Kisah Kombes Putut Tangani Jasad Teroris dan Ungkap Kasus Sambo

Kombes Pol Putut Cahyo Widodo saat ditemui awak media di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (16/11/2018). Ketika masih berdinas di Polri. (FOTO: TRIBUNJAKARTA.COM/ DIONSIUS ARYA BIMA SUCI)

COWASJP.COM – Tidak banyak yang tahu. Kalau pengungkapan berbagai kasus berat lewat forensik dilakukan oleh arek Jawa Timur.

Dia adalah Kombes Pol Putut Tjahjo Widodo DFM M.Si.

Putra kelahiran Tulungagung 1962 ini mengenyam pendidikan SD, SMP sampai SMA di Blitar. Sejak jadi anggota polisi pada 1988, sudah menekuni bidangnya di dunia forensik, di Puslabfor, Mabes Polri.

“Sejak awal masuk polisi, saya sudah bergelimang di dunia forensik,” ceritanya.

Yang paling anyar, menangani kasus Ferdy Sambo, mantan jenderal polisi bintang dua yang divonis hukuman mati itu.

Sambo dituduh membunuh Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat, S.H. Saat menembak Sambo menggunakan sarung tangan. Tujuannya untuk menghilangkan jejak.

Tapi, bagi ahli Forensik, sebetulnya sarung tangan tidak akan menghilangkan jejak. Yang penting sarung tangannya tidak hilang. “Kalau ada yang berpendapat menggunakan sarung tangan bisa menghilangkan jejak, sebetulnya tidak benar juga. Pengungkapannya sangat mudah sekali,” cerita Putut, alumnus Fakultas Biologi UGM itu, tanpa mengurai secara rinci.

“Kalau saya ceritakan secara rinci nanti ketahuan oleh penjahat. Orang bisa menghilangkan jejaknya,” cerita putra seorang guru di Blitar ini, mengisahkan pengalamannya.

Putut-Cahyo.jpg1.jpgKini Putut Tjahjo Widodo didaulat sebagai Direktur Operasional di DNAtest.id.(FOTO: Nasaruddin Ismail)

Putut memang suka bergurau. Seberat apa pun pekerjaannya, sifatnya yang humoris membuat pekerjaannya selalu dirasakan ringan.

Lantas kasus apa saja yang pernah dia tangani? "Semua kasus teroris di Indonesia, tak lepas dari keterampilannya. Termasuk menangani korban kecelakaan pesawat. Kasus teroris seperti Dr Azhari yang ditembak mati di Batu, Malang itu, salah satu anggota tim forensik yang menanganinya adalah Kombes Pol Putut Tjahjo Widodo. 

KASUS MARSINAH DAN KORBAN KEBAKARAN DEPO PERTAMINA PLUMPANG

Bahkan kasus Marsinah pun dia ikut dalam tim forensik Mabes Polri.

“Saya ikut di Labfor sejak Marsinah. Sampai Sambo,” cerita Putut yang baru purna tugas di Kepolisian. Kini Putut didaulat sebagai Direktur Operasional di DNAtest.id.

Kata Putut, yang paling terkesan saat menangani jasad teroris Djoko Pitono alias Dulmatin (6 Juni 1970 – 9 Maret 2010).

Yang terbaru kasus kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta. Banyak korban meninggal tanpa dikenal identitasnya, karena terbakar.

Tapi dengan kepiawaiannya, jasad tak dikenal itu bisa dikenal atau teridentifikasi. Melalui tes DNA di Labfor Polri.

Satu demi satu identitas korban yang tinggal tulang belulangnya, bisa diurai dan dikenal, kemudian diserahkan kepada keluarganya.

Itulah salah satu kelebihan tes DNA. 

Selain itu, tes DNA juga bisa mendeteksi penyakit seseorang secara dini. Sehingga penyakit pun bisa diobati sedini mungkin. Ketika yang kena penyakit belum merasakan sakit akibat penyakit tersebut. Dengan begitu kemungkinan sembuhnya jauh lebih besar.(*) 

Pewarta : Nasaruddin Ismail
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda