Geliat Pantai Kuta-Legian-Seminyak Pasca Covid 19

Bandara Ngurah Rai-Seminyak Rencana Dibangun Jalur Trem

Kios-kios warung menyediakan persewaan papan selancar di sepanjang pantai. (FOTO: Bahari)

COWASJP.COMRABU (23/8/2023) pagi itu, sekelompok bule alias turis asing, baik perempuan dan laki laki,  mengenakan seragam kaos oranye mencolok. Mereka tampak serius mendengarkan arahan beberapa instruktur warga lokal di Pantai Seminyak, Bali.

Satu kelompok sepuluh orang mengenakan bawahan beragam. Ada yang pakai celana pendek, tapi umumnya mengenakan cawat, celana dalam atau bikini. Baik laki maupun perempuan. Masing masing peserta membawa papan selancar.

Ya.. sekelompok turis dari Perancis sedang mengikuti pelatihan singkat menjadi surfer atau peselancar handal. Kursus singkat durasinya satu jam hingga 1,5 jam.
Tak hanya  teori. Mereka juga diajari praktek bagaimana menjaga keseimbangan tubuh di atas papan selancar. Itu dipraktikan di atas hamparan pasir putih pantai Seminyak. 

Peserta kursus singkat juga diajari bagaimana cara mengayuh  papan selancar di atas air untuk mencari ombak yang diinginkan. Para turis kemudian memperagakan mengayuh papan seluncur di atas pasir pantai. 

Sambil tidur tengkurap, tangan mereka diayun ayunkan layaknya mengayuh ombak di laut. Badan pun harus miring ke kanan kiri. Kakinya juga terus digerak-gerakkan. Seakan benar benar beselancar di atas laut. Juga praktik lainnya guna menunjang kelancaran saat praktik berselancar di atas laut nanti.

Setelah mendapat teori dan praktek di atas pasir, mereka langsung digiring ke tengah laut pantai Seminyak untuk mempraktekannya. Para turis tadi dipandu, diawasi beberapa instruktur yang umumnya berkulit gelap, penuh tato dan rambut gondrong kemerah merahan. 

‘’Bisa tidaknya mereka mempraktekkan berselancar di atas ombak tergantung kemampuan masing masing peserta menerapkan teori yang diajarkan. Semakin bagus menjaga keseimbangan tubuh d atas papan seluncur, makin cepat bisa berselancar,’’ kata Wilson, salah satu instruktur kepada CowasJP.Com.

Wilson salah satu karyawan perusahaan yang khusus memberi pelatihan kepada peselancar pemula baik asing maupun lokal. Di sepanjang pantai Kuta, Legian dan Seminyak banyak perusahaan jasa serupa yang memberi pelatihan surfer atau peselancar baru. 

bahari1.jpgKawasan pantai Jerman, Kuta, Legian sampai Seminyak. (FOTO: Bahari)

Tak heran banyak kelompok-kelompok  turis dengan seragam mencolok terlihat ikut latihan berselancar di sepanjang pantai Kuta, Legian sampai Seminyak.

‘’Setiap turis dipungut Rp 600 ribu sekali latihan. Biaya itu mulai latihan teori, praktek lapangan di laut. Termasuk papan seluncur, akomodasi dari hotel ke pantai, seragam kaos dan lainnya,’’ tambah Wilson yang asal Pematangsiantar, Sumut, itu.

Para turis bisa mendaftar latihan berselancar secara on line, atau mendaftar di hotel tempat mereka menginap. Mereka lalu dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok maksimum 10 orang. Batasan itu dilakukan  agar pelatihan berjalan efektif. 

Sehari Wilson dkk bisa memberi latihan turis beberapa kelompok. ‘’Saya susul dulu teman teman (instruktur) mendampingi para turis,’’  ujar Wilson seraya berlari menuju laut. Dia bergabung rekannya mengawasi anak didiknya.

Tak hanya perusahaan yang membuka jasa kursus atau pelatihan berselancar. Banyak instruktur perorangan juga menawarkan jasa pelatihan berselancar di sepanjang pantai Kuta, Legian sampai Seminyak. 

Bahkan sepanjang pantai Kuta-Legian-Seminyak  berdiri ribuan kios yang menyewakan papan seluncur hampir pasti juga melayani jasa pelatihan, atau kursus  singkat bagi peselancar pemula. ‘’Itu sudah satu paket,’’  kata Nomoy Ahok, salah satu instruktur peselancar perorangan di pantai Legian.

Biaya kursus singkat berselancar selama satu jam hingga dua jam berkisar antara Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Itu termasuk sewa kelengkapan papan selancar, jaket pelampung dan praktek berselancar di laut,’’ kata Nomoy yang asal Kupang, NTT itu.

Apakah dengan kursus singkat satu jam hingga 1,5 jam calon peselancar dijamin bisa berselancar? Kata Nomoy, umumnya peselancar pemula bisa langsung mempraktekkan dengan baik. ‘’Semakin bagus menjaga keseimbangan tubuh saat diatas papan luncur, makin bagus. Rata rata peserta umumnya bisa langsung berselancar. Yang penting bisa dulu,’’ jelas Nomoy.

Kalau sudah mampu menjaga keseimbangan tubuh saat berselancar dianggap sudah ‘’bisa’’. Tapi, untuk bisa menjadi peselancar yang handal butuh latihan  terus menerus. Apalagi, jika ingin menjadi peselancar profesional. Tidak ada batas waktu belajar. ‘’Kita kita (instruktur) tidak sampai ke sana (profesional). Itu butuh latihan keras dan bertahun tahun. Bahkan mungkin sepanjang hidup perlu terus latihan,’’ tambah Nomoy.

Bagaimana soal keselamatan? Kata Nomoy, selama tali pengikat tidak lepas dari papan selancar hampir dipastikan peselancar aman aman saja. Sebab, papan selancar terbuat dari bahan kuat yang bisa mengapung di laut. Perlu diketahui tali pengaman tadi diikatkan pada badan peselancar dan papan selancar. ‘’Dalam kondisi darurat papan selancar bisa dipakai peselancar untuk mengapungkan diri  di laut. Jadi, selama tali tidak terlepas, aman,’’ terangnya.

Kata Nomoy, olahraga berselancar cukup menguras tenaga dibandingkan olahraga pantai lainnya. Seperti jogging, nggowes atau main bola voli pantai.  
Sebab, berselancar harus menantang ombak, mengayuh bahkan harus berenang mencari ombak yang bagus. 

‘’Semua itu sangat menguras tenaga. Makanya, berselancar satu jam saja sudah capek,’’ akunya.

RIBUAN TENDA HALANGI PEMANDANGAN KE LAUT

AKTIVITAS sepanjang pantai Seminyak-Legian-Kuta (Samigita) yang sempat mati suri selama masa pandemi Covid 2019, sejak setahun terakhir mulai menggeliat. Bahkan berangsur angsur normal layaknya sebelum pandemi. Para pengunjung cukup padat meski hari masih pagi.
Seperti disaksikan penulis saat menyusuri pantai sepanjang enam kilometer mulai dari Kuta-Legian sampai Seminyak Rabu (23/8/2023) lalu. 

Penulis melihat lahan pinggir pantai hampir sepanjang enam kilometer dipadati beragam toko souvenir, kios warung makan, sembako, tempat penyewaan beragam peralatan papan selancar, kasur plastik untuk berjemur. 

Bangunan kios dengan ukuran beragam tampak sambung menyambung. Tanpa putus. Hampir tidak ada celah jalan di antara dari kios ke kios lain. Kecuali ada jalan masuk menuju pantai. Itu pun lebarnya hanya dua sampai tiga meter. 

Hanya jalan pintu pintu utama masuk pantai yang lebar. 

bahar2.jpgTempat berjemur berderet rapi di tepi pantai. (FOTO: Bahari)

Untungnya banyak pintu masuk menuju pantai Kuta yang letaknya di pinggir jalan raya. Selebihnya lahan dijejali ribuan kios dengan aneka dagangan plus penyewaan papan selancar. Jalan jalan sekitar pantai kerap macet apalagi saat musim liburan. 

Umumnya keberadaan kios tadi berbatasan dengan pedestrian yang memanjang dari Kuta-Legian sampai Seminyak. Panjangnya sekitar enam kilometer. Tapi, juga ada beberapa kios yang lahannya menjorok ke tengah pantai.

Sedangkan dari pedestrian ke arah pantai yang mengarah ke laut  dipenuhi ribuan tenda dengan aneka ukuran dan warna. Tenda tenda tadi umumnya punya pemilik kios untuk disewakan kepada turis asing atau lokal yang melakukan kegiatan berenang, berjemur atau sekedar kongkow menunggu matahari tenggelam. 

Tak jarang tenda tadi dilengkapi hiasan pernak pernik lampu. Kalau malam jadinya lebih gemerlap yang menciptakan aura romantis bagi pengunjung. 

Tak lupa setiap pemilik kios, pemilik tenda seakan berlomba menyetel aneka genre musik dengan suara keras untuk menarik minat turis asing maupun lokal. Jadilah, sepanjang pantai hingar bingar musik.

‘’Semua tenda, kasur bisa disewa. Satu sampai dua jam harganya sekitar Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Harga tergantung tawar menawar,’’  tambah Nomoy. ‘’Kalau mau pesan makan atau minum ya di warung yang menyewakan tenda tadi.’’

Selain tenda, pantai juga dipenuhi kasur kasur plastik untuk berjemur. Harga sewanya juga sekitar Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per dua jam. ‘’Kadang ada turis nongkrong sampai matahari tenggelam. Hitung saja berapa jam mereka nongkrong di kasur,’’ tambah Nomoy.

Sewa harga tenda plus sepasang kursi selain harus tawar menawar, juga tergantung situasi pengunjung. Kalau lagi ramai harga sewa tenda bisa mahal sekitar Rp 200 ribu per dua jam. Tapi, kalau pengunjung lagi sepi bisa separohnya. 

‘’Berapa sewa tenda,’’ tanya seorang ibu didampingi dua anaknya. 

‘’Rp 200 ribu per dua jam,’’ jawab Nyoman, salah satu pemilik tenda di pantai Seminyak.

‘’Kok mahal. Rp 100 ribu ya,’’ tawar si Ibu yang berbadan subur tadi.

‘’Ya..sudah gak papa,’’ jawab Nyoman. ‘’Lagi sepi,’ dengus Nyoman yang berbadan tegap, rambut ikal itu.

‘’Tenda yang mana?’’ tanya si ibu tadi.

‘’Itu yang warna putih,’’ ujar Nyoman sambil menunjuk tenda yang jaraknya hanya 16 meter dari tepi pantai.
 
Meski pengunjung Pantai Kuta seperti disaksikan penulis cukup ramai, baik turis lokal maupun asing, tapi belum seberapa. Menjelang sore atau matahari terbenam, kata Nomoy, pengunjung akan membeludak. Kalau ingin melihat matahari tenggelam ya di Kuta sekitarnya. Tapi, kalau ingin melihat matahari terbit ya di pantai Sanur. 

‘’Ikon pantai Kuta adalah sunset. Sedangkan ikon pantai Sanur adalah sunset,’’ jelas Nomoy.

Puncaknya, saat masa liburan sekolah. Pengunjung membeludak. Makanya, kalau liburan sekolah warga lokal atau pendatang yang sudah lama menetap di Bali menghindari kawasan Kuta sekitarnya. Kalau pun mereka ingin liburan, atau ke pantai memilih pantai lainnya yang lebih sepi. 

‘’Kuta nek liburan pengunjunge koyok dhawet. Penuh sesak. Jalan jalan ke arah pantai Kuta juga macet,’’  kata Yetty, arek Suroboyo yang sudah belasan tahun tinggal di Bali. ’’Makanya kita pilih pantai Mertasari. Selain lebih dekat rumah, juga agak sepi. Jadi, bisa menikmati.’’ 

Kehadiran ribuan tenda yang berserakan di sepanjang tepi laut Kuta membuat pantai Kuta terkesan semrawut. Juga tidak enak dipandang mata. Karena pemandangan ke laut sedikit terhalang tenda tenda tadi.

SUSURI PEDESTRIAN PANTAI JERMAN SAMPAI SEMINYAK

BAGI Anda yang sudah lama tidak main ke pantai Kuta mungkin ini hal baru. Ya.. sejak Mei 2022, pemerintah Kabupaten Badung yang membawahi Pantai Jerman, Pantai Kuta, pantai Legian sampai pantai Seminyak melakukan penataan pantai yang terus digerus abrasi.

Saat ini sudah dibangun pedestrian sepanjang kurang lebih tujuh kilometer. Mulai pantai Jerman sampai pantai Seminyak. Proyek mulai dikerjakan Mei 2022. Kini hampir 99 persen khusus pedestrian sudah rampung.

Penulis coba menyusuri pedestrian mulai dari Pantai Jerman, atau pantai Segara yang berbatasan langsung dengan Bandara Internasional Ngurah Rai. Jadi, kalau ada pesawat yang mau mendarat atau terbang terlihat jelas dari pantai. Pantai Jerman dulunya bekas pemukiman warga Jerman saat membangun Bandara Ngurah Rai. Makanya, disebut Pantai Jerman. Tapi, bekas bekas pemukiman itu tak tersisa. Kena abrasi. Digerus ombak.

Pengunjung pantai Jerman pagi itu masih sepi. Kata warga setempat, pengunjung pantai Jerman memang kesehariannya tidak seramai pantai pantai sebelahnya. Seperti,  Kuta, Legian atau Seminyak. Makanya, turis bisa lebih menikmati indahnya pantai Jerman. 

bahar4.jpgPedestrian sepanjang pantai. (FOTO: Bahari)

Beberapa turis asing dan lokal tampak jogging mengitari pantai. Juga ada beberapa penggowes  termasuk penulis.

Beberapa kelompok warga setempat tampak kongkow, ngobrol di sudut sudut pantai yang dulunya pelabuhan yang ramai sebelum dipindahkan ke Benoa. 

Kini, di beberapa sudut pantai Jerman masih jadi tempat berlabuh puluhan perahu nelayan setempat.

Puluhan kios hanya terbatas di pintu masuk pantai yang tidak dipungut biaya saat masuk. Tidak ada kios persewaan papan seluncur karena kondisi pantainya tidak memungkinkan untuk berselancar.

Dari sini penulis menelusuri, atau nggowes ke arah Pantai Kuta yang berjarak sekitar 1,5 sampai dua kilometer. Pedestrian cukup bersih dan apik meski lebarnya tak lebih 1,5 meter sampai dua meter. Jadi, untuk nggowes cukup aman.

Saat memasuki kawasan pantai Kuta pedestrian mulai lebar. Ukurannya sekitar 1,5 meter sampai 2,5 meter.  Sayang pedestrian hanya didesain satu lajur khusus pejalan kaki dan jogging. 

Tapi para penggowes tidak dilarang saat melintas di pedestrian. Makanya, tidak ada tempat persewaan sepeda pancal sepanjang pantai Kuta hingga Seminyak.

Hal itu berbeda dengan pantai Sanur sampai Pantai Mertasari. Panjang pedestrian sejauh empat kilometer itu dibuat dua jalur. Satu khusus sepeda, jalur lain untuk jalan kaki dan jogging. Jadi, tidak saling mengganggu.

Berbeda dengan pedestrian di Pantai Jerman, Kuta, Legian sampai Seminyak hanya dibuat satu lajur. Khusus pejalan kaki dan jogging. Jadi, kalau Anda nggowes di pedestrian Kuta meski tidak dilarang, tapi harus ekstra hati hati.

bahar3.jpgPantai Kuta. (FOTO: Bahari)

Begitu memasuki kawasan Kuta meski masih pagi, pengunjung mulai ramai. Baik turis lokal maupun manca negara. Aneka kegiatan mereka lakukan. Mulai jalan kaki, jogging, kongkow, berjemur sampai berselancar. 
Ratusan turis lokal pun sudah banyak yang datang. Tampak ratusan pelajar terlihat dari seragamnya baru turun dari bus menuju pantai. Mereka banyak yang selfie dengan latar belakang ombak pantai Kuta yang bergulung gulung itu.

Kawasan Kuta juga sesak dengan ribuan kios berderet tanpa putus sepanjang pantai Kuta-Legian hingga Seminyak. Selain menjual rupa rupa makanan dan minuman, ribuan kios tadi juga menyewakan tenda, kasur plastik dan lainnya. Juga banyak tukang pijat yang manjajakan jasanya. Mereka umumnya dari kalangan emak emak. Pokoknya ramai. Kuta layaknya pasar pagi.

Selain banyak dipenuhi pejalan kaki, mereka yang olahraga jogging juga banyak. Selain itu kondisi pedestrian di kawasan ini hampir semuanya tertutup pasir. Jadi, agak licin. 
Karena itu, sepanjang pantai para penjaga kios terlihat sibuk membersihkan pasir yang menutupi pedestrian dekat kios mereka. Juga merapikan pasir pasir  di dekat tenda yang disewakan dengan sapu khusus. Makanya, kalau nggowes harus ekstra hati hati.

Ditambah banyak turis membawa kereta dorong yang berisi anak anak mereka untuk diajak jalan jalan menyusuri pantai. Ini juga memakan  hampir separoh pedestrian. Juga banyak pasangan turis setengah baya yang berjalan di pedestrian. Jadi, kalau nggowes lebih banyak mengalah.

Lintasan pedestrian meliuk liuk mengikuti garis pantai dan bangunan yang berada di sepanjang pantai. Pedestrian sepanjang tujuh sampai delapan kilometer berakhir di Pantai Seminyak yang terlihat lebih sepi dibandingkan pantai Kuta dan Legian. 

Informasi yang dihimpun CowasJP.Com menyebutkan, penataan kawasan Pantai Kuta-Legian sampai Seminyak tidak hanya membangun pedestrian. Pemerintah setempat juga sedang membangun kelengkapan sarana dan prasarana lain untuk memanjakan para wisatawan. Mulai toilet, shower, bangsal nelayan, area kuliner, jalur pedestrian dan trem, area parkir, area perahu, area melasti, penataan pasar seni, pedagang kaki lima, tsunami shelter dan area kuliner. 

Juga menata jalan yang ramah untuk kaum disabilitas. Sebagian sudah jadi dan bisa berfungsi. Yang lain masih dalam tahap pengerjaan.

DIRANCANG JALUR TREM BANDARA NGURAH RAI - SEMIGITA

Ke depan bahkan dirancang pembangunan jalur trem dari Bandara Ngurah Rai menuju kawasan Pantai Semigita (Seminyak - Legian - Kuta). 

Untuk membangun jalur trem diperlukan areal selebar delapan meter untuk jalur trem. Makanya, perlu penataan menyeluruh lahan di bibir pantai. Pemkab akan bekerja sama dengan PT INKA (Persero).

PT INKA (Persero) didirikan pada tanggal 18 Mei 1981. PT INKA (Persero) adalah produsen kereta api terintegrasi pertama di Asia Tenggara. 

Jika jalur trem terpasang, maka para wisatawan yang mendarat di Bandara Ngurah Rai tidak perlu melewati jalan utama yang sering macet menuju hotelnya. Dari Bandara menuju hotelnya mereka ukup naik trem yang lintasannya dekat pantai.
 
Bahkan ke depan, penataan pantai pantai di Bali akan berlanjut sampai ke kawasan Canggu dan Cemagi. 

NASI JINGGO HANYA ENAM RIBU RUPIAH

APAKAH hARGA makanan di Bali sebagai daerah wisata cukup mahal? Tidak juga. Mungkin untuk harga makanan di kawasan wisata utama seperti Sanur, Legian, Kuta dan Seminyak agak mahal sedikit dibandingkan wilayah Bali lainnya. Bahkan mungkin juga agak mahal dari Denpasar.

Tapi, bagi warga luar yang sudah menetap lama di Bali justru merasakan biaya hidup di Bali lebih rendah dibandingkan Surabaya, misalnya. ‘’Kalau yang sudah lama hidup di Bali, kita tahu warung mana saja yang harganya murah tapi enak. Juga halal,’’ kata Yetty Lestari arek Suroboyo yang sudah belasan tahun menetap di Denpasar.

Yetty mencontohkan nasi Jinggo (baca: nasi bungkus kalau di Jawa)  harganya relatif murah. Hanya Rp 6000 sebungkus. Ada nasi dibungkus daun pisang, lauknya ada pilihan. Mulai ikan,  telur dadar, ada mie, sambal dan gorengan tahu atau tempe. Juga dilengkapi sambal. Rasanya enak. Cocok di lidah. ‘’Dulu hanya lima ribu sebungkus. Sekarang naik seribu, Sekarang sebungkus Rp 6 ribu. Cukup murah,’’ tambah karyawan perusahaan ekspor aksesoris itu.

Penulis coba makan nasi Jinggo. Nasi jinggo disajikan dalam kemasan sederhana menggunakan daun pisang. Saat ini ada yang menggunakan kertas minyak sebagai pembungkus.

Dalam seporsi nasi jinggo terdapat lauk pauk dan sambal. Nasi jinggo memiliki beragam pilihan lauk pauk mulai ayam, ikan laut, daging sapi, hingga telur. Sedangkan lauk yang pasti ada biasanya kering tempe, serundeng, mie goreng ataupun sayuran. Tak ketinggalan juga ada sambal

Nasi berukuran porsi kecil dikemas daun pisang rasanya enak. Kebetulan isinya ikan, tempe goreng kecil kecil, sejumput mie, sayuran dan sambal.  Rasanya enak,, tidak kalah dengan nasi bungkus di Surabaya. Kalau sekadar mengganjal perut satu bungkus sudah cukup. Tapi, kalau ingin kenyang bisa nambah satu lagi. 

Penjual nasi Jinggo hampir menyebar di seluruh kota Denpasar bahkan Bali. Mereka yang sudah lama tinggal di Bali akrab  dengan nasi Jinggo. Beberapa penjual nasi Jinggo umumnya dari Jawa. Yang terkenal di antaranya; nasi Jinggo di Jalan Diponegoro, nasi Jinggo Om Gondul, Nasi Jinggo di Jalan Thamrin, nasi Jinggo Wikowi, nasi jinggo Sambal Cetar  di Jalan Mataram. 

Biasanya penjual nasi Jinggo juga melengkapi lauk yang lain. Seperti, tempe, tahu, aneka ikan, empal daging, ayam goreng dan lauk lainnya. Pembeli bisa nambah lauk sendiri tentu dengan harga terjangkau.

SEJARAH NASI JINGGO

NASI jinggo atau nasi jenggo salah satu nasi kucing khas Bali. Tapi, nasi dan isi lauk nasi jinggo lebih banyak dari nasi kucing. Penjual nasi jinggo mudah ditemui di wilayah Bali. Penjual menggelar lapaknya pagi, sore hingga malam hari di pinggir jalan. Untuk seporsi nasi jinggo rata-rata dijual Rp 6.000 per bungkus.

Sejarah nasi jinggo tidak tunggal dan banyak versi. Versi pertama, nama jinggo berasal dari judul film "Djanggo" yang populer pada masa itu. Itu karena nasi jinggo sudah ada sejak 1980-an. Nasi jinggo pertama kali dijual sepasang suami istri di Jalan Gajah Mada, Denpasar, Bali.

Di tempat tersebut ada Pasar Kumbasari yang buka 24 jam. Otomatis banyak orang di pasar butuh makanan pengganjal perut. Pasutri itu menjual nasi jinggo dari sore hingga malam.

Versi kedua, nasi jinggo berasal dari bahasa Hokkien yang berarti ‘seribu lima ratus’, sesuai dengan harga pasaran nasi jinggo sebelum krisis moneter di Indonesia.

Versi ketiga, konon nasi jinggo berasal dari kata Jagoan. Jagoan merupakan sebutan bagi kumpulan pengendara motor khusus keluar malam menikmati indahnya suasana di malam hari.

Nah, setelah berkeliling atau baru akan berkeliling mereka singgah dulu mengisi perut di warung penjual nasi jinggo. Karena nasi jinggo menjadi favorit dari para jagoan itu, disebutlah nasi berbungkus daun pisang tersebut dengan nama nasi Jinggo.

NASI CAMPUR HANYA 12 RIBU RUPIAH

TAK hanya nasi Jinggo yang murah meriah. Juga ada nasi campur yang juga tergolong murah. 

Para penjual nasi campur pada umumnya dari Banyuwangi dan Jember. 

Nasi dalam porsi cukup banyak dibungkus kertas minyak dialasi  daun pisang lauknya cukup banyak. Ada telur bundar, ada ayam goreng. Dilengkapi beberapa sayur oseng kacang, terong dan sambal melimpah. Wah.. rasanya jos. Enak tenan. 

‘’Harganya hanya Rp12 ribu seporsi. Mungkin lebih murah daripada di Jawa,’’  kata Rita yang suka beli nasi campur tadi. 

Penulis coba makan nasi campur tadi. Rasanya memang mantap. Enak poll.

Beberapa tempat wisata harga makanan dan minuman yang dijual juga tidak selamanya mahal. Misalnya, di desa nelayan Serangan yang punya spot pemandangan bagus. Warung kopi yang bertebaran di pinggir laut mematok kopi Bali hanya Rp 5 ribu secangkir. ‘’Dulu secangkir hanya Rp 3 ribu,’’  aku Andri.

Saat penulis diajak makan di restoran kawasan Pantai Mertasari nan eksostis yang dikelola Banjar (desa adat) harganya juga terjangkau. ‘’Ini restoran jujukan bule, Menunya internasional, tapi harga lokal. Jadi, cukup terjangkau,’’ tutur Yetty yang biasa sama keluarganya  mengunjungi tempat itu. 

Beberapa harga sayuran maupun buah buahan juga murah. Pisang kepok warna merah misalnya, satu sisir harganya sekitar Rp15 ribu. Cukup murah untuk ukuran Denpasar. Harga sayur sayuran juga tergolong murah kalau tahu tempatnya. 

‘’Sayur kangkung atau bayam segepok hanya Rp 2 ribu. Sama dengan di Surabaya,’’ ujar Koesriyati yang suka belanja di pasar kawasan Jalan Diponegoro, Denpasar itu.
 
Bahkan di kawasan Legian ada penjual mengkhususkan jualan aneka sayuran. Jadi, banyak pekerja cukup masak nasi. Sedangkan sayuran dan lauk bisa beli di penjual khusus sayuran. ‘’Nibakno (beli) sayur Rp 2 ribu saja sudah banyak,’’ aku Koesriyati.

Hanya saja beberapa jenis sayuran sulit dijumpai di Bali. Di antaranya krai. Sedangkan jenis sayuran yang jarang ditemui  daun ketela rambat. Selebihnya, melimpah dengan harga terjangkau.

Ditambahkan Andri, arek Suroboyo yang sudah belasan tahun menetap di Bali, makanan halal di Bali sangat melimpah. Makanya, wisatawan muslim yang datang ke Bali tidak perlu khawatir. ‘’Banyak warung dan makanan halal dijual di Bali,’’ terangnya.

Yang mahal di Bali itu, kata seorang warga pendatang yang sudah menetap belasan tahun di Denpasar, adalah harga tanah, harga rumah dan sewa atau kontrak, atau kost rumah. Kontrak rumah  dengan ukuran normal harganya bisa puluhan juta per tahunnya. Begitu juga kost. Ukuran kamar 4 x 4 meter dengan fasilitas AC, kamar mandi dalam bisa Rp 1,3 juta sampai Rp 1,8 juta per bulan.

Saking mahalnya, bekerja di Bali belasan tahun kalau tidak pandai pandai menyisihkan uang akan kesulitan membeli rumah. Meski dengan cara mencicil. 

‘’Membangun atau beli  rumah satu are (baca: 10 x 10 meter)  harganya bisa miliaran rupiah.’’ (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda