Sang Begawan Media

Creator Nasab

Makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi, tokoh penting dalam penyebaran Islam, ayah kandung dari Raden Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel. (FOTO: laduni.id)

COWASJP.COMADA ulama besar bernama Asmoro Qondi. Ia bukan wali. Tapi makamnya ramai dikunjungi. Di selatan jalan antara Tuban dan Gresik. Waktu saya lewat jalan itu, awal bulan lalu, terlihat begitu banyak bus wisata memenuhi halamannya.

Itulah makam ayahanda Sunan Ampel. Meninggal di zaman akhir kejayaan Majapahit: tahun 1400-an. Berarti sezaman dengan Raja Wikramawardhana atau Suhita, penggantinya. Setelah kekuasaan Hayam Wuruk.

Meski namanya Asmoro ulama itu bukan orang Jawa. Asalnya dari Samarkhand. Lidah Jawa sulit mengucapkan Samarkhand –kini di negara Uzbekistan. Jadilah Asmoro Qondi. Nama depannya: Ibrahim. Di zaman Soviet menguasai Samarkhand, nama Ibrahim bisa menjadi Ibrahimovic.

Kalau keturunan Walisongo juga mengklaim mereka keturunan Nabi Muhammad, salah satunya berasal dari Asmoro Qondi ini: beliau keturunan ke-22 Nabi Muhammad. 

Bahwa Sunan Ampel, putra Asmoro Qondi, juga diklaim sebagai keturunan Tionghoa tidak pula salah. Asmoro Qondi kawin dengan seorang putri dari Campa. Melahirkan dua anak, salah satunya Sunan Ampel.

Perkawinan itu terjadi ketika Asmoro Qondi mengungsi ke Asia Timur. Sebelum akhirnya ke Jawa. Samarkhand kala itu diserang pasukan perkasa Timur Lenk. Asmoro lari ke Persia. Timur Lenk menyerang Persia. Asmoro mengungsi sampai Turkiye. Timur Lenk pun menyerang ke arah barat. Asmoro terus berpindah-pindah. Sampai ke Asia Timur. Lalu ke Jawa itu.

Maka kalau pun keturunan Sunan Ampel (1401-1481) mengaku keturunan Nabi kita akui saja. Toh tidak merugikan Anda. Yang jelas di kurun waktu lebih 600 tahun itu telah terjadi percampuran darah yang begitu meluas.

Pun apa ruginya mengakui bani Alawy sebagai keturunan Nabi. Tidak harus berdebat sampai mengeluarkan energi begitu besar.

"Heboh soal nasab ini sebenarnya diciptakan oleh content creator," ujar seorang anggota grup WA yang saya ikuti. Yakni sebagai topik untuk YouTube, TikTok, FB, dan apa saja.

Maka sulit sekali menghentikan perdebatan soal apakah habib dari kelompok Alawy keturunan Nabi atau bukan. Content creator akan terus mencari sisi-sisi menarik dari perdebatan itu.

Para content creator kini memang menggantikan peran para redaktur di koran zaman dulu. Bedanya, redaktur mempertimbangkan matang-matang untuk menjadikan satu topik sebagai berita terus-menerus.

Content creator hanya mempertimbangkan satu hal: rating. Kini content creator tidak harus wartawan. Yang penting jeli. Wartawan justru sulit menjadi content creator: terlalu terikat pada kriteria nilai berita. 

Wartawan akan menilai pertemuan antara Dr Faisal Basri dan Dr Seto punya nilai lebih tinggi. Dua orang itu akhirnya bertemu. Yakni setelah perbedaan pandangan mereka soal hilirisasi nikel viral sekali.

Content creator belum tentu menganggap itu penting. Mereka akan memilih topik "cara-cara diet ampuh dengan makan donat sebanyak-banyaknya". "Asal yang dimakan bagian tengahnya saja".

Kini banyak media online tidak lagi punya redaktur. Jabatan redaktur kelihatannya akan segera punah. Yang lagi laris adalah jabatan content creator.

Sehebat-hebat redaktur, belum pernah ada yang mampu menjaga kehebohan sebuah peristiwa melebihi 40 hari. Content creator mungkin bisa membuat topik tetap seru selama berbulan-bulan: Sambo, Al Zaytun, dan kini soal keturunan Nabi.

Padahal sebenarnya sepele. Kiai Imaduddin Utsman dari Banten menerbitkan buku. Isinya: Bani Alawy bukan keturunan Nabi. Alasannya: literatur yang menyebutkan Bani Alawy keturunan Nabi baru ada sekian ratus tahun setelah zaman Nabi. Tidak ada satu pun literatur lebih awal yang menyebutkannya.

Kini Bani Alawy tentu sudah menjadi jutaan orang. Mereka itulah yang keberatan dengan tesis Kiai Imad. Mereka mengaku punya silsilah lengkap. Terjaga dari satu generasi ke generasi berikutnya.

"Tidak adanya literatur bukan berarti hilangnya kebenaran", kata mereka. Atau, "mungkin saja literaturnya ada, tapi belum ditemukan".

Tapi menarik juga yang diungkapkan Najwa Shihab, wartawan senior yang hebat itu. Dia sudah melakukan test DNA. Ternyata darah Arab Najwa hanya 3 persen.

Najwa mengatakan leluhurnya dari Yaman, Hadramaut. Dia sendiri menyangka sepenuhnya keturunan Arab. Ternyata darah yang mengalir di tubuh Najwa adalah dari Afrika Utara (26 persen). Lalu Afrika saja (6 persen). Dan yang terbanyak dari Asia Selatan (46 persen).

Masih banyak sekali darah lainnya di tubuh Najwa: Eropa Utara, Eropa Selatan, Asia Timur, dan beberapa lainnya. 

Begitu saja. Selebihnya terserah pada para content creator. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi 28 Agustus 2023: Habib Kiai

Mbah Mars

EmBoEn PaGi Air mata terasa asin karena ia adalah garam kehidupan - Buya Hamka -

mzarifin umarzain

CHABIIB. Kekasih, yg dicintai, yg disukai. Keturunan Nabi Muchammad s.a.w. adalah juga manusia biasa. Bisa benar, bisa salah. Yg dijamin benar hanya Muchammad s.a.w.yg beroleh wachyu. Siapa yg memberi istilah chabiib? Guru2 saya ada yg marga: Khirid, Anggawi, Assagaaf, Teman2 sekolah ada yg marga: Alatas, Jufri, Shahab, Baragbah, Hinduan. Semoga semua muslimuun tetap selalu berQur-aan & berchadiitsshochiich bukhoori serta Muslim & sejenis nya.

Ibnu Ukkasyah

Neanderthal menurut orang yang menciptakannya hidup sekira 40 ribu tahun sampai 400 ribu yang lalu. Kalau umat Islam percaya manusia pertama adalah Nabi Adam AS. Sekira 6000 tahun yang lalu. Katakanlah 10 ribu tahun yang lalu. Jadi Neanderthal itu bukan manusia. Juga bukan keturunan Nabi Adam. Mereka adalah ciptaan bangsa Eropa untuk menaikkan derajat bangsa kulit putih. Jangan sampai Abah percaya Neanderthal itu exist. Artinya jangan percaya ada DNA Neanderthal. 

Er Gham

Apa buktinya? Lihat saja jenis nasinya. Melayu di Sumatera lebih suka nasi agak kering dan tidak melekat kuat, istilahnya 'bear'. Itu mirip mirip nasi di Arab dan India. Sedangkan nasi di pulau Jawa cenderung pulen, yang lunak dan merekat kuat, sehingga bisa dijadikan bola nasi. Itu mirip jenis nasi orang Tionghoa. 

Er Gham

Jika melihat fisik suku Inuit Eskimo, Indian, Hawaii, Inca, dan Aztec di Benua Amerika, mereka mirip orang Tionghoa. Karrna memang asalnya dari sana. Jadi dari dataran Cina, mereka migrasi ke utara dan menyeberang ke pulau pulau kecil Aleutian dan sampai di Alaska. Dari Alaska, mereka bergerak ke Kanada dan Amerika. Dari Amerika mereka turun ke selatan ke Amerika Tengah dan Selatan. Sebagian menyeberang ke Hawaii di sebelah barat Amerika. Jika Abah ada keturunan India Amerika 5 persen, mungkin leluhur Abah adalah juga orang Indian Amerika yang menyeberang ke kepulauan Hawaii. Karena dari Hawaii, sebagian imigrasi ke pulau pulau lain di Pasifik Selatan. Ini mengapa orang Maori di pasifik selatan mirip suku Tionghoa. Dari Pasifik Selatan, mereka imigrasi ke barat dan ke Filipina dan Indocina. Jadi seperti berputar kembali ke sebelah selatan dataran Cina. Dan kemudian terus ke selatan dan sampai di Pulau Jawa. Kalau suku Arabnya yang 5 persen, mereka imigrasi dari Arab ke India dan terus ke Sumatera. Campuran Arab dan Tionghoa inilah yang menghasilkan orang Melayu. Begitulah imajinasi saya dan reka reka amatir. Jangan terlalu dianggap serius ya.

Zak cen Fu

Tulisan hari ini sangat tidak menarik tidak spesial.berdebat adalah hal yang sia-sia apalagi yang diperdebatkan itu soal status yang gak penting.

Agus Suryono

"SERAT KEKANCINGAN": SERTIFIKAT KETURUNAN.. Bagi WNI yang juga merupakan "WNN" - Warga Nagari Ngayogyokarto bisa mendapatkan "serat kekancingan" (SK) tentang keturunannya dari "Tepas Kawedanan Hageng Darah Dalem" atau Departemen Keturunan Kraton Yogyakarta. Ada kriterianya, siapa yang mendapatkan "gelar" kebangsawanan. Mulai dari "Raden", "Raden Mas", dan seterusnya. Tentu, untuk mendapatkan serat kekancingan itu perlu ada proses pembuktian tentang "silsilah" kita, secara detil. Jadi serat kekancingan itu sifatnya adalah semacam sertifikat tentang keturunan.. ###Hanya bagi yang "membutuhkannya".. Mestinya ada tujuan tertentu di belakangnya.. (Anda minat..?)

Agus Suryono

DEBAT itu tidak penting. KITA keturunan siapa juga tidak penting.. ###Maka, dan karena itu, kita syukuri aja semuanya..

Zephyrantes 717

Habib adalah gelar untuk dzuriyat/keturunan Nabi SAW sangat dihormati dan dijunjung tinggi oleh kaum muslimin. Syech Maulana Malik Ibrohim ra. termasuk dzuriyat yg mana beliau adalah penyebar islam pertama dan ayah dari sunan /wali songo di jawa. Dari beliau lahir keturunan2 kiyai yg masyhur. Dan itu telah terjadi percampuran dengan pribumi. Namun sayangnya kaum muslimin belum memberikan seorang itu bergelar habib (dzuriyat Nabi) sebelum ada sertifikat dari organisasi Rabitah Alawiyah, sedangkan itu organisasi berdiri sejak 1928 saat kependudukan Belanda. Saat ini memang sedang tahun politik. Orang berkepentingan bisa saja membuat banyak isu/topik untuk dimasaknya. 

Zephyrantes 717

Saya lihat di daerah ada habib2 yg memang betul2 berjuang, mereka tidak pamrih (maaf, mengemis) ke jamaah,kebetulan kami di daerah muslim minoritas. Tak sedikit yg mendapat hidayah oleh pencerahannya. Khawatirnya para habaib maupun kyai2 ini dijadikan sarana politik, ketika imam ke utara makmum juga harus keutara, begitulah.. 

Mulia Rezq

Sebagai seorang muslim saya sebenarnya merasa risih dan malu terkait dengan ribut2 mengenai habib ini, terutama karena ributnya di Indonesia, gak di jazirah arab sana. Kalau mereka ribut di sini, menurut saya jelas terkait dengan rebutan pengaruh banyaknya jumlah penganut Islam yang rendah pemahaman tentang Islam itu sendiri (Islam KTP), dan besarnya tradisi penghormatan terhadap tokoh agama terutama para habib ini. Pertanyaannya, seberapa besar peran habib ini terhadap perkembangan agama Islam dewasa ini, ke positif atau malah ke arah negatif? 

No Name

Apakah ada jaminan jika leluhurnya orang yg mulia (pemuka Agama, Pahlawan dll) maka keturunannya akan melanjutkan kemuliaannya tsb? Mari fokus memperbaiki diri . Salam hormat dari Lombok ( Iqbal)

Sri Wasono Widodo

Dalam perang Khandaq (perang parit) antara kaum muslimin dan suku Quraih, Salman Al-Farisi mengajukan usul kepada Rasulullah. "Kami di Persia dalam kondisi perang seperti ini biasa membuat parit, dengan ukuran kuda musuh yang paling kuat tidak mampu melompatinya". Usulan yang logis itu diterima Rasulullah. Mendengar itu spontan kaum Anshar berkata "Salman dari golongan Kami". Kaum Muhajirin pun merespon "Tidak, ia dari golongan Kami". Akhirnya Rasulullah memanggil kedua pihak dan berkata "Salman adalah golongan Kami, Ahlul Bait. Dan selayaknya jika Salman mendapat kehormatan itu. Jika Rasulullah mengakui nasab Beliau bisa dilihat dari nasab biologis ataupun nasab karena ilmu dan akhlaknya, mengapa pula Kita mendiskursuskannya.

iwan

Saya lebih melihat nya sebagai, kita punya rumah sangat besar tapi reyot, tidak ada yang mau sewa ataupun ngekos di tempat kita, kemudian kita mendapat pinjaman dari Bank, kita renovasi rumah kita, kita cat yang bagus, sekat kamar, perbaiki kamar mandi, sehingga rumah jadi sangat bagus, banyak yang ngekos dan sewa dan kita bisa mencicil bunga dan pinjaman ke bank. Tidak ada yang salah dengan pinjaman, kecuali pinjaman kita pakai buat subsidi minyak sehingga jadi asap, atau BLT sehingga jadi isi sepsitank.

Amat K.

Nasab itu penting, bisa mempengaruhi nasib. Andai saja leluhur saudagar kaya, juga punya ribuan hektar tanah, anak cucu cicit pipitnya pasti dapat warisan yang mungkin saja tanahnya mengandung batubara. Tapi tak apa, sudah takdir. Syukuri saja. Mungkin leluhur juga punya leluhur yang leluhurnya yang juga leluhurnya biasa saja.

Mbah Mars

Negeri pertama yang dikunjungi Gus Dur sebagai Presiden RI adalah Singapura. Ia berpidato di ballroom Hotel Shangri-la Singapore penuh sesak oleh undangan. Mayoritas hadirin dari etnis Cina. Gus Dur pun membuka salam dengan mengucapkan ”Ni hou...” Langsung saja, ruang itu dipenuhi gelegar tepuk tangan.Setelah itu, Gus Dur berpidato dalam bahasa Inggris. Gus Dur mengaku tidak bisa berbahasa Cina, tetapi ia memiliki hubungan dengan Cina. Gus Dur mengaku bahwa salah seorang nenek moyangnya adalah migran Cina bermarga Tan yang datang ke Indonesia sekitar 500 tahun lalu. Sontak saja, semua orang yang ada di dalam ballroom itupun kembali bertepuk tangan riuh. Pernyataan Gus Dur itu menimbulkan kehebohan. Termasuk di keluarganya karena tidak ada catatan silsilah bahwa salah seorang nenek moyang Gus Dur berasal dari Cina. Gus Dur pun menjawab kehebohan ini ketika berada di kamar hotel. "Biarin saja, yang penting para pengusaha itu senang. Kalau penasaran, cari saja moyang saya 500 tahun yang lalu, kalau ketemu. hahaha,” ujarnya dengan enteng.

Xiaomi A1

Ternyata ITS sejak 2023 ini punya Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, kabar yang sangat bagus terkait penanggulangan masalah kekurangan jumlah dokter di Indonesia. 

Fiona Handoko

selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp prof pry, bp liam, bp otong dan teman2 rusuhwan. istri orang inggris itu melangkah ke tee. saat dia membungkuk dan meletakkan bola. angin berhembus menyibakkan roknya. "oh my god. mengapa kamu tidak memakai celdam?" sungut suaminya. "yaaah, uang bulanan darimu habis untuk kebutuhan sehari hari." orang inggris itu cepat2 merogoh sakunya. "demi tuhann. ini £20. pergi dan belilah celdam" selanjutnya giliran istri orang irlandia membungkuk dan meletakkan bola di tee. roknya pun tersingkap dan terlihat dia tidak berceldam. "my holy grail. mana celdammu?" "maafkan saya. saya tidak mampu menyisihkan uang bulanan darimu untuk beli celdam". dibukalah dompetnya. "ini £10. cepat beli celdam untuk dirimu". terakhir. istri orang skotlandia membungkuk. angin pun berhembus membawa roknya ke atas kepala. terlihatlah bagian bawahnya yg telanjang. "my sweet jesus. dimana pakaian dalammu?" "darling, km harus memberi saya cukup uang untuk membelinya" orang skotlandia itu merogoh kantong jaketnya. "demi jesus cintaku. ini sisir. jangan memalukan, rapikan dirimu sedikit" 

Kholifatul Isnaeni

Saya punya teman asal Sulawesi Selatan. Di depan namanya ada kata Andi yang mencirikan dia dari garis keturunan bangsawan. Namun, ternyata, dia tidak membanggakan itu. "Andi itu sistem penamaan dari Belanda, apa yang mau dibanggakan," katanya. Ha? Saya kaget, baru tahu. Dia menjelaskan, semasa penjajahan, Belanda mengkotak-kotakkan masyarakat. Yang berasal dari keluarga kerajaan diberi privilege untuk menempuh pendidikan. Agar bisa diatur dan dikendalikan. Mereka lalu diberi nama Andi. "Sekarang banyak sekali yang bernama Andi di Sulawesi Selatan, baik yang memang memiliki garis keturunan bangsawan atau hanya ikut-ikutan," katanya. Gelar Andi digunakan mengikuti garis keturunan ayah. Jika hanya dari ibu, semestinya tidak berhak memakai gelar Andi. "Tapi sekarang sih Andi lebih sebagai nama saja, tak ada privilege apapun. Saya sendiri sebenarnya enggan pakai Andi pada nama saya mengingat ini sisa-sisa Belanda. Tapi, nggak bisa juga, ini sudah jadi nama pemberian orangtua." Masih menurut teman saya itu, Andi atau bangsawan sebenarnya pada kondisi saat ini adalah mereka yang punya harta dan kekuasaan. Mereka pun disapa Puang, padahal dulu sapaan itu hanya untuk bangsawan bergelar Andi. Bagi saya sih, kebangsawanan seseorang bukan dilihat dari garis keturunan, harta, atau kekuasaan. Tapi, sejauh mana kualitas keimanannya. Itulah bangsawan sesungguhnya. Yang dekengane Pusat.

Gregorius Indiarto

Kalau kita (saya) boleh memilih, maka saya akan memilih dari keluarga mana saya dilahirkan. Saya pasti akan memilih keluarga bangsa wan, yg kaya raya, terhormat dan tampaknya bahagia. Meski Tuhan tidak memilihkan saya di keluarga wan, saya tetap bersyukur. Dan saya berhayal, seandainya saya kayaraya, dan bangsa wan itu bisa di beli, saya tidak akan membelinya, apalagi beli pada kompeni. Saya lebih memilih beli derma wan. Mungkin ini hanya karena berhayal, maka saya memilih dermawan, karena banyak yg mengatakan, saya penganut paham "pelitisme" alias medit. #komenngayal

Leong Putu

Seandainya saya lahir di keluarga bangsawan, tentu nama saya akan keren : Anak Agung Leong.... wiiiih keren! Pasti punya banyak tanah warisan. Dan gak bakal sampai ditinggal cewek sampai empat kali. .....namun saya bersyukur, sangat bersyukur sebab pada akhirnya saya ketemu Ni Luh......

Lagarenze 1301

Saya cinta habaib. Tentu saja yang baik menurut saya. Jadi tidak semua, dong. Habib Husein Ja'far Al Hadar, satu di antara yang saya suka. Dia menyejukkan. Sekarang muncul habaib-habaib muda yang mulai mendapat tempat di masyarakat. Mereka berdampingan dengan para gus (anak kiai). Ada Habib Zaidan Yahya. Ada Gus Azmi Askandar. Tapi yang paling saya suka, pastinya, Ning Umi Laila, arek Kenjeran itu. :)

Jimmy Marta

Harus diakui masih ada bbrp di bangsa kita yg sangat penting dg keturunan. Di musim pilih memilih ini, jualan garis itu bisa menambah nilai jual. Entahlah.. sampai kapan jualan spt ini bisa tetap laku. Bagi bangsa maju, jk memilih tentu ber azas kapasitas dan integritas. Rishi Sunak yg bukan bule, tetap di pilih orang bule. Di seberang sana mr Vivek yg jelas 'orang asing' masih bisa menang, walau sementara...

Mirza Mirwan

UINSA...? Jaya! Jaya! Jaya! Ini tak ada hubungannya dengan debat soal habib. Tetap berhubungan dengan kemanusiaan. Amerika Serikat sebagai sebuah negara sudah berumur 247 tahun, kalau dihitung sejak deklarasi kemerdekaan 4 Juli 1776. Tetapi sampai kini tak berdaya menghilangkan rasialisme dalam kehidupan rakyatnya. Malam Minggu kemarin (Minggu pagi di sini) terjadi penembakan oleh seorang pemuda kulit putih terhadap tiga warga kulit hitam di Dollar General Store, Jacksonville, Florida. Si penembak, Ryan Christopher Palmeter (21) menggunakan senapan semi otomatis AR-15 dan pistol Glock. Ada gambar swastika -- lambang NAZI -- di senapannya. Ketiga korbannya yang langsung tewas adalah: Angela Michelle Carr (52), Jerald Gallion (29), dan A.T. Laguerre (19). Gubernur Ron DeSantis mengutuk keras penembakan itu. Presiden Biden, juga Jaksa Agung Merrick Garland juga mengecamnya. "Tak ada tempat bagi 'white supremacy' di negara ini," kata Biden yang, seperti Garland dan DeSantis, berkulit putih. Tetapi, dalam praktiknya, white supremacy itu ada. Dan itu diperparah dengan kebebasan memiliki senjata yang dilindungi konstitusi lewat Amandemen ke-2. Kalau ada kasus seperti itu, mungkin kita bisa "ngÄ›nyèk" AS: bagaimana mereka hendak melindungi warga dunia, lha wong melindungi warganegara sendiri saja mereka gagal? Indonesia...? Jaya! Jaya! Jaya! UINSA...? 

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda