COWASJP.COM – BOLEH JADI warga negara Israel tidak menyangka bahwa karma itu akan berlaku terhadap mereka. Umat Islam mungkin menyebutnya sebagai azab dari Allah. Sebagai akibat dari ketidakpedulian mereka terhadap penderitaan warga Gaza sebelumnya.
Inilah cerita kelam selama perang 12 hari antara kedua negara, yang baru saja berakhir.
Ketika ratusan rudal canggih Iran bertubi-tubi menghantam kota mereka. Meruntuhkan banyak gedung dan bangunan. Meluluhlantakkan berbagai fasilitas kehidupan. Bahkan menewaskan dan melukai banyak orang.
BACA JUGA: Ibarat Orang Lagi Kasmaran
Kehidupan mereka tiba-tiba seperti dalam neraka. Dihantui ketakutan siang dan malam. Hampir semua orang tidak bisa tidur nyenyak. Takut kalau tiba-tiba rumah dan bangunan tempat tinggal mereka ambruk seketika. Bila rudal-rudal dan pesawat pengebom Iran datang dan mereka tidak sempat menyelamatkan diri.
Suasana kehidupan mereka berubah tiba-tiba. Sangat dahsyat dan mencekam begitu rupa. Sirine tanda bahaya terus meraung-raung tiada henti, memberi peringatan.
Dalam beberapa pemberitaan, sejumlah tentaranya menangis dan terbata-bata meminta Iran menghentikan serangannya. Bahkan di sebuah lapangan tampak ratusan tentara yang stres berat. Dikuatirkan mereka bisa jadi gila secara massal.
Senjata-senjata canggih yang ditembakkan dari jarak jauh itu berterbangan di udara..Seperti mercon terbang yang menimbulkan bunyi bising. Menghantam beberapa lokasi tertentu.
BACA JUGA: Betapa Pengecutnya Donald Trump
Sejumlah mayat bergelimpangan. Yang selamat maupun yang luka-luka bertangisan histeris, berlarian mencari tempat perlindungan. Berebut saling dulu-duluan untuk memasuki bunker-bunker bawah tanah.
Derita Warga Gaza
Pernahkah mereka membayangkan bahwa semua itu jadi makanan sehari-hari rakyat Palestina di Jalur Gaza? Dalam suasana yang jauh lebih mencekam. Tanpa sirine yang memberi peringatan. Tanpa ada yang memberi perlindungan. Ketika semua orang harus mencari perlindungan sendiri-sendiri untuk diri dan keluarga mereka.
Masyarakat dunia tercekam menyaksikan dengan mata telanjang. Lewat siaran televisi maupun berita-berita yang viral di media sosial. Pemandangan-pemandangan yang mengerikan di jalan-jalan Gaza dan di balik reruntuhan bangunan. Kaum wanita dan anak-anak yang terbunuh berlumuran darah.
Menurut sejumlah informasi, seperti dilansir kantor berita Anadolu, Senin 16 Juni 2025, hampir 129.000 warga Palestina terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023. Dan secara keseluruhan 55.432 orang syahid dalam genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.
Ini masalah kemanusiaan. Persoalan yang menarik perhatian masyarakat dunia di seluruh jagad. Demonstrasi-demonstrasi besar menolak tindakan biadab genosida Israel itu pecah di berbagai belahan dunia. Di Amerika, Inggris, Prancis dan sejumlah negara lain.
Di Inggris dan beberapa negara lain di Eropa, persoalan ini telah mendorong banyak orang menaruh simpati kepada penderitaan rakyat Palestina. Dan dikarenakan persoalan ini tidak sedikit pula dari mereka yang lantas tertarik mempelajari Islam, lalu mendapatkan hidayah Allah dan menyatakan diri masuk Islam.
Bantuan Kemanusiaan
Dalam suasana perang di belahan dunia mana pun, tentu sangat dibutuhkan adanya bantuan kemanusiaan. Sekurang-kurangnya berupa bahan makanan dan obat-obatan. Sayangnya, bagi rakyat Palestina di Gaza, bantuan itu sangat sulit datang, meskipun banyak yang siap memberikan bantuan.
Persoalannya, bukan sesuatu yang mudah untuk membuat bantuan kemanusiaan itu sampai ke tangan mereka. Kalau pun ada yang sempat mereka terima, jumlahnya sangat sedikit. Lebih banyak yang terhambat seperti di perlintasan Rafah. Satu-satunya titik perlintasan antara Mesir dan Jalur Gaza, yang diakui melalui Perjanjian Damai Israel-Mesir 1979.
Persoalannya, Mesir juga tidak mengizinkan. Karena menurut Mesir, belum ada izin dari Israel. Ini lucu luar biasa.
Begitu juga bantuan yang mungkin dilewatkan melalui Jembatan Karama Bridge atau Allenby Bridge, yang dikenal juga dengan King Hussein Bridge. Yaitu jembatan perlintasan perbatasan resmi antara Tepi Barat Palestina dengan Yordania. Masalahnya pihak Yordania juga tidak mudah memberikan izin.
Tapi ketika warga Israel membutuhkan bantuan, baik Mesir maupun Yordania memberikannya dengan tangan terbuka. Bahkan ketika Israel mendapatkan serangan gencar Iran, negara-negara Arab sepeti Mesir dan Yordania membuka jalan selebar-lebarnya untuk warga negara Yahudi itu. Termasuk dengan memberikan perlindungan yang aman dan bantuan bahan makanan.
Negara-negara Arab seperti Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab dan lain-lain hampir semuanya sama. Sebelas dua belas alias setali tiga uang. Sebagai sesama negara muslim, mereka suka bicara tentang solidaritas Palestina. Tapi dalam kenyataannya hanya omon-omon, semuanya zonk.
Padahal Rasulullah Saw. memperingatkan dalam sebuah hadistnya: “Al-Muslim wal muslim kal bun-yaan, yasyuddu ba'dhuhu ba'dha”. Antar sesama muslim ibarat bangunan yg saling menguatkan antara satu dengan yang lain. (HR. Bukhari Muslim).
Dan dalam Alqur’an surah Ash-shoff ayat 4, Allah juga berfirman: “Innallāha yuḥibbullazina yuqatilụna fī sabilihi ṣhaffan ka annahum bun-yānum marṣụṣ”. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur. Seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Sayangnya, seperti sudah ditengarai Rasulullah 14 abad yang lalu, umat Islam di akhir zaman itu terpecah belah. Tidak bersatu. Karena masing-masing terkena penyakit “wahn”. Yaitu “Hubbud dunya wa karahiyatul maut”. Cinta dunia takut mati. Lebih buruk lagi, sekarang yang kena penyakit “wahn” adalah para pemimpin negara. Bukan umat Islam yang tidak punya kekuasaan.
Para pemimpin seperti ini mestinya disebut musuh umat. Karena mereka tidak berpihak kepada rakyat yang dipimpin. Mereka lebih lebih memihak kepada musuh umat. Meminjam pernyataan mantan Presiden Amerika George Walker Bush Jr., “If not with us, you are against us”. Pengertian sederhananya, bila tidak bersama umat, anda adalah musuh umat.(*)