Sang Begawan Media

Riuh Sepi

Bersama Nilam Ayu, pelatih tari asal Ngadiluwih, Kediri. (FOTO: DISWAY)

COWASJP.COMSAYA jarang lewat jalur ini: Surabaya-Hong Kong-Tianjin. Harus bermalam di Hong Kong. Kali ini apa boleh buat. Toh sudah 3 tahun tidak lihat Hong Kong.

Dulu, ketika masih ada penerbangan Nanhang (China Southern) Surabaya-Guangzhou, saya selalu pilih itu: Surabaya-Guangzhou-Tianjin. Berangkat pagi, tiba sore. 

Pilihan lain: Surabaya-Singapura-Beijing. Lalu naik kereta whoosh dari Beijing ke Tianjin: 29 menit.

Sebenarnya ada yang simple: Surabaya-Singapura-Tianjin. Tapi pakai penerbangan Scoot, all economy. Belum pernah mencoba. Kapan-kapan. Toh tidak pernah bawa bagasi. Baju lama masih setia menunggu di Beijing. Juga di Tianjin.

Kemarin itu saya mendarat di Hong Kong menjelang sore. Ke hotel naik taksi: HKD 410.

Saya tahu: kini tidak perlu lagi punya uang Hong Kong. Boleh dibayar dengan uang renminbi. Kursnya kini sama.

NEWS CATATAN HARIAN DAHLAN VIRAL BOLA BERITA DAERAH OTOMOTIF ENTERTAINMENT TRAVEL BISNIS LIFESTYLE HEALTH TEKNO SPORT OPINI

Home Catatan Harian Dahlan

Riuh Sepi

Oleh: Dahlan Iskan

Minggu 22-10-2023,04:00 WIB

Riuh Sepi

--

SAYA jarang lewat jalur ini: Surabaya-Hong Kong-Tianjin. Harus bermalam di Hong Kong. Kali ini apa boleh buat. Toh sudah 3 tahun tidak lihat Hong Kong.

Dulu, ketika masih ada penerbangan Nanhang (China Southern) Surabaya-Guangzhou, saya selalu pilih itu: Surabaya-Guangzhou-Tianjin. Berangkat pagi, tiba sore. 

Pilihan lain: Surabaya-Singapura-Beijing. Lalu naik kereta whoosh dari Beijing ke Tianjin: 29 menit.

Sebenarnya ada yang simple: Surabaya-Singapura-Tianjin. Tapi pakai penerbangan Scoot, all economy. Belum pernah mencoba. Kapan-kapan. Toh tidak pernah bawa bagasi. Baju lama masih setia menunggu di Beijing. Juga di Tianjin.

Kemarin itu saya mendarat di Hong Kong menjelang sore. Ke hotel naik taksi: HKD 410.

 

Saya tahu: kini tidak perlu lagi punya uang Hong Kong. Boleh dibayar dengan uang renminbi. Kursnya kini sama.

Menjelang sampai hotel saya diingatkan oleh pemandangan: ini hari Minggu. Terlihat dari banyaknya wanita Indonesia berkumpul di Taman Victoria yang luas di depan Hotel Park Lane. Terlihat ada yang lagi menari. Dengan kostum tradisional tari Jawa. Merah-hitam-putih-kuning. Dengan bawahan kain batik corak parang garudo. Dengan mahkota di kepala.

Turun dari taksi saya pilih menyeberang ke taman itu. Penuh dengan wanita Indonesia: bergerombol di mana-mana. Membuka lapak plastik. Tiduran. Berbantal paha teman. Makan-makan camilan. Saling menyisir rambut. Memantas-mantaskan wajah. Memoles bibir dengan lipstik. Berkaca. Jualan. Main HP. Ngobrol. Cekikikan. Mencoba baju baru. Campur. Yang pakai jilbab. Yang pakai short pant. Yang pakai rok mini. Yang pakai celana jeans. Lengkap.

Saya bergabung dengan yang menari Jawa itu. Ngobrol dengan pelatihnya: Nilam Ayu. Asal Kediri: Ngadiluwih. Sudah 16 tahun di Hong Kong. Dua putrinya sudah kawin. Sudah punya anak. Dua anaknyi yang lain masih SMA. Masih perlu biaya untuk sekolah mereka.

Tiap Minggu Nilam melatih tari Jawa di situ. Di grup Sanggar Srikandi. Dua jam. Saat saya gabung di situ mereka lagi latihan tari Sri Paganti –khas Lamongan. Dengan gamelan dari YouTube.

Nilam juga mengaku sebagai aktivis BaraJP, relawan Jokowi. Bidang kebudayaan. 

''Berarti akan dukung Mas Gibran?''

''BaraJP di Hong Kong relawan Ganjar,'' kata Nilam. 

''Kalau pusat minta pindah dari Ganjar?''

''Kami sudah telanjur Ganjar''.

Ngobrol saya sering terganggu mereka yang nimbrung: minta foto. Mereka banyak yang mengingatkan: ''Masak lupa, saya alumni program Bank Mandiri''. 

Bank Mandiri memang punya program legendaris untuk pekerja migran di Hong Kong: melatih mereka jadi wirausaha.

Latihan hari itu ditutup dengan tari Black Pink. Yang lagunya tetap bahasa Korea tapi musiknya diganti gamelan jaranan kepang.

logo

22 Okt 2023

Cari Berita ...

NEWS CATATAN HARIAN DAHLAN VIRAL BOLA BERITA DAERAH OTOMOTIF ENTERTAINMENT TRAVEL BISNIS LIFESTYLE HEALTH TEKNO SPORT OPINI

Home Catatan Harian Dahlan

Riuh Sepi

Oleh: Dahlan Iskan

Minggu 22-10-2023,04:00 WIB

Riuh Sepi

--

SAYA jarang lewat jalur ini: Surabaya-Hong Kong-Tianjin. Harus bermalam di Hong Kong. Kali ini apa boleh buat. Toh sudah 3 tahun tidak lihat Hong Kong.

Dulu, ketika masih ada penerbangan Nanhang (China Southern) Surabaya-Guangzhou, saya selalu pilih itu: Surabaya-Guangzhou-Tianjin. Berangkat pagi, tiba sore. 

 

Pilihan lain: Surabaya-Singapura-Beijing. Lalu naik kereta whoosh dari Beijing ke Tianjin: 29 menit.

Sebenarnya ada yang simple: Surabaya-Singapura-Tianjin. Tapi pakai penerbangan Scoot, all economy. Belum pernah mencoba. Kapan-kapan. Toh tidak pernah bawa bagasi. Baju lama masih setia menunggu di Beijing. Juga di Tianjin.

Kemarin itu saya mendarat di Hong Kong menjelang sore. Ke hotel naik taksi: HKD 410.

 

Saya tahu: kini tidak perlu lagi punya uang Hong Kong. Boleh dibayar dengan uang renminbi. Kursnya kini sama.

BACA JUGA:Istikharah Rupiah

Menjelang sampai hotel saya diingatkan oleh pemandangan: ini hari Minggu. Terlihat dari banyaknya wanita Indonesia berkumpul di Taman Victoria yang luas di depan Hotel Park Lane. Terlihat ada yang lagi menari. Dengan kostum tradisional tari Jawa. Merah-hitam-putih-kuning. Dengan bawahan kain batik corak parang garudo. Dengan mahkota di kepala.

Turun dari taksi saya pilih menyeberang ke taman itu. Penuh dengan wanita Indonesia: bergerombol di mana-mana. Membuka lapak plastik. Tiduran. Berbantal paha teman. Makan-makan camilan. Saling menyisir rambut. Memantas-mantaskan wajah. Memoles bibir dengan lipstik. Berkaca. Jualan. Main HP. Ngobrol. Cekikikan. Mencoba baju baru. Campur. Yang pakai jilbab. Yang pakai short pant. Yang pakai rok mini. Yang pakai celana jeans. Lengkap.

 

Saya bergabung dengan yang menari Jawa itu. Ngobrol dengan pelatihnya: Nilam Ayu. Asal Kediri: Ngadiluwih. Sudah 16 tahun di Hong Kong. Dua putrinya sudah kawin. Sudah punya anak. Dua anaknyi yang lain masih SMA. Masih perlu biaya untuk sekolah mereka.

 

Tiap Minggu Nilam melatih tari Jawa di situ. Di grup Sanggar Srikandi. Dua jam. Saat saya gabung di situ mereka lagi latihan tari Sri Paganti –khas Lamongan. Dengan gamelan dari YouTube.

Nilam juga mengaku sebagai aktivis BaraJP, relawan Jokowi. Bidang kebudayaan. 

''Berarti akan dukung Mas Gibran?''

''BaraJP di Hong Kong relawan Ganjar,'' kata Nilam. 

''Kalau pusat minta pindah dari Ganjar?''

''Kami sudah telanjur Ganjar''.

Ngobrol saya sering terganggu mereka yang nimbrung: minta foto. Mereka banyak yang mengingatkan: ''Masak lupa, saya alumni program Bank Mandiri''. 

Bank Mandiri memang punya program legendaris untuk pekerja migran di Hong Kong: melatih mereka jadi wirausaha.

Latihan hari itu ditutup dengan tari Black Pink. Yang lagunya tetap bahasa Korea tapi musiknya diganti gamelan jaranan kepang. 

BACA JUGA:Luka Tidak

Senja tiba. Mereka bubar. Saya celingukan gamang: mau ke mana, mau makan apa. Tanpa Robert Lai saya tidak tahu apa-apa di Hong Kong. Saya pun telepon Robert yang lagi menemani istri di Singapura: saya harus makan apa, dan itu di mana.

Robert baru bisa keluar Singapura bulan Desember. Sejak Covid ia tidak mau ke mana-mana. Ia minta saya ke Hong Kong lagi Desember. ''Asal jangan tanggal 15-16,'' kata saya. Ia setuju akhir Desember bertemu di Hong Kong, tanah kelahirannya.

Hati begitu sepi di Hong Kong yang begitu ramai. Saya menyesal mengapa transit di Hong Kong. Tapi...ya sudah. Toh beberapa jam lagi sudah boarding ke Tianjin.

Ini kali kedua, setelah Covid, saya ke Tiongkok. Saya sudah tahu ada perubahan prosedur di bandara Tiongkok: sebelum proses imigrasi harus lolos dokumen kesehatan dulu.

Dokumennya elektronik. Harus scan barcode. Harus pakai program yang ada di Wechat.

Tidak masalah. Saya sudah lama pakai WeChat. Saya juga sudah pakai kuota pulsa telepon Indonesia yang bisa menjangkau Tiongkok dan Rusia. Sinyal kuat.

Saya pun mengisi kolom-kolom pertanyaan di layar HP. Tiba-tiba ada pertanyaan sulit: dalam dua bulan kemarin pergi ke negara mana saja. Harus diisi. 

Saya tidak ke mana-mana. Memang ke Singapura, tapi itu tiga bulan lalu. Harus diisi. Tidak boleh kosong.

Akhirnya saya bertanya ke petugas di dekat situ: harus diisi apa.

''Indonesia,'' katanya.

''Saya orang Indonesia. Masak ke Indonesia,'' kata saya.

''Saya tahu. Kalau tidak pernah ke mana-mana tulis negaranya sendiri,'' jawabnya. Dalam bahasa Mandarin. 

Oh...dalam dua bulan saya pernah ke Indonesia. Maka bagi yang belum punya WeChat Anda tidak akan bisa scan barcode. Dan bagi yang tidak pernah ke negara lain (dalam dua bukan) isi kolom itu dengan nama negeri sendiri.

Hong Kong belum dingin. Masih hangat. Tianjin sudah agak dingin: 22 derajat celsius. Sudah harus pakai jaket. Nyaman. Segar. Langit biru sekali. Kota industri ini tidak lagi penuh polusi. Hidung terasa menghirup oksigen murni.

logo

22 Okt 2023

Cari Berita ...

NEWS CATATAN HARIAN DAHLAN VIRAL BOLA BERITA DAERAH OTOMOTIF ENTERTAINMENT TRAVEL BISNIS LIFESTYLE HEALTH TEKNO SPORT OPINI

Home Catatan Harian Dahlan

Riuh Sepi

Oleh: Dahlan Iskan

Minggu 22-10-2023,04:00 WIB

Riuh Sepi

--

SAYA jarang lewat jalur ini: Surabaya-Hong Kong-Tianjin. Harus bermalam di Hong Kong. Kali ini apa boleh buat. Toh sudah 3 tahun tidak lihat Hong Kong.

Dulu, ketika masih ada penerbangan Nanhang (China Southern) Surabaya-Guangzhou, saya selalu pilih itu: Surabaya-Guangzhou-Tianjin. Berangkat pagi, tiba sore. 

 

Pilihan lain: Surabaya-Singapura-Beijing. Lalu naik kereta whoosh dari Beijing ke Tianjin: 29 menit.

Sebenarnya ada yang simple: Surabaya-Singapura-Tianjin. Tapi pakai penerbangan Scoot, all economy. Belum pernah mencoba. Kapan-kapan. Toh tidak pernah bawa bagasi. Baju lama masih setia menunggu di Beijing. Juga di Tianjin.

Kemarin itu saya mendarat di Hong Kong menjelang sore. Ke hotel naik taksi: HKD 410.

 

Saya tahu: kini tidak perlu lagi punya uang Hong Kong. Boleh dibayar dengan uang renminbi. Kursnya kini sama.

BACA JUGA:Istikharah Rupiah

Menjelang sampai hotel saya diingatkan oleh pemandangan: ini hari Minggu. Terlihat dari banyaknya wanita Indonesia berkumpul di Taman Victoria yang luas di depan Hotel Park Lane. Terlihat ada yang lagi menari. Dengan kostum tradisional tari Jawa. Merah-hitam-putih-kuning. Dengan bawahan kain batik corak parang garudo. Dengan mahkota di kepala.

Turun dari taksi saya pilih menyeberang ke taman itu. Penuh dengan wanita Indonesia: bergerombol di mana-mana. Membuka lapak plastik. Tiduran. Berbantal paha teman. Makan-makan camilan. Saling menyisir rambut. Memantas-mantaskan wajah. Memoles bibir dengan lipstik. Berkaca. Jualan. Main HP. Ngobrol. Cekikikan. Mencoba baju baru. Campur. Yang pakai jilbab. Yang pakai short pant. Yang pakai rok mini. Yang pakai celana jeans. Lengkap.

 

Saya bergabung dengan yang menari Jawa itu. Ngobrol dengan pelatihnya: Nilam Ayu. Asal Kediri: Ngadiluwih. Sudah 16 tahun di Hong Kong. Dua putrinya sudah kawin. Sudah punya anak. Dua anaknyi yang lain masih SMA. Masih perlu biaya untuk sekolah mereka.

 

Tiap Minggu Nilam melatih tari Jawa di situ. Di grup Sanggar Srikandi. Dua jam. Saat saya gabung di situ mereka lagi latihan tari Sri Paganti –khas Lamongan. Dengan gamelan dari YouTube.

Nilam juga mengaku sebagai aktivis BaraJP, relawan Jokowi. Bidang kebudayaan. 

''Berarti akan dukung Mas Gibran?''

''BaraJP di Hong Kong relawan Ganjar,'' kata Nilam. 

''Kalau pusat minta pindah dari Ganjar?''

''Kami sudah telanjur Ganjar''.

Ngobrol saya sering terganggu mereka yang nimbrung: minta foto. Mereka banyak yang mengingatkan: ''Masak lupa, saya alumni program Bank Mandiri''. 

Bank Mandiri memang punya program legendaris untuk pekerja migran di Hong Kong: melatih mereka jadi wirausaha.

Latihan hari itu ditutup dengan tari Black Pink. Yang lagunya tetap bahasa Korea tapi musiknya diganti gamelan jaranan kepang. 

BACA JUGA:Luka Tidak

Senja tiba. Mereka bubar. Saya celingukan gamang: mau ke mana, mau makan apa. Tanpa Robert Lai saya tidak tahu apa-apa di Hong Kong. Saya pun telepon Robert yang lagi menemani istri di Singapura: saya harus makan apa, dan itu di mana.

Robert baru bisa keluar Singapura bulan Desember. Sejak Covid ia tidak mau ke mana-mana. Ia minta saya ke Hong Kong lagi Desember. ''Asal jangan tanggal 15-16,'' kata saya. Ia setuju akhir Desember bertemu di Hong Kong, tanah kelahirannya.

Hati begitu sepi di Hong Kong yang begitu ramai. Saya menyesal mengapa transit di Hong Kong. Tapi...ya sudah. Toh beberapa jam lagi sudah boarding ke Tianjin.

Ini kali kedua, setelah Covid, saya ke Tiongkok. Saya sudah tahu ada perubahan prosedur di bandara Tiongkok: sebelum proses imigrasi harus lolos dokumen kesehatan dulu.

Dokumennya elektronik. Harus scan barcode. Harus pakai program yang ada di Wechat.

Tidak masalah. Saya sudah lama pakai WeChat. Saya juga sudah pakai kuota pulsa telepon Indonesia yang bisa menjangkau Tiongkok dan Rusia. Sinyal kuat.

Saya pun mengisi kolom-kolom pertanyaan di layar HP. Tiba-tiba ada pertanyaan sulit: dalam dua bulan kemarin pergi ke negara mana saja. Harus diisi. 

Saya tidak ke mana-mana. Memang ke Singapura, tapi itu tiga bulan lalu. Harus diisi. Tidak boleh kosong.

Akhirnya saya bertanya ke petugas di dekat situ: harus diisi apa.

''Indonesia,'' katanya.

''Saya orang Indonesia. Masak ke Indonesia,'' kata saya.

''Saya tahu. Kalau tidak pernah ke mana-mana tulis negaranya sendiri,'' jawabnya. Dalam bahasa Mandarin. 

Oh...dalam dua bulan saya pernah ke Indonesia. Maka bagi yang belum punya WeChat Anda tidak akan bisa scan barcode. Dan bagi yang tidak pernah ke negara lain (dalam dua bukan) isi kolom itu dengan nama negeri sendiri.

Hong Kong belum dingin. Masih hangat. Tianjin sudah agak dingin: 22 derajat celsius. Sudah harus pakai jaket. Nyaman. Segar. Langit biru sekali. Kota industri ini tidak lagi penuh polusi. Hidung terasa menghirup oksigen murni.

Di Tianjin saya tahu harus ke mana dan makan apa. Saya ke masjid terbesar di pusat kota. Usia masjid itu sudah 400 tahun. Bentuknya seperti kelenteng. Persis. Lahannya cukup luas: 7000 m2. Di halamannya ada dua pohon yang dilindungi. Umur keduanya sudah hampir 200 tahun.

Untuk makan saya pilih ke dekat masjid satunya. Huo guo. Asli. Shabu-shabu. Serba rebus. Sehat.

Di area itulah komunitas muslim tinggal. Mereka suku Hui. Suku ini hampir 100 persen Islam. Asal usul mereka adalah pedagang kuno dari Iran (Parsi) yang kawin-mawin dengan suku Han. Jadilah Hui. Suku ini menguasai tiga provinsi: Qinghai, Gansu, dan Ningxia. 

Asal usul itulah yang membedakan suku Hui dengan muslim di provinsi Xinjiang. Yang terakhir itu berasal dari pedagang kuno Turkiye campur Arab campur Asia Tengah. Jadilah suku Uygur.

Di Tiongkok, kemarin, tidak ada gempa. Justru di Jakarta, yang saya dengar, gempanya sampai 15 skala Richter. Benarkah pusat gempanya di Istana, di Jalan Teuku Umar, di Jalan Anggrek Neli Murni, dan di sekitar rumah Ahok?(*) 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 21 Oktober 2023: Hepatitis Habis

Er Gham

Dulu sekali, saat kecil, diajarkan beberapa hal sederhana. Seperti: kurang gula bisa sakit kuning, tapi kelebihan gula bisa kena sakit gula. Kurang garam bisa darah rendah, tapi kelebihan garam bisa jadi darah tinggi. Kurang minum susu bisa buat badan pendek. Kurang makan daging bisa buat badan lemah lunglai. Kurang makan nasi bisa buat tulang rusuk kelihatan. Hehehe. 

mzarifin umarzain

Kurang darah, jadilah drakula, yg hisap darah lain orang.

Lagarenze 1301

Tambahan: kurang fokus bikin telat terbit dan komen terpotong, he-he-he.

Lagarenze 1301

Kurang pendapatan bikin letih, lemah, lesu....

Kang Sabarikhlas

Kurang Hoki, nyusahin hidup orang saya sendiri... duh.

Hari Purwanto

Kurang ajar bikin diri susah hidup dan nyusahin hidup orang lain

Amat K.

Alenia penutup. Saya menangkapnya begini, Abah cuma mau ngece. Istri itu begini lhoo. Bukan melarang pergi, malah nyuruh pergi jauh. Wkwkwkwk Tapi tidak berlaku jika istri masih muda. Patut dicurigai jika demikian. Jangan-jangan ia punya tujuan. Seperti cerita viral di Makassar itu. Suami lagi ikut pendidikan, ia malah sibuk bercocok tanam dengan pria idaman. 

JIM vsp

Jadi ingat jaman dulu, ketika kakak bungsu saya sakit kuning, mata dan tubuhnya menguning, entah dapat resep dari siapa, ibu saya waktu itu Yakin bahwa obatnya adalah makan "TUMO (kutu rambut) nya sendiri". Caranya makan biar elegan bisa pakai bantuan pisang raja, Caranya : 

1. Kumpulkan Tumo segar hasil 'Pethan' atau sisiran di wadah, piring atau cawan. 

2. Pilih tumo yang gemuk-gemuk dan sehat. 

3. Ambil dan kupas buah pisang Raja. 

4. Susun 3-5 ekor tumo gemuk di buah pisang yang tadi sudah dikupas. 

5. Makan langsung di "ulu" tanpa dikunyah, langsung telan. 

6. Lakukan setiap hari, sampai warna kuningnya menghilang 

7. Pastikan itu Tumonya sendiri, bukan Naturalisasi apalagi impor. Sejak saat itu kakak saya sembuh dan tidak kambuh lagi sampai sekarang. Semoga ada rusuhwan yang menjelaskan secara ilmiah hubungan TUMO dan hepatitis tadi. 

pendatang baru

Akhirnya kebagian juga sulit login.. ada mungkin 10 kali auth baru bisa.. huehue Baru tau kalo abah ternyata hepatitis b.. jadi tambah pengetahuan.. Saya juga hbsag + dari jalur kakek (jalur ibu).. jadi di rumah ibu, kakak perempuan dan saya positif.. pertama tahu tahun 2008/2009an sewaktu si kakak medical cekup untuk pekerjaan, dia penasaran: satu rumah dicek semua, lalu dirunut ke keluarga ibu dan betul keturunan.. Cukup sering cek lab, tapi tidak pernah konsultasi resmi ke dokter (karna si kakak kebetulan analis di lab rumah sakit, tanya² dokter kenalan yang dekat saja) Tahun 2022 lalu bermodal hasil lab positif Hbsag saya minta rujuk ke spesialis, pakai bpjs. Di rumah sehat disuruh cek lab lagi, dan tetap positif, sekalian cek hati dan segala macam. Dokter bilang: gak perlu diobatin, biar saja, hepatitisnya tidur jangan diganggu, yang penting sering cek lab dan nanti kalo mau nikah calonnya dibawa ke sini, biar dijelasin. Cek lab madslah gampang. Cari perempuan yang perlu dijelasin belum ketemu. Jadi saya jelasin kepads para perusuh di sini saja. Huehuehue.

Leong Putu

Tanya istri/ ................ "Ma, papa boleh beli sandal gak? Sandal papa talinya putus". "Putus yang sebelah mana, Pa?' "Sebelah kiri, Ma". "Yang putus kan talinya, kenapa beli sandal? Beli talinya saja di tukang sol sepatu. Hemat!". "Mama benar-benar istri bijaksana" "Hmmmmm...". ......paraaaaaaaaaah....

Jo Neca

Paa mama boleh beli kutang baru ga.Kutang mama kenapa?Talinya putus paa..Kok talinya putus beli baru ma.Beli tali aja..#$#£Ambyar

alasroban

Konon menurut pak DI ada 3 yg tak boleh di lawan. Atasan. Orang kaya. Orang gila. Anda sudah tahu pak DI termasuk kelompok yg mana ?

Ulik Kopi

Minum obat ini butuh kekuatan finansial jangka panjang. Dan kekuatan iman. Bayangkan setiap kali ambil bungkusnya terbaca entecavir. Padahal kita berusaha terus jadi orang beriman.. 

Beny Arifin

Umur memang ditangan Tuhan. Tapi ayahanda Pak DI dan Pak DI sendiri terkena Hepatitis diumur yang kurang lebih sama. Satu meninggal satunya lagi bertahan. Apa bedanya ? Yap, uang. Alhamdulillah kita yang diberikan kesehatan walaupun tidak (terlalu) banyak diberikan uang.

Jokosp Sp

Dari lahir sudah diazankan oleh bapaknya. Baca syahadat ya tiap hari karena sudah sholat lima waktu. Apakah kita yang pakai produk luar harus dianggap "kafir"?. Coba di kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari produk jepang, Amerika, Korea, dan China. Naik pesawat bikinan Amerika, naik Mobil bikinan Jepang atau Korea atau China, naik sepeda motor bikinan Jepang atau China, Nonton TV di rumah produk Jepang atau Korea, mungkin sebagian Indonesia atau China. Pakai HP buat ngetik-ngetik di CHDI ini kalau tidak produk Jepang/ Korea ya bisa produk China. Apakah yang seperti ini disebut "kafir?". Janganlah terlalu picik, dan terlalu sempit pola pikirnya. Di kehidupan sehari-hari tidak bisa terlepas dari produk asing.

Jokosp Sp

Istilah "Inventory Bengkak" adalah : gudang diisi oleh barang-barang yang tidak laku terjual ( dead stock ), atau lambat terjual ( slow moving ). Atau penyetokan barang melebihi perputaran kebutuhan user/ customer. Mereview Inventory wajib dilakukan per minggu, per bulan dan per tiga bulan ( tri wulan ), agar ketika ada kelebihan Inventory segera bisa dicari jalan keluarnya : mengembalikan (return) ke supplier, atau menurunkan jumlah order berikutnya. Inventory bengkak sama dengan modal banyak tertanam sedikit menghasilkan keuntungan.

Jokosp Sp

Ilmunya orang logistik begini : Barang yang pergerakannya lambat ( laku dijualnya ), misal per enam bulan hanya bergerak satu kali memang tidak perlu di stok. Perhitungannya cukup order ke supplier dengan memperhitungkan jumlah hari pengiriman saja. Misal, dari Tianjin ke Jakarta/ ke Surabaya perlu waktu 7 hari, atau Jakarta ke Banjarmasin/ ke Samarinda 3 hari. Artinya lebih efisien beli langsung ke supplier dibanding menyetok barang di gudang. Kelemahan menyetok barang "slow moving" adalah ada cost perawatan barang, ada uang yang mati karena barang tidak bergerak ( laku ), atau malah barang bisa expired. Modal malah hilang. Juga membebani Inventory, Inventory jadi bengkak, ini jelas tidak bagus. Stok barang juga memperhitungkan kebutuhan user. Jika re ordernya hanya sesekali yang per enam bulan memang mending tidak perlu distok di gudang. Ini sekelumit ilmu logistik yang terus kami terapkan karena kebetulan setelah purna bhakti tetap kami pakai buat ngisi masa tua dengan jualan ATK di rumah. Stok barang tidak perlu banyak numpuk banyak, namun cukup distok barang-barang yang fast moving, atau istilahnya "fast moving consumer goods" : produk-produk yang terjual cepat dengan harga yang relatif lebih murah. #matur suwun

mzarifin umarzain

Ente cavir Ente kaafir? Ente muslim? Anaa muslim?

Pangeran Jawa

Baraclude itu obat untuk orang non Muslim..kl orang muslim sudah jelas, tombo ati: 5 komposisi, baca qur'an dst... Apalagi sudah jelas baraclude, bara: api/neraka, clude (eng) termasuk, jadi baraclude: termasuk ahli neraka, terlebih sudah jelas kandunganya, "ente kafir"..

Handoko Luwanto

Jurnal Perusuh Disway Edisi: Istikharah Rupiah (Jum,20-10-2023) #.Nama__(Komen)(Kata)AWARD [diReplyOrangLain]{meReplyOrangLain} 

#1.1 hari__(1)(0) 

#2.ACEP YULIUS HAMDANI__(1)(131) [1] 

#3.Agus Suryono__(7)(281)★ [2]{2} 

#4.Ahmad Zuhri__(7)(80)⏰ [6]{4} 

#5.alasroban__(2)(94) [1] 

#6.Alon Masz Eh__(2)(19)★ {1} 

#7.Amat K.__(9)(142) [4]{7} 

#8.ari widodo__(2)(194) {1} 

#9.Atho^illah__(8)(142) [5]{6} 

#10.Azza Lutfi__(1)(6) {1} 

#11.Bangun Bisaptohadi__(1)(10) [2] 

#12.Beny Arifin__(1)(78) [1] 

#13.bitrik sulaiman__(2)(16) 

#14.didik sudjarwo__(2)(91) {1} 

#15.doni wj__(3)(355) [2]{1} 

#16.Echa Yeni__(4)(72)★ [1]{2} 

#17.Er Gham__(2)(114) 

#18.Fa Za__(1)(22) 

#19.Fajar Kusumo__(3)(53) [1]{1} 

#20.Fiona Handoko__(4)(288) [4]{2} 

#21.Gianto Kwee__(2)(60) {2} 

#22.Gregorius Indiarto__(2)(77) 

#23.Guslurah__(3)(5) 

#24.Handoko Luwanto__(4)(323)★★⭐️ [1]{1} 

#25.Hari Purwanto__(8)(122) {7} 

#26.imau compo__(3)(208)★ {1} 

#27.Iqbal Safirul Barqi__(1)(35) 

#28.Jarvis A.__(1)(36) 

#29.Jimmy Marta__(7)(142) [2]{5} 

#30.Jo Neca__(5)(139) [2]{2} 

#31.Johannes Kitono__(4)(701) [2] 

#32.Juve Zhang__(9)(723) [15] 

#33.Kang Sabarikhlas__(2)(35) {2} 

#34.KawaiChoco 003_(1)(9)★ 

#35.Ketut Bagiarta__(1)(21) 

#36.Koko Koswara__(1)(20) 

#37.Komentator Spesialis__(21)(791)★★⭐️

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda