COWASJP.COM – BETAPA PUN fakta menunjukkan bahwa Israel unggul dalam banyak hal, tapi warga dunia tetap menyangkalnya. Mereka bersorak ketika menyaksikan rudal-rudal Iran mampu merontokkan kota dan sejumlah fasilitas penting di Israel.
Kini konflik Iran-Israel kian memuncak. Setelah berlangsung satu minggu lebih, kehancuran di kedua belah pihak semakin meluas. Sebagian kelompok masyarakat bersorak melihat kehancuran yang dialami Israel akibat serangan gencar Iran. Reaksi ini tidak hanya dari kalangan muslim, tapi juga dari kalangan non-muslim, di berbagai belahan dunia.
Situasi yang menggambarkan bahwa Israel sudah menjadi “common enemy” alias musuh bersama. Setelah menyaksikan perlakuan tidak berprikemanusiaan “genosida” negara Yahudi itu terhadap rakyat sipil Palestina di Jalur Gaza.
Kini keadaan jadi semakin kusut. Banyak laporan yang menyebutkan tidak sedikit warga negara Israel yang berhamburan menyelamatkan diri ke luar negeri. Menggunakan bus-bus besar menuju perbatasan. Ketika bandar udara Ben Gurion berhenti beroperasi.
Hal yang sama juga berlangsung di Iran. Seperti dilaporkan media terkenal the Washington Post, Jum’at (20/06). Ratusan warga Amerika melarikan diri meninggalkan negeri para mullah itu. Setelah kementerian luar negeri Amerika mengeluarkan peringatan. Bahwa warganya potensial menjadi korban dalam situasi perang itu. Setelah Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan untuk ikut campur mendukung Israel.
Pro dan kontra seputar konflik bersenjata Iran dan Israel tentu saja tak mungkin dihindari. Sementara itu, bukan rahasia lagi bahwa Israel memiliki teknologi milter yang disebut-sebut tidak ada duanya di kawasan itu. Teknologi perlindungan udara “Iron Dome” yang mulai dioperasikan sejak 2011, misalnya, adalah perangkat perlindungan militer yang dulu diyakini tidak mungkin ditembus serangan rudal musuh.
Tapi ketika rudal-rudal canggih Iran – termasuk supersonic ballistic missile (rudal balistik supersonik), yang kecepatannya hampir dua kali kecepatan suara – berhasil menggempur beberapa kota dan lokasi-lokasi penting Israel, banyak yang tersentak. Karena selama ini, sebagian orang beranggapan, kecanggihan teknologi militer Israel tidak tertandingi oleh negara manapun di kawasan itu.
Seperti dikemukakan Guru Gembul yang sempat bicara dalam sebuah podcast belum lama ini, tentang apa yang dia sebut fakta. Bahwa Israel memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan Iran. Dalam hal ini, tidak hanya dari segi alutsista. Tapi lebih-lebih dalam kaitannya dengan kemampuan intelijen Israel, Mosad, yang mampu masuk ke jantung Iran.
Ternyata fakta yang coba diungkapkan oleh aktifis, kritikus dan content creator itu mendapatkan penolakan dari banyak netizens.
LAGI KASMARAN
Persoalannya, masyarakat dunia sudah terlalu gemas dan marah melihat perlakuan Israel di wilayah Gaza selama ini. Mereka seperti seorang gadis yang lagi kasmaran. Begitu tergila-gila cintanya kepada Palestina. Jadi, ketika ibunya mengatakan bahwa pacarnya jelek dan jahat, maka dia akan melawan anggapan itu. Meskipun terhadap ibu kandungnya sendiri.
Jadi ucapan Guru Gembul bahwa faktanya Israel unggul dalam segala hal bertentangan dengan opini masyarakat dunia yang terlanjur kasmaran dengan Palestina. Dan sekarang dengan Iran.
Apalagi baku serang itu dimulai oleh Israel. Ketika negara Yahudi itu melancarkan serangan udara dan operasi intelijen luas yang diberi sandi operasi “Rising Lion”, 13 Juni 2025. Targetnya: Puluhan lokasi di Iran. Termasuk fasilitas nuklir (Natanz, Isfahan, Fordow), kompleks rudal, markas militer, dan lapisan pertahanan bawah tanah. Tujuannya: Menghentikan perkembangan program nuklir Iran dan melumpuhkan kapabilitas pertahanan strategisnya. Ini adalah operasi yang telah dipersiapkan bertahun-tahun oleh Mossad dan militer Israel.
Setidaknya 585 orang tewas dan lebih dari 1.300 terluka akibat serangan itu. Infrastruktur terganggu, terjadi pemadaman listrik, kekurangan bahan bakar, dan rak-rak toko yang kosong berkontribusi tidak hanya pada kemarahan masyarakat dunia tapi juga pada gelombang pengungsian dari Teheran.
Perang Iran–Israel telah memicu dampak geopolitis yang luas. Selama ini, Israel berhasil menguasai ruang udara Iran berkat dukungan intelijen dan senjata mutakhir AS. Namun tanpa intervensi langsung Amerika, Israel tak mampu sepenuhnya memusnahkan program nuklir Iran.
Iran bukan Hamas, yang hanya mengandalkan satuan-satuan tempur berani mati. Yang hanya menggunakan persenjataan seadanya. Tapi Iran tidak. Walaupun ditengarai belum akan mampu menembakkan senjata nuklir, namun Iran memiliki potensi besar untuk menjadi negara dengan senjata nuklir. Iran bukan kaleng-kaleng. Dan ingat, Iran pernah tampil sebagai negara yang mampu bertahan dalam peperangan panjang. Ketika baku serang selama delapan tahun tanpa jeda (sejak 22 September 1980 sampai 20 Agustus 1988) melawan Iraq di bawah pemerintahan Saddam Husein.(*)