Catatan dari Pertemuan Wagub Jatim dan Dr Anne (Satu dari Dua Menteri Muslim Australia)

Menteri Anne Aly dan Wagub Jatim Emil Dardak ketika tiba di lokasi acara. (FOTO: Makrup)

COWASJP.COM – Selasa (5/8/25), pukul 11.45, penulis hadir di Kampus Western Sydney University Indonesia, lantai 36, Pakuwon Tower, Jalan Embong Malang, Surabaya.  

Ini untuk memenuhi undangan Kedutaan Besar Australia di Indonesia. Acaranya: “Australia Alumni Networking Lunch with The Hon Dr. Anne Aly MP,  Australia's Minister for Small Business, Minister for International Development and Minister for Multicultural Affairs”.   

Menariknya,  Anne adalah professor isu kontra-terorisme. Dia satu dari dua menteri muslim pertama dalam pemerintahan Australia di Kabinet Perdana Menteri Anthony Albanese. 
Berikut acaranya:

SUASANA  depan Pakuwon Tower pengamanan sedikit ketat. Tampak dua atau tiga polisi terlihat berjaga di depan gedung. Mobil patroli stand by. Memasuki tower, para undangan termasuk penulis harus menyerahkan KTP dan menunjukkan email undangan acara untuk ditukar dengan tag nama undangan,  kartu kunci digital dan kalung leher visitor Western Sydney University.

Setelah itu, penulis bersama tiga undangan lain memasuki lift menuju ke lantai 36. Setibanya di lokasi, para undangan sudah ramai. Mereka memenuhi lantai 36 yang tidak begitu luas. 

Menariknya, di antara para undangan terlihat mantan Rektor ITS, Prof  Dr Ir. Mochamad Ashari, M.Eng, dan Profesor Kacung Marijan yang kini Wakil Rektor Universitas NU Surabaya. 

Tak lama setelah pukul 12.30, Menteri Anne tiba di lokasi. Dia didampingi Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak dan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier, serta Glen Askew, Konsulat Jenderal Australia, Surabaya. Penulis sempat bersalaman dengan semuanya.

Pembawa acara lantas mempersilahkan Anne menyampaikan sambutannya. Kali pertama, dia mengatakan sangat senang tiba di Surabaya dan melihat alumni Australia cukup banyak. Keberadaan alumni sangat penting bagi pemerintah Australia. Ini salah satu implementasi  kerjasama di bidang pendidikan.  

“Indonesia adalah teman, tetangga dekat, dan kolega yang harus ditingkatkan terus kerjasama dan hubungan yang saling menguntungkan,” jelasnya.

Menurutnya, negara harus hadir dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas bagi warga negaranya. Karena, pendidikan memiliki peran penting dan strategis bagi semua orang termasuk dirinya. Jadi jangan abaikan pendidikan.  

makruf1.jpgPenulis (dua dari kiri) bersama rekan Alumni Aiyep. Dr.Lauren Bain, First Secretary Department of Foreign Affairs and Trade Australia. (FOTO: Makrup)

“Dengan pendidikan, saya bisa terpilih menjadi anggota parlemen dan menteri seperti saat ini.  Dengan pendidikan, saya bisa menjelajah negara satu ke negara lain untuk berbagi ilmu,” jelasnya.

“Sebelum masuk parlemen dan menjadi menteri, saya adalah profesor di Curtin University dan Edith Cowan University (ECU). Siapa yang lulusan ECU dan Curtin? Siapa di sini yang terus menekuni profesi sebagai akademisi?” kata Anne. Terlihat beberapa undangan yang alumni ECU dan Curtin mengacungkan tangan.

Anne menempuh pendidikan di 4 universitas berbeda. Di antaranya, dia menyelesaikan S1 dari  American University di Cairo pada 1990. Pindah lagi ke Australia untuk selesaikan pendidikan S2 dan S3 di ECU. 

Dikutip dari berbagai sumber,  Anne kelahiran Alexandria, Mesir dan orang tuanya pindah ke Australia saat dia berusia 2 tahun melalui program bantuan migrasi. Kali pertama, keluarganya tinggal  Queensland, selanjutnya menetap di Sydney suburbs Lakemba dan Chipping Norton. Di kota terakhir ini Anne memasuki  sekolah swasta Anglican girls', Meriden.  

Ketika dewasa, dia balik ke Kairo menyelesaikan S1-nya  dengan gelar Sarjana Sastra (Bachelor of Arts). Pada 1994, ia meraih Diploma Pascasarjana Seni (Studi Bahasa) dari Edith Cowan University (ECU). Dia selanjutnya menyelesaikan Magister Pendidikan pada 1996 dan gelar Doktor (PhD) juga dari ECU pada  2008.

Disertasi PhD fokus pada media dan budaya. Judulnya  “Sebuah Studi tentang Respons Audiens terhadap Wacana Media tentang 'Yang Lain': Ketakutan terhadap Terorisme antara Muslim Australia dan Komunitas yang Lebih Luas" (A study of audience responses to the media discourse about the 'Other': The Fear of Terrorism between Australian Muslims and the Broader Community).

Karena itu, kepakaran Anne tentang isu kontra-terorisme dan penanggulangan ekstremisme kekerasan. Dia sangat memahami bagaimana dan mengapa anak muda tertarik pada ekstremisme kekerasan. 

Anne merupakan salah satu dari 11 anggota di Parlemen Australia ke-46 yang memiliki gelar PhD. Anggota lainnya adalah: Katie Allen, Fiona Martin, Jim Chalmers, Andrew Leigh, Daniel Mulino, Jess Walsh, Adam Bandt, Mehreen Faruqi, Anne Webster, dan Helen Haines.

Anne masuk parlemen mewakili Partai Buruh sejak Pemilu 2016. Dia mewakili daerah pemilihan Cowan di Australia Barat. Pada Mei 2025, Anne diangkat menjadi Menteri Usaha Kecil, Menteri Pembangunan Internasional, dan Menteri Urusan Multikultural, bergabung dalam kabinet Perdana Menteri Albanese. 

Sebelumnya, ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan Anak Usia Dini dan Menteri Urusan Pemuda dalam kabinet Albanese sejak  2022 sampai 2025.

Prestasi Tinggi di Dunia Akademis

Anne sangat berprestasi dalam dunia akademis. 

Pada 2008, Anne menerima Dean's Award for Best New Researcher (Penghargaan Dekan untuk Peneliti Baru Terbaik) dari Edith Cowan University. 

Pada 2009, ia memenangkan Penghargaan Publikasi dari Australian Institute of Professional Intelligence Officers, dan ditunjuk sebagai anggota Dewan Hubungan Australia–Arab di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia. Ia menjabat selama enam tahun.

Pada 2011, ia dilantik sebagai Western Australian Women's Hall of Fame (Hall of Fame Perempuan Australia Barat). Penelitian Anne didanai oleh Inisiatif Perlindungan Australia dari Dewan Riset Australia (Australian Research Council). 

Pada tahun 2011, mantan Perdana Menteri Kevin Rudd meluncurkan buku pertama Anne yang berjudul Terrorism & Global Security: Historical and Contemporary Perspectives (Terorisme & Keamanan Global: Perspektif Historis dan Kontemporer).

Pada  2013, Anne mendirikan organisasi nirlaba berbasis pemuda bernama People Against Violent Extremism (PaVE), untuk menangani ekstremisme di Australia. PaVE menerima hibah sebesar 115.000 dolar Australia dari Departemen Jaksa Agung Federal untuk mengembangkan video-video penangkal ekstremisme. 

Pada 2015, Anne mengumumkan bahwa PaVE telah mengumpulkan 40.800 dolar Australia untuk program pendampingan bagi aktivis muda. Program pendampingan tersebut mencakup pelatihan melalui MyHack, yaitu program pelatihan bagi mahasiswa untuk menyusun dan mengembangkan pesan tandingan terhadap propaganda ekstremis di dunia maya.

Pada  2015, Anne menjadi satu-satunya warga Australia yang diundang untuk menyampaikan pidato dalam KTT Penanggulangan Ekstremisme Kekerasan yang diselenggarakan oleh Presiden Barack Obama di Gedung Putih. 

Pada 2016, Anne dinominasikan sebagai Australian of the Year.

SAMBUTAN WAGUB JATIM

Setelah Anne, giliran Wagub Jatim Emil Dardak menyampaikan sambutannya. Emil mengucapkan terima kasih atas kehadiran Menteri Anne Anne di Surabaya. Dia juga berterima kasih kepada Duta Besar Australia untuk Indonesia dan Konsulat Jenderal Australia. 

‘’Kehadiran Western Sydney University Indonesia di Surabaya adalah wujud  kerjasama Indonesia dan Australia,” ujarnya. 

Emil juga tercatat sebagai alumni Australia. “Saya meraih diploma dari Melbourne Institute of Business and Technology dan menyelesaikan bachelor  di Universitas New South Wales,” ujarnya.

Surabaya adalah kota terbesar kedua setelah Jakarta dan kehadiran Western Sydney University Indonesia di Surabaya sangat tepat. “Dan, Provinsi Jawa Timur juga memiliki hubungan sister state (negara bagian) dengan Australia Barat. Hubungan ini sudah berlangsung selama lebih dari 30 tahun dan menjadi salah satu kerjasama sister state paling aktif,” jelasnya.

Hubungan sister state di antaranya bertujuan untuk mempererat kerjasama di berbagai bidang. Seperti ekonomi, pendidikan, budaya, pariwisata, dan olahraga.  

“Pada 9 Juli 2025, Persebaya menggelar pertandingan persahabatan dengan Western Australia di Sam Kerr Football Centre, Perth. Persebaya unggul 2-0 atas Western Australia,” ujarnya

Emil sependapat dengan Menteri Anne. Indonesia adalah negara tetangga, teman dekat, dan kolega. Maka kerjasama keduanya harus terus ditingkatkan. “Jadi kerjasama ini harus kita jalin terus demi kemajuan kedua negara,” kata Emil menutup sambutannya.

Menteri Anne langsung berbaur dengan para undangan. Dia terlihat aktif menyapa para undangan dan sharing. Begitu juga Wagub Emil. Duta Besar Australia dan Konjen Australia juga dimintai foto bersama dengan para undangan.   

Pukul 14.00, acara usai.  Menteri Anne, Wagub Emil, Duta Besar dan Konjen Australia meninggalkan lokasi acara. Infonya, Menteri Anne menyaksikan penandatangan MOU antara Kedubes Australia dengan Universitas NU Surabaya. 

Sebelumnya, pada 4 Agustus 2025, Australia dan Indonesia secara resmi memulai kemitraan baru Australia-Indonesia untuk Transformasi Kesehatan ("Kita Sehat"). Program ini sebelumnya dicanangkan oleh Perdana Menteri Anthony Albanese dan Presiden Prabowo Subianto pada Pertemuan Tahunan Pemimpin Indonesia - Australia 2025 di Jakarta.

Dalam kunjungannya ke Indonesia, Anne  bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, Prof. Dr. Ir. Rachmat Pambudy M.S., menyaksikan penandatanganan perjanjian kemitraan oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier, dan Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, Teni Widuriyanti.

Kita Sehat akan memperkuat kemampuan Indonesia dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons penyakit menular serta keadaan darurat pada manusia dan hewan. 

Program ini juga akan berfokus pada pembangunan sistem kesehatan yang tangguh yang dapat menyediakan layanan kesehatan primer yang adil dan inklusif. (*)

*Penulis adalah Wartawan Utama dan Alumni Australia-Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda