Panggung Besar

Tuan Guru Bajang dan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo. (FOTO: Muhammad Ridwan/JawaPos.com)

COWASJP.COMTRAGEDI Pemilu kembali menimpa Perindo di tahun 2024. Tidak lolos ambang batas. Kurang apa. Saya sebut tragedi karena partai ini tidak kurang apa pun: uang, media, tokoh. Tapi perolehan suaranya tetap di bawah dua persen.

Satu keluarga konglomerat Hary Tanoesoedibjo pun gagal masuk Senayan. Total enam orang: HT, istri, dan empat anaknya.

Anda sudah tahu: HT nyalon di Banten III. Istrinya, Liliana nyalon di Jakarta II. Anak sulungnya Angelia nyalon di dapil Jatim I, kota kelahiran ayahnyi. Anak kedua, Valencia, nyaleg di Jakarta III. Jessica, anak ketiga, di NTT II. Anak ketiga, Clarissa, nyaleg di Jabar I. Dan si bungsu, satu-satunya laki-laki, Warren, nyaleg di dapil Jateng I.

HT sebenarnya berhasil menggaet ulama besar untuk menjadi ketua harian DPP Perindo: Tuan Guru Bajang. Ia mantan gubernur NTB dua periode. Pewaris organisasi keagamaan terbesar di Lombok: Nahdlatul Wathan (NW). Lulusan Al Azhar, Kairo. Doktor ilmu tafsir. Hafal Quran. 

Tampilnya Tuan Guru Bajang saya pikir bisa mengubah Perindo dari sekadar partai keluarga. Lalu basis pemilih partai itu melebar. Termasuk ke kalangan muslim.

Tapi Tuan Guru Bajang kelihatannya tidak bisa banyak berbuat. Meskipun jabatannya setinggi ketua harian tapi kekuasaan yang melekat padanya kelihatannya terbatas.

Di sebuah perusahaan swasta, jabatan itu kadang tidak penting. Anda bisa punya jabatan mentereng apa pun, tapi yang paling berkuasa di situ adalah yang memegang buku cek. Atau, kalau sekarang –ketika buku cek tidak penting lagi– yang paling berkuasa adalah yang memegang tombol token e-banking.

Di Lombok sendiri Tuan Guru Bajang bukan lagi peraih suara terbanyak. Menurut hitungan sementara, suara terbanyak di sana dipegang caleg dari Gerindra: Lale Syifaun Nufus.

Lale Syifaun Nufus adalah sepupu Tuan Guru Bajang. Dia adik dari pemimpin tertinggi Nahdlatul Wathan Anjani: Tuan Guru Lalu Gede Zainuddin Atsani.

Di Lombok dulunya hanya ada satu NW. Yakni yang didirikan Tuan Guru  Zainuddin Abdul Majid di tahun 1953. Keulamaan Tuan Guru ini diakui sampai di Makkah. Beliau punya dua putri. 

Akhirnya NW pecah dua. Sejak 1998. Saat itu, sang putri pertama, Siti Raihanun terpilih sebagai ketua NW. Keluarga satunya tidak setuju. Mereka menguasai kantor pusat NW yang di Pancor. Maka kubu Raihanun memindahkan kantor pusat NW ke Desa Anjani.

Sejak itu ada NW Pancor dan NW Anjani. Tidak pernah bisa bersama lagi. Sampai sekarang. 

Kubu NW Pancor kini dipimpin KH Tuan Guru Bajang. Sedang NW Anjani dimpimpin oleh KH Lalu Gede Zainuddin Atsani, kakak Lale Syifaun Nufus.

Dua kubu itu selalu berbeda pula aliran politiknya. Kubu TGB pernah di PBB. Lalu pindah ke Demokrat. Pindah ke Golkar. Pindah lagi ke Nasdem. Terakhir pindah ke Perindo.

NW Anjani awalnya ikut Partai Bintang Reformasi-nya ustadz sejuta umat Zainuddin MZ. Lalu ikut Hanura. Terakhir ini ikut Gerindra.

Di daftar calon, TGB caleg DPR nomor satu di Perindo, Lalu Syaifun Nufus nomor satu di Gerindra. Nufus dapat suara tertinggi. TGB nomor dua terbanyak. Mungkin saja dua-duanya lolos masuk ke Senayan. Tapi karena Perindo tidak berhasil melewati ambang batas parlemen (empat persen), maka kursi TGB hilang.

Padahal kalau TGB bisa lolos ke DPR, ia akan punya panggung nasional. Ia sudah tidak perlu lagi panggung lokal. Ia masih muda. Berprestasi. Tinggal panggung besar yang belum punya.

Banyak tokoh besar hanya kebagian panggung kecil. Banyak tokoh kecil bisa dapat panggung besar. Hanya sedikit tokoh besar dapat panggung besar. Lebih banyak lagi tokoh kecil di panggung kecil.

Panggung kadang-kadang penting. Kadang-kadang. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi 18 Februari 2024: Quick Count

Lagarenze 1301

Lagi, tentang Komeng. Sampai pagi ini, ia telah meraup 1,5 juta suara. Jauh di atas Aanya Rina Casmayanti (686 ribu) atau Jihan Fahira (598 ribu). Fenomena Komeng (53), menurut saya, lahir dari kejujuran, apa adanya. Tanpa amplop. Tanpa janji muluk. Foto Komeng adalah daya tarik tersendiri: wajah Komeng sehari-hari ketika membanyol, bahkan saat tidak membanyol. Dan, itu bekerja: mengundang kehendak untuk mencoblosnya. Foto itu dibuat di jalan, bukan di studio foto. Menggunakan ponsel, sekali jepret, tanpa menggunakan "sotosop". Kepada staf KPU, ia sampai tiga kali bertanya apakah foto itu bisa dipakai. Staf KPU tiga kali pula bilang tidak masalah. Selain fotonya yang sekali lihat langsung bisa dikenali, nama Alfiansyah Komeng juga langsung menancap di benak pemilih. Tak ada keraguan, ini Komeng yang itu. Nama sebenarnya Alfiansyah Bustami. Sangat berbeda dari nama pasar Komeng. Tak banyak yang kenal. Bahwa di surat suara namanya berubah menjadi Alfiansyah Komeng, tentu sudah melalui proses legal. Pada Mei 2023, ia mengajukan permohonan perubahan nama ke PN Cibonong. Kabul. Selebihnya adalah popularitas. Siapa yang tak kenal Komeng. Sapa yang tak ingat wajahnya yang sangat komikal. Siapa yang sering tak sadar berkata "Uhuy". Memang Komeng tak perlu banyak modal untuk berkampanye. Tapi, pria kelahiran 25 Agustus 1970 ini telah berinvestasi lebih dari 30 tahun sebagai pelawak. Menghibur orang. Tanpa sensasi, tanpa skandal. Spontan. Uhuy.*

djokoLodang

--o-- Untung ada quick count. Justru quick count bisa mengontrol KPU: dari segi kecepatan. ----tulis Abah DI. Mengontrol. Dari kata dasar kontrol. Serapan kata bahasa Inggris "control", yang diberi awalan me- Ada yang tanya: Apa sinonim/bahasa Indonesianya KONTROL? Ada yang menjawab: KEMARLUAN. --jL--

Lagarenze 1301

@djokoLodang: Duluu, sewaktu tinggal di Batam, saya suka sekali makan sate Padang. Waktu itu, di depan Hotel Nagoya ada area tempat berjualan kuliner. Salah satunya sate Padang. Yang sering saya santap, daging sapi potongan kecil. Kabarnya menggunakan 17 bumbu kas Minang. Satu porsi sate Padang berapa tusuk? Di RM Sederhana 10 tusuk. Di Mak Itam juga 10 tusuk. Entah kalau di tempat lain 8 tusuk. :)

Lagarenze 1301

Setelah pencoblosan, Ali bersama keluarga besarnya makan siang di resto padang. Selesai makan, Ali memanggil pelayan dan minta makanannya dihitung. Pelayan itu hanya melihat sejenak lalu menyebut harga: "Rp 1 juta." Ali: "Bagaimana cara hitungnya, kamu cuma melihatnya beberapa detik." Pelayan: "Tenang, Pak. Kalau tidak percaya silakan ke kasir." Ali pun menuju kasir. Ia menyebut semua jenis makanan dan porsinya. Kasir memencet-mencet kalkulator lalu menyebut harga: "Rp 950.000." Ali: "Lho, kok beda 50 ribu. Tadi pelayan di sana bilang satu juta." Kasir: "Oh, iya, Pak. Yang di sana itu QUICK COUNT, yang di sini REAL COUNT. Memang ada margin error sedikit."

Mirza Mirwan

Ada 31 negara yang pernah uji coba dengan e-voting. Tapi tak lantas bisa memberikan suara dengan laptop atau hp, melainkan harus ke TPS dan memberikan suaranya lewat EVM -- electronic vote machine. Dari 31 negara itu hanya 4 negara yang memberlakukan e-voting di seluruh TPS, yaitu India, Brazil, Bhutan dan Venezuela. Ada 11 negara yang memberlakukannya di beberapa TPS saja, tidak menyeluruh. Yang masih dijadikan pilot ujicoba ada 5 negara. Lalu 8 negara pernah ujicoba dan tak diteruskan. Sisanya, 3 negara: Jerman, Belanda, dan Paraguay, pernah menggunakan di seluruh TPS, tetapi sekarang kembali menggunakan kertas suara (paper ballot). AS yang di sana bercokol beberapa perusahaan IT terkenal saja masih setia dengan paper ballot.

Mirza Mirwan

Quick Count, di Barat ada yang menyebutnya PVT (Parallel Vote Tabulation), itu berbeda dengan polling (jajak pendapat). Dalam polling, si A yang yang dijadikan sampel, bilang ia akan memilih Paslon 02. Tapi jawaban si A itu boleh jadi berbeda dengan pilihannya pada saat penyoblosan. Sementara quick count/PVT, sampelnya diambil dari TPS -- sudah jadi pilihan pasti para pemilih. "Lha tapi sampelnya hanya 2000 TPS dari 823.000-an TPS di seluruh Indonesia dan luar negeri, lho, Pak," kata Mas Sekcam. Ia masih saja heran kenapa hasil quick count yang sudah-sudah kok hampir sama dengan hasil resmi KPU. Ilustrasinya begini. Seorang dokter mengambil sekian cc sampel darah pasien, diperiksa di laboratorium. Dari pemeriksaan itu bisa diketahui bahwa si pasien mengidap penyakit anu. Atau ahli kimia mengambil sampel senyawa, memeriksanya di laboratorium, lalu menyimpulkan sifat senyawa tersebut. Dalam hal quick count pengambilan sampel TPS harus secara acak: misalnya TPS 06, 19, 27, dst. Bukan mengambil sampel di TPS yang kebanyakan pemilihnya cenderung mengidolakan paslon tertentu. Kalau model yang terakhir sudah pasti hasilnya di kemudian hari beda jauh dengan hasil resmi versi KPU. Tapi quick count juga ada margin of error. Hanya saja tak sampai lebih dari 1%. Dengan tingkat kepercayaan 95%, misalnya, kalau diulang 95 kali quick count hasil akhirnya, meski ada perbedaan, tak akan lebih dari 1%. "Owalaah...gitu, toh!" kata Mas Sekcam.

yoming AFuadi

Hari ini tumben sekali, kolom komen langsung tersedia tanpa harus klik login. Namun sayang suasana ngetik papan keyboard seperti main rodeo masih tetap terjadi dan berlangsung. Untuk menyelesaikan ketikan satu baris mesti ngulang, ngedit berkali-kali lebih tiga kali, karena kursornya itu kedip2 tidak stabil, sdh ngetiknya pelaaan sekali tiba2 lompat ke depan, ke tengah, bahkan ke baris diatasnya, apalagi kalau ngetiknya dengan metode 10 jari dg kecepatan 120 kata permenit, hasilnya jadi kode sandi yg paling rumit. Entah sampai kapan permasalahan ini akan berlangsung, apakah paralel dg hasi penlghitungan kpu yg jujur dan adil, yg mana hal itu hanya rumput yg bergoyang yg tahu jawabannya.

ahmad faqih

Pemilu 2024 semakin menegaskan kesaktian Jokowi. Sosok yg bukan pemilik partai, bukan konglomerat juga bukan ber background militer, dapat membuat orkestrasi politik yg begitu menakjubkan. Hanya saja masih ada 2 challenge dr kesaktian tersebut yakni (1) kesaktian Jokowi sepertinya tak begitu mujarab bagi PSI (2) Kesaktian Jokowi sepertinya gagal mereduksi potensi oposisi, dg catatan PDIP, Nasdem, PKB dan PKS tak tergiur iming2 kursi. Wallahu a'lam.

Xiaomi A1

Pemilu diawasi oleh Bawaslu, Klo CHD diawasi oleh Bahanlu (Bapak Handoko Luwanto) :)

ahmad faqih

PraGib menang - NO Jokowi menang - YES Dirty vote ngaruh - NO Amplop fajar ngaruh -YES Dawuh 'guru besar' berdampak -NO Bansos & sembako berdampak -YES Strategi kampanye & seruan etika berhasil- NO Strategi mobilisasi dan intimidasi berhasil -YES Wallahu a'lam.

Amat K.

Pak Joko, "Talalu harap, titiharap. Talalu pilih tapilih bangkung.

Liáng - βιολί ζήτα

iseng-iseng saja CHDI : "Harapan itu seperti listrik merek Phillips, terus terang terang terus, membuat hidup lebih hidup." Listrik apa listrik ?? Apa lampu..?? Emang listrik ada merek-nya, Abah ?? Mendingan di-merek-i Dahlan ---> "Harapan itu seperti listrik merek Dahlan, terus terang terang terus, membuat hidup lebih hidup." Daripada di-merek-i Phillips. Sopo iku Phillips ?? Ngga kenal. Wkwkwkwkwk.

Ummi Hilal

Bukannya tidak mau ngaku kalah . Atau baperan. Gak mau move on.Anti kestabilan. Apakah tidak bisa membuat aplikasi yang jika input lebih dari 300(suara maksimal per TPS)sistem langsung menolak. Kecuali sengaja memang untuk menampung ledakan suara. Sebenarnya siapa yang tidak mau kalah kalau begini? Kami sudah berkali-kali kalah. Sudah biasa kalah.Sudah biasa di luar. Sudah biasa lapar. Beda dengan yang jaman Golkar ikut Kuning. Sekarang mendukung biru. Dulu waktu biru yang itu juga ikut konvensi. Jangan-jangan kalau yang berkuasa merah juga akan ikut merah. Sudah terbukti livernya juga dari sana. Gen pebisnis.Kemana angin bertiup kesana layar diarahkan. Bukan gen pejuang yang berani melawan arus. Keliatan aslinya. Seperti Mardigu yang dulu kritis sekarang juga merapat ke biru.Oportunis. Atau AGEN GANDA?

Ponsel Pro

Makan siang dan susu gratis dilaksanakan bertahap, baru 100 persen pada 2029. Untuk yang 2024 belum kebagian, nanti sementara dikasih "Kartu Anak Sabar". Demikian.

Amat K.

Terpaksa saya berkomentar. Informasi dari sirekap jangan dijadikan sumber utama informasi hasil pemilu. Sirekap disediakan KPU agar publik bisa dengan cepat memperoleh informasi hasil pemilu. Dalam prosesnya pasti ada kesalahan tidak disengaja atau disengaja oleh oknum. Namun, tetap ada tahapan penghitungan suara berjenjang di tingkat KPPS, PPK, KPU kabupaten, KPU provinsi, dan terakhir KPU RI. Pleno penghitungan itulah yang resmi. Jika ada kekeliruan data bisa langsung diselesaikan dari tingkat pleno terendah sebab dalam pleno itu dihadirkan para penyelenggara pemilu (KPU Bawaslu), perwakilan calon, forkopimda, dll. Setiap pihak yang hadir punya data hasil pemilu masing-masing yang diperoleh dari saksi dan bisa langsung dicocokkan dengan perhitungan KPU. Kalau ada selisih jumlah, selesaikan di pleno. Kalau perlu hitung ulang kertas suara. Tunggu saja proses perhitungan resmi. Hanya karena kesalahan sebagian kecil oknum, semua penyelenggara kena. Itu keterlaluan menurut saya. Penyelenggara pemilu adalah pejuang demokrasi. Data terakhir yang saya dapat kemarin sudah ada 27 petugas KPPS "gugur" dalam tugas. Yang sedang dirawat juga banyak. KPPS adalah pejuang garda terdepan penyelenggaraan pemilu. Mereka adalah pahlawan. Terima kasih para pejuang. Jasamu begitu besar bagi demokrasi Indonesia.

Juve Zhang

Saya benar benar berharap pak Anies dan pak Ganjar mau nyalon di Jabar dan DKI pak Anies Jabar saja.kuat disana 2029 ayo satuka mereka Menuju Indonesia Makmur mulai lah dari sekarang sering kerjasama antara keduanya satukan DNA bukan tipu tipu Rakyat. DNA yg sayang rakyat sayang rakyat artinya tak Makan Duit Rakyat kapan lagi kita bisa Jaya makmur kaya Tiongkok coba lihat Rakyat sekarang beli beras banyak yg gak kuat dompetnya sampai sampai di sodorkan 10 kg beras oleh Sang Tuan Besar asal Lurah nya yg pake baju biru muda saja. wkwkwk inilah kemiskinan yg abadi jatuh kena rayuan sang Tuan Besar kalau lah tak miskin suara demokrasi kita akan terlihat seperti hasil Suara Di Luar negeri itulah cermin demokrasi kita suara nya beda tipis kalau beda jauh bukan masuk angin lagi. ini masuk perut .....alias beras gratis. Wkwkwkwk

Liam Then

Baca berita, petinggi Gerindra sudah mulai pusing, ditagih janji. Baru menang quick count, akun medsos Pak Prabowo,sudah ditagih seorang pengguna, "mana makan siangnya"?!! Wkkwkwkkw... inilah salah satu dampak buruk maen medsos zaman sekarang, yang informasinya pendek dan tak lengkap. Kena sindrom "short attention span". Apa gak baca program apa, itu untuk anak usia sekolah, memang ini program belum jelas sampai jenjang mana, apa PAUD dan SD saja, atau sekaligus targetkan siswa SMP, SMA sederajat. Belum lagi nanti penyesuaian di pesantren. Pekerjaan besar seperti ini belum -belum sudah pusing mau ngambil porsi APBN yang mana, di berita masih belum jelas. Ada sumber katanya, tapi masih belum tahu. Dari komentar CHDI malah dikatakan nanti ambil pengalihan subsidi BBM. Jujur kepikiran, kok jadi bingung, sebagai eksekutif tentu punya hak untuk tentukan alokasi anggaran, prioritas program. Jika memang mau tepati janji, pasti bisa cari lah, mana yang harus dipangkas. Misal ini saya usul, acara peresmian proyek, tanda tangan prasasti , dari tingkat menteri sampai presiden..nanti hilangkan saja. Tak perlu banyak acara seremonial, itu lumayan kalo total setahun penuh. Misal butuh prasasti yang ada tanda tangan, Pak Prabowo/menteri teken saja di Jakarta, nanti prasasti kirim kargo ke daerah proyek. Jika butuh kata sambutan, pakai live stream saja, itupun hanya boleh 3 menit, biar hemat biaya kuota. Cukup bilang... "OK GASSS!!!"

Liam Then

Hahaha ini mirip teman saya...janji ketemu orangnya tak muncul-muncul. Langsung telepon : "udah dimana?" "Ini udah mau sampai " 20 menit kemudian masih tak muncul ..Telpon lagi... "dimana"? "Ini sudah mau sampai" "Loh tadi bukannya sudah mau sampai"? "Iyah, tadi baru mau sampai pager rumahku" #$&$#*#$_!

Jo Neca

Saya hanya mau ketawa.Hahahaahahaaaaa.Saya tidak mau komen menyambungnya..Malu...Setiap kali menyambungi om Lagarenze selalu di pilih menjadi komentar pilihan yang jelas ecek2.Tetap frekwensi humor Om Lagarenze dan Bpk Dahlan sama.Kalau saya dan Pak DI.Sama2 The Red sejati.Kapan rejeki dan harta kita sama.Saya bahkan bermimpi pun tidak..Hahahahahaa ketawa sekali lagi.Biar miskin yang penting Bahagia.

Lagarenze 1301

Santai sejenak. Istri: "Pa, hari Minggu nih. Yuk kita nonton sirkus?" Suami: "Tidak, aku sedang sibuk." Istri: "Sepertinya di sirkus itu ada atraksi menarik, perempuan cantik menunggangi singa tanpa busana." Suami: "Kamu sangat keras kepala. Dalam segala hal kamu selalu memaksakan kehendak. Tapi, oke, ayo kita nonton. Lagipula aku sudah lama tidak melihat singa." Kisah berlanjut. Suami-istri pergi ke sirkus. Suami bahkan membeli kursi barisan depan. Pertunjukan singa dimulai... tapi sampai selesai tidak ada atraksi perempuan cantik tanpa busana yang menunggangi singa. Suami (kesal): "Tadi kamu bilang ada atraksi perempuan cantik tanpa busana?" Istri: "Mana ada. Tadi aku bilang singa tanpa busana, bukan perempuan tanpa busana...." *yuuk scroll ke atas lagi.

rid kc

Pilpres memang udah usai. Yang masih getol menyerang adalah tim 01. Sementara tim 03 sudah pasrah kecuali capresnya yang ngotot tidak percaya hasil hitung cepat sementara cawapresnya sudah legowo dan percaya hasil hitung cepat. Tim 02 pun diam dan tidak ada suara apapun. Mungkin ini untuk meredam suasana yang masih panas atau mungkin taktik tim 02 dimana sebelum pilpres menyerang habis-habisan setalah pilpres mereka bertahan total kayak sistem catenacio Italia. Capres 02 sudah silaturrahim ke sesepuh partai dan cawapresnya juga ingin bersilaturahmi ke paslon 01 dan 03. Begitulah taktik yang luar biasa dipraktekkan paslon 02. Saatnya meredakan suasana. Ada permasalahan silahkan ke MK. MK pun bisa jadi ketuanya kembali dijabat sang paman karena gugatan sang paman di PTUN dikabulkan. Ya sudahlah semua harus logowo. Kembali ke aktivitas masing-masing.

Mirza Mirwan

Parliamentary Threshold (ambang batas parlemen) sebenarnya tidak adil. Banyak negara di Eropa menerapkan ambang batas parlemen itu. Tetapi beberapa negara memberi pengecualian untuk partai kecil. Jerman, misalnya, ambang batasnya 5%, tetapi untuk partai kecil 0%. Pun Serbia, ambang batas 3%, untk partai kecil 0%. Di kita ambang batas 4% dan tak ada toleransi untuk partai kecil. Angka 4% itu dihitung dari keseluruhan suara sah dalam pemilu legislatif. Hanya partai yang memenuhi ambang batas 4% yang diikutkan dalam pembagian kursi. Dalam pileg DPR 2024 ini, taruhlah suara sah ada 175.000.000. Berarti 4%-nya 7.000.000. Padahal mungkin ada partai yang perolehannya hanya 3-4 juta yang di provinsi tertentu bisa meraih 5-6 kursi. Tapi gegara ambang batas 4% itu hilanglah kesempatan meraih kursi. Saya pernah menulis bahwa founding fathers kita dulu mengambil AS sebagai role model. Dari lambang negara: AS menggunakan burung rajawali yang menggigit pita bertuliskan "E Pluribus Unum", di kita burung garuda yang kedua cakarnya membentangkan pita bertuliskan "Bhinneka Tunggal Ika". Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan -- bedanya di sana masa jabatan 4 tahun, di kita 5 tahun. Di AS tak ada parliamentary threshold, karena pileg di sana menggunakan sistem "first-past-the-post" -- peraih suara terbanyak yang memenangi kursi. Karena jumlah dapil (constituency) disamakan dengan jumlah kursi. Satu dapil satu kursi. Di kita? Anda sudah tahu.

Handoko Luwanto

Aplikasi Urut-Komen nya masih running di laptop (local network). Selama blum dipindahkan ke server, bisa jadi urutan komennya tidak 100% valid. Yaitu karna gak jarang laptop di-off slama sy tdk d tempat. Saat laptop di-on-kan kembali, bagian yg bisa bikin tdk valid adalah : "Misalnya pas nemukan 2 komen yg sama-sama sudah terposting 10 menit, d mana itu adalah1 komen utama + 1 komen replay pd komen yg lain". Bisa jadi komen reply pd komen lain itu diposting lebih dulu. Tapi bisa juga komen utama yg diposting dulu. Beda jika masih dalam satuan detik, nyaris tdk mungkin ada >1 komen diposting pada detik yg sama. Tapi jika satuan waktunya sudah masuk ke menit, jam dst, bakal muncul "uncertainty" urutan sperti d atas. Kecuali jika komennya sama-2 berstatus utama, atau sama-2 berstatus reply pada komen utama yg sama. Nanti stelah fitur auto-notif jadi, app ini akan dibikin spenuhnya online. Gara-gara usulan #1 tdk dipenuhi, jadilah sperti kembali ke masa kuliah dulu dengan membikin algoritma app ini :-)

Handoko Luwanto

Selamat datang & bergabung dalam Detasemen Prusuh Disway (DPD), bung Ojol Gacor :-). Semoga bisa memperkuat barisan, membawa Disway.ID menjadi kanal yg paling dicari orang se dunia (minimal di Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei & Suriname)

Ojol Gacor

Saya setuju banget, pilpres sudah selesai berdasarkan hasil quick count. Kecewa sih karena jagoan saya kalah. Mungkin ada sedikit 'kecurangan', tetapi realita di lapangan memang begitu. Di tempat saya, yang ramai diobrolan bapak bapak baik di WA maupun obrolan langsung, yang ramai capres 01, tetapi ternyata hasil perhitungan suara yang menang 02. Demikian juga di kampung sebelah. Jadi, saya harus mengakui kekalahan. Mungkin kali ini belum saatnya. Tetapi mengenai hasil survey kepuasan atas kerja Jokowi yang mencapai 80%, saya kok agak heran ya. Karena fakta di kampung saya, sekarang mulai ada beberapa ibu ibu yang kalau kewarung cuma mampu beli telur sebutir dan sebungkus mie instan. Kejadian yang beberapa tahun lalu tidak pernah saya jumpai.

Xiaomi A1

-Hillary Elly- Sampe dgn pagi ini, perolehan suara Hillary Lasut di dapil sulut sudah mencapai 108rb, sudah 2x lipat dibanding pemimpin klasmen perolehan suara di dapil jatim 1, yaitu bos kapal ferry dgn 50rb an suara. Tingginya suara yg di raih Brigitta, tidak lepas dari nama besar ayahnya Elly Lasut. Dari jaman dulu memang sudah banyak tokoh besar yg ber-fam Lasut, yg paling terkenal tentu kakak beradik Arie Lasut (pahlawan nasional) dan Willy Lasut (jadi gubernur sebentar tahun 70an, lalu dicopot krn pro petani terkait harga cengkeh). Apakah Elly Lasut masih ada hubungan dgn kedua tokoh tsb, tp klo dicari2 biasanya sih masih saudara jg. Karir Elly Lasut terbilang unik, Elly adalah dokter lulusan Univ Sam Ratulangi tahun 90an, lalu penempatan di Kepulauan Talaud, tidak lama berselang Elly diangkat menjadi Kepala Puskesmas di Talaud. Tahun 2000 Elly kembali ke Unsrat untuk mengambil program spesialis penyakit dalam. 2003 lulus spesialis, bukannya praktik, Elly malah terjun ke politik dgn masuk ke parpol. Singkat cerita Elly Lasut terpilih menjadi Ketua DPRD Talaud. Tahun 2004 Elly terpilih menjadi Bupati Talaud pada usia yg sangat muda 34 tahun. Empat tahun kemudian, istrinya terpilih menjadi Bupati Minahasa Tenggara di usia yg sama dengan saat Elly Lasut menjadi Bupati.. (Bersambung)

Liáng - βιολί ζήτα

selingan Mestinya Oom Juve Zhang menyanyikan lagu "Tentang Aku" yang dipopulerkan oleh Jingga (Ciptaan : Therry Andreanus Charles Mully) supaya bisa segera move on (emangnya mau begitu terus sampai kapan ??). Kemari Oom, saya temenin dengan permainan violin, Oom yang bernyanyi jelek juga ngga apa-apa emang sudah bakatnya kan, suara Oom itu juelek (sumbang, fals), tercermin koq pada tulisan-tulisan Oom selama ini..... wkwkwkwkwk.....  "Tentang Aku" - Jingga. (Ciptaan : Therry Andreanus Charles Mully) Mungkin hanya jiwa yang tak terjaga jua Dalam doa Hingga khilaf menyentuh terasa bergetar Ku berlalu Saat terasa waktu tlah hilang Ku terdiam oh Saat hanya gundah yang bertentangan Ku bernyanyi Cinta cita harapan Dan ku terbawa dalam kisah yang lama Cinta cita harapan Dan ku terbawa dalam kisah lama Amarah yang tak terucapkan jua Tak terungkap Walau diri tlah terbelenggu hasrat Yang bernyanyi Saat terasa waktu tlah hilang Ku terdiam oh Saat hanya gundah yang bertentangan Ku bernyanyi Cinta cita harapan Dan ku terbawa dalam kisah yang lama Cinta cita harapan Dan ku terbawa dalam kisah lama

Jokosp Sp

Ayo dah bagawe, bagawe, bagawe. Kadak lakas bagawe ya kadak makan. Banyak parut manunggu di rumah dari hasil pian bagawe. Kadak usah talalu banyak mamikirakan politik, politik kadak manganyangkan. Mau nunggu janji politik. makan itu janji.

Lagarenze 1301

Pemilu kali ini memunculkan bintang baru dari kalangan srikandi milenial Lampung yang akan melenggang ke Senayan. Dari anak menteri, anak jenderal, hingga anak wali kota. Ruby Chairani  Syiffadia (25), caleg nomor 3 Dapil Lampung 1 dari Partai Gerindra. Dia putri dari Irjen Pol Rudi Setiawan yang kini menjabat Deputi Penindakan KPK. Alumni Lasalle College of the Arts Singapura dan King's College London ini, hingga Minggu siang dia sudah meraup 35.158 suara, terbanyak kedua di partainya setelah Ahmad Muzani (56.237). Ada juga Rahmawati Herdian (27), caleg nomor 2 Dapil Lampung 1 dari Partai Nasdem. Dia putri dari Herman HN, Wali Kota Bandar Lampung dua periode. Ibunya, Eva Dwiana, saat ini menjabat Wali Kota Bandar Lampung. Meskipun banyak tudingan bahwa suara Rahmawati yang kelahiran 19 Desember 1996  melesat berkat dukungan perangkat pemerintah, namun sejauh ini tidak terbukti. Dia sementara meraup 33.390 suara, terbanyak kedua di partainya setelah Taufik Basari (40.286). Lalu, jangan lupa Putri Zulhas (35), caleg nomor 1 Dapil Lampung 1 dari Partai Amanat Nasional. Dia putri Menteri Perdagangan yang juga Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Dia adalah mantan istri Ahmad Mumtaz Rais, anak Amien Rais. Putri, kelahiran 13 Mei 1988, yang lulusan ITB dan Australia National Univetsity memiliki dukungan kuat, tak hanya dari partainya, tapi juga keluarga yang banyak terjun di politik. Dia sementara sudah meraup 68.987 suara, terbanyak pertama di partainya.*

Er Gham

Nasdem dan PKB lebih pilih tetap di pemerintahan. Gabung ke Prabowo. PKS masih pikir2x karena sudah 2x berjuang dengan Prabowo. Capek jika terus oposisi. PPP juga gabung. Hanya PDIP yang sudah berani menyuarakan kemungkinan menjadi oposisi. Petugas partai mah ikut aja, terserah ibu. Hehehe. Pak Anies bagus jika pilih menjadi oposisi. Sebagai penyeimbang. Tapi mewakili partai apa ya.

Gregorius Indiarto

"Kita sudah tahu, CHD itu hanya "sak ithik", sementara komentar pilihannya "pirang pirang ithik" dadine "akih". Hhhh, cuma bercanda, tapi serius. Tapi, kpomen para perusuh juga tidak kalah "menthes" dari CHD, kecuali komen "remusuh", seperti komen ini.

Kliwon

"Wahai manusia, janganlah kita mengolok yang kalah. Menuntun yang kalah kembali masuk gua dengan tertib dan tidak berdesakan, itu lebih baik bagi kita.. Dan mari kita yang menang kembali naik ke pohon. Karena sesungguhnya bisa jadi kelak 5 tahun lagi gantian kita yang dituntun masuk gua dan mereka naik ke pohon."

Richolas Tjhai

Setelah sekian purnama akhirnya bisa login, greget sekali baca komen om JZ yg belum move on. Mungkin biar move on, abah harus pin komennya supaya tidak perlu diulang" terus. Peace om??

Leong Putu

Saya dalam menghitung gajian saja, juga pakai quick count. Cepat hitungnya dan juga habisnya.

Juve Zhang......... 

@Sasmita sehat prof semoga kita semua sehat memang gacoran saya begitu lah tapi Pak bos juga senang bacanya wkwkwk pak bos sangat demokratis hati luas seluas tanah nya kuping tebal setebal dompet nya saya suka model pak Bos kita ini di kritik santai saja yg penting dompet beliau gak pernah boncos nampak dari makan nya ikan Wang Bu Liau harga 6 Jeti.... wkwkwkwk.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

KETEMU PRESIDEN (2). "Yang ketiga..?" "Yang ketiga ketemu pak Harto. Tahun 1971. Di Yogyakarta. Saya mendapat kesempatan wawancara eksklusif dengan beliau. Saya sudah menyiapkan catatan/ daftar pertanyaan. Tapi saat awal ketemu beliau, daftar pertanyaan itu diminta. Terus beliau, bilang, jawaban pertanyaan nomor 1: ... Nomor dua: ..." (Dan seterusnya). "Yang keempat..?". "Yang keempat sekitar 10 tahun kemudian, ketemu pak Harto lagi. Waktu itu saya terpilih sebagai 'mahasiswa teladan'. Diundang ke istana. Salaman. Dan bincang-bincang. Beliau udah lupa saya. Tapi saat saya ingatkan, bahwa pernah ketemu di kesempatan wawancara eksklusif, beliau ingat peristiwanya. Kemudian beliau menanyakan beberapa hal.." "Yang ke lima..". "Pernah ketemu beberapa presiden lainnya. Mereka ada di mana-mana, dan saya nontonnya di televisi. He he.. Tamat di keempat pak..!! Maaf. He he..". ### Lumayan. (Daripada kebanyakan warga negara). He he..

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda