Indonesia Cerah atau Gelap?

MPR Dukung RI setop impor beras tahun 2025. (FOTO: inbestor.id)

COWASJP.COMAKSI DEMONSTRASI kalangan mahasiswa, aktifis dan masyarakat umum tampaknya sangat mengusik perasaan Presiden Prabowo Subianto. Termasuk aksi-aksi yang meneriakkan slogan “Indonesia Gelap” dan “Kabur Aja Dulu”. 

Kedua slogan itu sudah dilontarkan cukup lama, meskipun tetap menarik perhatian publik. Paling tidak sejak pertengahan Februari 2025 silam. Diramaikan oleh kalangan mahasiswa bersama para aktifis. Dan masyarakat luas pun mengamininya, karena menganggap sesuai dengan situasi dan kondisi yang mereka hadapi saat ini. 

Karenanya slogan itu jadi viral. Jadi topik perbincangan publik di banyak tempat. Lalu karena merasa terusik, Presiden Prabowo menanggapinya dalam beberapa kesempatan. Menolaknya dengan suara lantang, dengan sikap mengejek dan mencemooh.

BACA JUGA: Kabur Aja Dulu! Betulkah?​

"Saya juga heran ada orang yang mengatakan Indonesia gelap. Kalau dia merasa gelap ya itu hak dia. Tapi kalau saya bangun pagi saya lihat Indonesia cerah," ujar Prabowo dalam acara sarasehan ekonomi di Menara Mandiri, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa, 8 April 2025. 

Pernyataan serupa setidaknya diulang kembali oleh presiden ketika menyampaikan pidato yang menggelegar di Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI), di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jawa Tengah, Minggu (20/7/2025).

Cerah atau Gelap?

Meskipun demikian, mantan Danjen Kopasus itu memastikan dirinya tidak melarang hak berpendapat setiap orang. Persoalannya, apakah benar Prabowo tidak terganggu dengan pendapat sebagian kalangan yang menilai kondisi Indonesia gelap? 

Menurut dia, Indonesia cerah. Setiap kali bangun pagi, katanya, dia melihat kondisi Indonesia saat ini baik-baik saja. Bukti Indonesia memiliki masa depan yang cerah. Aneh, kondisi apa yang dilihat presiden sehingga bisa menyimpulkan seperti itu? 

BACA JUGA: Rakyat Jelata Menjerit

Di zaman Gus Dur dikenal istilah pembisik. Lalu seperti apa kira-kira kualitas pembisik Prabowo?

Presiden menjelaskan, hal ini bisa dilihat dari kebahagian para petani. Lantaran adanya kenaikan produksi komoditas pertanian. Khususnya beras. Dan para petani itu gembira. Karena lebih mudah mendapatkan pupuk. Tanpa harus melalui prosedur administrasi yang rumit. 

SAAT PANEN RAYA JUSTRU IMPOR DIGENCARKAN

Perlu dipertanyakan: Apakah benar seperti itu? Benarkah mudah mendapatkan pupuk yang murah? Bagaimana dengan kenyataan yang sering terjadi. 

Ketika musim panen raya, tiba-tiba impor hasil pertanian serupa juga membanjiri pasar. 

BACA JUGA: Terancam Dimakzulkan Donald Trump Masih Mengancam​

Hal itu membuat petani merugi. Tidak sebanding harga penjualan barang dengan biaya yang sudah dikeluarkan. Bukankah sudah sering didengar, keluhan petani di Jawa Barat, misalnya: 

“Dicitarumkeun wae!” Artinya, produk mereka dibuang saja ke Sungai Citarum. Karena kalau pun masih tetap bisa dijual, petani tetap merugi.

SUNGGUH GELAP

Kalangan mahasiswa dan civil society tentu sudah sangat hafal, bahwa negeri kita sungguh gelap. Tingkat pengangguran di Indonesia pada Februari 2024 adalah 3,15 persen. Itu berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buol. Ini satu contoh saja. Berarti sekitar 7,20 juta orang pengangguran dari total angkatan kerja.

Sedangkan Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi tingkat pengangguran Indonesia pada 2025 mencapai 5 persen. Angka tertinggi kedua di Asia setelah Cina.

Sementara itu, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatatkan jumlah angka korban pemutusan hubungan kerja (PHK) sepanjang tahun 2025 sampai bulan Juni mencapai 42.385 pekerja. Angka ini naik sekitar 32,19% dari periode yang sama di tahun lalu. Yakni sebanyak 32.064 pekerja.

Dengan beberapa data fix di lapangan, patut diduga Presiden tidak mendapatkan informasi yang sebenarnya dari para pembantu di sekelilingnya. Yang berkarakter Asal Bapak Senang (ABS).

Padahal di lapangan lihatlah beberapa hal berikut: 

Pertama, masih banyak yang meragukan kebenaran hasil Pemilu 2024. Khususnya terkait peran Parcok, Bansos dan “wasit” alias penyelenggara pemilu yang tidak benar-benar netral. 

Kedua, penegakan hukum yang carut marut, seperti soal tudingan ijazah palsu Jokowi yang terkesan aneh. Soal vonis 4,6 tahun penjara untuk Tom Lembong, yang tidak dapat dicerna akal sehat publik. Penuntasan kasus KM 50. Pemberantasan korupsi yang masih bolong-bolong. 

Padahal presiden koar-koar akan mengejar koruptor sampai ke Antartika. 

Ketiga, tuntutan pemakzulan Wapres Gibran oleh Forum Purnawirawan TNI dan agar Jokowi dan keluarga diadili. Semuanya alfa dari perhatian presiden. 

Sementara DPR sebagaimana biasanya juga bergerak lamban. Bahkan seolah acuh tak acuh. 

Keempat, harga barang kebutuhan pokok yang terus melonjak tinggi. Dibarengi kian menurunnya daya beli masyarakat. Yang antara lain akibat tingkat pengangguran yang juga terus tumbuh pesat dan persoalan PHK yang terus terjadi.

Bayangkan saja, sepuluh tahun lalu duit senilai Rp. 50.000,- masih bisa digunakan untuk beli beras, lauk dan sayur. Sekarang untuk beli sayur saja tidak cukup. 

Koq bisa? Soalnya, harga cabe dan bawang merah saja misalnya sudah di atas Rp 80.000 / kg. Itu normalnya. Kadang-kadang naik sampai Rp. 120.000 / kg. Beras premium paling murah Rp 15.000 / kg. Itu pun beras yang sudah dioplos.  Betapa pusingnya para ibu rumah tangga mengatur keuangan yang kian hari kian mepet.

Rakyat berharap Prabowo Subianto yang pernah disebut “Macan Asia” akan mampu mengatasi semua ini. Tapi harapan itu tampaknya kian jauh dari jangkauan. Banyak hal yang diharapkan untuk direspon presiden. Tapi presiden lebih cenderung diam. Lebih suka meneriakkan “Hidup Jokowi” ketimbang bertindak mengatasi persoalan kehidupan rakyat banyak. Karenanya jangan salahkan bila rakyat putus harapan.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda