapa penumpang yang ada di deretan “Last Call”. Jantung berdebar kencang, jangan sampai ditinggal pesawat ke Indonesia!!! Tiket mahal moomss!!!! Hahahahaha

Alhamdulillah kami tiba di dalam pesawat. Pelan-pelan mengatur nafas yang sudah gak karuan dan suasana hati yang kacau sekali. Ternyata di belakang kami masih banyaaaaak antrian Last Call. Fyyuuuuuhhh!!! 

Sepertinya Turkish Airlines sudah paham sekali dengan sistem imigrasi Lisbon yang memakan waktu lama. Jari tangan yang masih gemeteran kala itu hanya sempat membalas pesan WA keluarga secara singkat. 

Pukul 11.30 WEST, pesawat lepas landas meninggalkan Bandara Lisbon menuju Istanbul – Turki. 

Selama 5 jam perjalanan Lisbon - Istanbul di pesawat, ternyata DoubleZ tidak tidur sama sekali. Alhamdulillah mereka merasa happy. Bisa main game Angry Bird, menonton film, dan juga makan lahap. Kami tiba di Istanbul sekitar jam 19.00 waktu setempat. 

Akhirnya bisa meluruskan kaki, jalan-jalan di Istanbul Airport, dan mencari tempat istirahat sebelum jadwal penerbangan jam 02.00 dini hari (waktu Istanbul). Kami tidak mengambil fasilitas tour gratis keluar Istanbul, karena kami fokus untuk menyiapkan stamina penerbangan 12 jam ke Jakarta. Kami hanya explore di dalam bandara saja. 

oki4.jpgTransit 7 jam di Istanbul, Zygmund tetap happy. (FOTO: Okky)

Untungnya bandaranya baguuuuus sekali, tetapi masih the best Changi Airport (Singapira) kok, hahaha.

Perjalanan ini sangat spesial untuk Zygmund juga. Ini kali pertama dia tidak mau pakai popok, full pakai celana dalam. Padahal dia masih ada di fase “toilet training”. Hebatnya dia bisa mengatur waktu pipis dan bilang kalau dia ingin pup. Tanpa pernah ngompol atau pup di celana. Masya Allah, Luar biasa!!!! 

Kami sebagai orang tua selalu percaya pasti “ada waktunya anak siap tanpa dipaksa”. Salah satu milestone Zygmund yaitu bebas popok di umur 5 tahun. Sebagian orang akan bilang ini fase telat, tapi ucapan tersebut tidak kami masukkan ke telinga. Karena dokter anak di sini masih positive thinking bahwa semua anak perlu waktu dan adaptasi.

Anyway, akhirnya tiba jam 02.00 persiapan boarding. Kami berempat sudah sikat gigi dan cuci muka untuk bersiap tidur di pesawat. Anak-anak juga tidak tidur sama sekali sewaktu transit, karena tubuh mereka masih merasa itu jam produktif (sesuai waktu Portugal). 

Tidak butuh waktu lama setelah takeoff, kami semua langsung tertidur lelap dengan kenyamanan kursi economy class. Sekitar 2 jam setelah terbang, mulai terdengar “do you want chicken or beef? juice or coffee?” langsung deh mata terbuka. Berasa sedang sahur nih, makan tengah malam, hahaha. 

DoubleZ tidur pules hampir 9 jam di pesawat. Mereka bangun waktunya sarapan (makan ke-2) dan persiapan cuci muka sikat gigi sebelum landing. Alhamdulillah mereka tidak rewel sama sekali. Perjalanan 12 jam ini juga merupakan waktu me time buat saya. Dengan konfigurasi kursi 3-3-3 maka DoubleZ minta duduk sama papinya dan saya duduk sendiri di baris sebelahnya. 

oki5.jpgAkhirnya landing di Jakarta. (FOTO: Fariz Hidayat)

Akhirnyaaa, Hellooo Jakartaa!!!!! Perasaan kala itu sungguh senang dan penuh syukur. Tiba di Jakarta dengan kondisi selamat, sehat, dan tidak ada drama. Keluar bandara Soekarno Hatta dibuat kaget sedikit, ada barcode yang harus ditunjukkan dan diisi online. Waduh, apaan itu??

Kami disuruh mundur dulu dari antrian dan mengisi Custom Declaration secara online. Untung prosesnya sederhana dan cepat, karena fisik saat itu sudah terasa lelah sekali tidak sanggup kalau harus menghadapi keruwetan birokrasi administrasi di Indonesia.

Kami memutuskan untuk stay di Jakarta selama 3 hari 2 malam. Karena kami tiba sudah malam sekitar pukul 19.30 WIB (tanggal 3 Juli 2025), maka tidak sanggup kalau langsung melanjutkan penerbangan ke Surabaya di esok harinya. Kami telah memesan penjemputan bandara dari Hotel Novotel Tangerang untuk membawa 4 koper besar, 1 koper kecil, 2 tas ransel, dan 1 tas wanita. Total bawaan kala itu sekitar 95 kg, mungkin hampir 100 kg deh.  

Perjuangan adaptasi kami di Indonesia baru akan dimulai. Ini pertama kalinya Zygmund akan berkenalan dengan makanan Indonesia sesungguhnya, kualitas udara dan air Indonesia. Karena saat Zygmund meninggalkan Indonesia dia masih berumur 10 bulan. Bisa dibilang dia besar di Eropa. 

Bagaimana keseruan DoubleZ mudik? Apakah Zirco masih ingat Indonesia? Apakah adaptasi terberat selama di Indonesia? Nantikan cerita DoubleZ selanjutnya. (Bersambung)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda