Cara Pembunuh Bikin Alibi

Sony Safaat, 25, tersangka pembunuh wanita tetangga yang jago sandiwara. Agar orang tak menyangka dialah pelaku pembunuhan itu. (FOTO: TribunMadura.com)

COWASJP.COMTersangka pembunuh jago sandiwara, adalah Sony Safaat, 25, warga Bangkalan, Madura. Ia membunuh tetangganya, Hotimah, 39, janda tiga anak, modus asmara. Saat pemakaman Hotimah, Sony hadir dan tampak sedih. Malah, ia selalu ikut tahlilan di rumah duka.

***

BEBERAPA hari kemudian, setelah polisi melakukan penyelidikan intensif, Sony ditangkap di rumahnya, dimintai keterangan. Semula ia tetap tenang. Tapi setelah polisi menunjukkan bukti-bukti, ia menyerah, mengakui membunuh Hotimah.

Kapolres Bangkalan, AKBP Febri Isman Jaya kepada pers, Kamis (1/6) mengatakan, tersangka membunuh korban bermotif asmara.

AKBP Febri: "Dari hasil keterangan para saksi maupun tersangka, tersangka mengaku pacaran, motifnya asmara karena korban ini minta pertanggungjawaban dari tersangka, karena korban hamil." 

Kronologi, empat tahun lalu Sony jualan martabak tak jauh dari rumahnya. Hotimah salah satu pelanggan. Waktu itu Hotimah masih bersuami, punya tiga anak.

Suatu hari, Hotimah minta nomor HP Sony. Kata Hotimah ke Sony waktu itu, Hotimah ingin belajar membuat martabak manis. Kalau punya nomor telepon, bisa tinggal tanya cara membuat martabak.

Ini atas pengakuan Sony kepada polisi, selama pemeriksaan tersangka.

Sony dengan tangan diborgol, di hadapan penyidik Satreskrim Polres Bangkalan, Rabu, 31 Mei 2023 malam, mengatakan: “Awal perkenalan dulu (tahun 2020), dia (Hotimah) minta resep martabak manis. Saya waktu itu jualan martabak. Dia minta nomor HP saya. Ya…  di hadapan suaminya.”

Setelah itu Hotimah sering menelepon Sony, tanya cara bikin martabak. Sony, karena berusia jauh lebih muda, maka dengan sopan menjawab pertanyaan Hotimah. Toh, mereka bertetangga. Toh, Hotimah bersuami. Sedangkan Sony, belum menikah.

Lama-lama mereka kian akrab. Lama-lama Hotimah selingkuh, dengan Sony, dijadikan berondong. Sony pun mau saja. Sampai, Hotimah dan suami cek-cok, akhirnya pisah rumah.

Hubungan mereka membuat Hotimah mengaku hamil. Lalu, dia menuntut Sony menikahi. Sebaliknya, Sony berusaha menghindar. Hotimah terus mengejar. Terjadi kemelut hubungan mereka.

Senin, 29 Mei 2023 dini hari Sony mendatangi rumah Hotimah. Penyidik menyebutkan, Sony-Hotimah berhubungan badan, tapi Sony dari rumah sudah membawa pisau dapur.

Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 06.00 warga sekitar rumah Hotimah heboh. Ditemukan mayat Hotimah dengan leher nyaris putus. Kiwir-kiwir. Tergeletak di kebun seberang rumah Hotimah. 

Ketika heboh, Sony yang rumahnya cuma selemparan batu dengan penemuan jenazah, keluar. Warga mengatakan, Sony malah bertanya-tanya ke tetangga: “Ada apa, kok rame?”

Lalu, Sony mendekati tempat penemuan jenazah, melihat jenazah, Warga mengatakan, Sony waktu itu kelihatan sedih. Sambil tanya-tanya, siapa pelakunya? Kok tega, ya? 

Polisi tiba di TKP. Jenazah Hotimah dikirim ke Syamrabu Bangkalan. Langsung diotopsi oleh dr Edi Suharto atas permintaan polisi, seizin keluarga. 

Kagak pakai lama, dr Edi: “Penyebab kematian, batang tenggorok putus. Bekas sayatan benda tajam.”

Polisi langsung bekerja. Melaksanakan tugas Pulbaket (Pengumpulan Bahan dan Keterangan). Penyelidikan pembunuhan.

Diketahui polisi, penggorokan terjadi di rumah Hotimah. Tepatnya di musala dalam rumah. Ada tanda bekas hubungan seks di situ. Semua barang bukti dan keterangan dihimpun. 

Hotimah dimakamkan di pemakaman umum desa. Sony juga hadir di pemakaman. Bahkan kelihatan sedih, kata saksi warga. “Malamnya tahlilan di rumah duka, Sony juga ikut. Tahlilan besoknya lagi, Sony juga ikut,” ujar warga.

Kamis, 1 Juni 2023 (tiga hari kemudian) Sony ditangkap polisi di rumahnya. Tanpa perlawanan. Beberapa bukti, antara lain, isi chat WhatsApp di HP Hotimah, jelas berkaitan langsung dengan pembunuhan. Juga saksi-saksi.

Sony dikenakan Pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana. Ancaman hukuman maksimal, hukuman mati.

Sony berpostur kurus, tinggi badan sedang. Wajah datar tanpa ekspresi. Cenderung culun (naif, kekanak-kanakan). Sehingga ketika ia bermimik sedih, benar-benar kelihatan memelas. Ia bikin alibi dengan mendekati jenazah.

Belum lama ini, di Amerika Serikat, ada pembunuh pria berekspresi mirip Sony. Datar. Namanya Bryan Kohberger, 28, atau tiga tahun lebih tua dari Sony.

Dikutip dari The New York Post, 23 Mei 2023, bertajuk: “Accused Idaho killer Bryan Kohberger’s body language compared to Lee Harvey Oswald”, digambarkan, wajah Bryan Kohberger sedatar batu. Bahkan, diperbandingkan dengan Lee Harvey Oswald, tersangka pembunuh Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, 22 November 1963.

Diungkap, Kohberger terdakwa pembunuh empat gadis mahasiswi University of Idaho, Moskow, Idaho, AS, sekaligus. Mereka: Kaylee Goncalves, Maddie Mogen, Ethan Chapin, dan Xana Kernodle. 

13 November 2022 dini hari, empat mahasiswi yang tinggal di asrama ditemukan tewas. Semuanya luka tusuk dan gorok. Darah banjir di asrama mahasiswa itu. Polisi melakukan penyelidikan.

Bukti-bukti langsung dan keterangan saksi mengarah ke Kohberger sebagai tersangka. Tapi dengan keras, Kohberger membantah. Meski sudah ada bukti-bukti langsung. Polisi melakukan penyelidikan mendalam, akhirnya polisi memastikan, Kohberger tersangka dan ditahan.

Kohberger diadili di Pengadilan Wilayah Latah, Moskow, Idaho. Di persidangan itulah tampak jelas ekspresi Kohberger berdrama dengan wajah tak berdosa, Sampai-sampai pengadilan menghadirkan saksi ahli, beberapa psikiater, ahli gerak tubuh, untuk mengamati gestur dan mimik terdakwa Kohberger.

Janine Driver, salah satu dari dua pakar bahasa tubuh yang menganalisis perilaku Kohberger selama sidang dakwaan, mengatakan kepada The Post, Kohberger  berwajah sedatar batu. Sangat pendiam. Tidak bicara jika tak ditanya. Kalau bicara pun sangat sedikit.

Hakim membacakan dakwaan. Menyebutkan masing-masing dari empat korban — Kaylee Goncalves, Maddie Mogen, Ethan Chapin, dan Xana Kernodle. Lalu, menguraikan dakwaan selama sidang.

Janine Driver: “Saat itulah stres Kohberger dapat dilihat dalam bentuk "berdenyut yang terjadi di sisi kanan wajah dan pipinya." 

Dijelaskan, Kohberger sama sekali tidak berekspresi, ketika hakim menyebut nama-nama para korban. Tapi, menurut Janine, itu gampang dilakukan setiap orang. Cuma, denyut wajah Kohberger sisi kanan, tak bisa dikendalikan.

Digambarkan, Kohberger menatap kertas di atas meja di depannya. Tatapan tanpa ekspresi. Janine menyebut, itu merupakan strategi terdakwa melakukan pemblokiran mata. Artinya, terdakwa memblokir ekspresi matanya dari tatapan hakim atau jaksa di ruang sidang.

Janine: “Pemblokiran mata seperti screen saver pada ponsel. Ini tujuannya memblokir orang lain untuk melihat informasi dan rahasia pribadi kita.”

Janine: “Baru, setelah kami mendengar hakim mengonfirmasi Kohberger dengan bertanya, apakah terdakwa memahami 'hukuman maksimum' untuk setiap kematian? Saya melihat, lonjakan stres tertinggi pada mimik terdakwa, yaitu ketika ia dengan cepat mendorong lidahnya ke sisi kanan bawah bagian dalam pipi.”

Dilanjut: “Perubahan perilaku seperti itu sering terlihat saat seseorang ketahuan melakukan kesalahan.”

Lain lagi, pendapat saksi ahli Traci Brown, ahli gestur terkenal di dunia, menganalisis kekakuan cara berjalan Kohberger saat memasuki ruang sidang.

Traci: "Terdakwa sama sekali tidak mengayunkan lengan. Ia tidak menggerakkan kepala sama sekali. Itu menunjukkan ekspresi nol. Tidak menunjukkan sedang stress. Ia bisa menguasai diri dengan sangat kuat. "

Dilanjut: "Biasanya, ketika orang masuk ke ruang sidang, mereka akan meletakkan tangan di depan. Atau menggenggam. Kohberger tidak. Ia seolah-olah tidak melakukan apa pun." 

Dilanjut: “Ia tidak duduk di kursi dan gelisah. Tidak. Ia tidak menggaruk kepala. Ia  tidak mengetukkan jari di atas meja. Ia tidak merapikan celana di kaki. Tidak ada apa-apa padanya."

Traci membandingkan, nol tanda-tanda stres pada Kohberger mirip Lee Harvey Oswald, terdakwa pembunuh Presiden John F. Kennedy.

Traci: "Terdakwa mengikuti apa yang terjadi pada persidangan, tapi ia tidak terhubung secara emosional dengan semua kejadian di situ."

Kohberger ternyata bergelar doktor kriminologi dari Departemen Peradilan Pidana dan Kriminologi di Washington State University, AS.

Ia lulus dari Northampton Community College di Pennsylvania dengan gelar Associate of Arts, Bidang Psikologi pada 2018. Lanjut, meraih gelar sarjana dari Universitas DeSales Pennsylvania pada 2020 dan menyelesaikan studi pascasarjana di sana Juni 2022.

Di Universitas DeSales, Kohberger diajar oleh Katherine Ramsland, psikolog forensik terkenal dan pakar pembunuh berantai. 

Jadi, Kohberger bisa begitu, karena ia ilmuwan yang ahli kriminologi. Ia bisa menerapkan gaya orang tak bersalah. Sehingga pihak pengadilan juga menghadirkan saksi ahli gestur dan psikiater, sebagai pengamat semua gerak-gerik Kohberger selama disidang.

Kohberger kini masih diproses sidang. Ia didakwa membunuh empat orang, pembunuhan tingkat satu (pembunuhan berencana) dengan ancaman hukuman mati, disetrum di kursi listrik.

Bahwa, tersangka Sony Safaat juga jago berdrama, mungkin belum sekelas Kohberger. Yang sampai diamati pakar gestur. 

Cuma, secara naluri kriminal, si tukang martabak itu berusaha tenang. Ia tidak melarikan diri. Malah mendekati jenazah korban. Polisi butuh tiga hari memastikan Sony jadi tersangka. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda