Sang Begawan Media

Teddy Sambo

Irjen Teddy Minahasa dan Ferdy Sambo. (FOTO: tvonenews.com)

COWASJP.COM –  "POLISI sudah banyak sekali berubah". Yang mengatakan itu adalah orang yang menamakan dirinya pejuang dari dalam. "Kini tidak ada lagi jalur ekstra struktural," katanya.

Selama ini ia banyak ''tersisih''. Zaman Ferdy Sambo ia melihat ada jalur-jalur khusus. Juga ada pemupukan sumber dana. Keduanya berkait dan berkelindan.

Ia mengatakan, berjuang dari dalam bukan untuk kepentingannya sendiri. Bukan untuk cari jabatan. "Saya berjuang demi institusi Polri," katanya. 

Salah satu perjuangan dari dalam itu adalah mengusahakan agar skenario Sambo berantakan. Misalnya yang dilewatkan Bharada Eliezer itu. Menurut skenario itu, Eliezer-lah pembunuh Joshua. Tapi akhirnya bisa diusahakan agar Eliezer mengaku apa adanya: bahwa ia disuruh Sambo. Ditekan. Tujuan utamanya bukan untuk mencelakakan Sambo, tapi untuk membersihkan Polri dari kekuatan ekstra struktural. 

Karena itu setelah perubahan ini pun ia tetap menempatkan diri sebagai pejuang. Ia tidak mendapatkan keuntungan finansial maupun struktural. Ia masih menjadi dirinya yang lama.

Masyarakat tentu tidak merasakan perubahan itu. Tapi orang dalam kepolisian sangat merasakannya.

Dalam sidang pengadilan mantan Kapolda Jatim Irjen Pol Teddy Minahasa juga terungkap sedikit.

Sewaktu dirinya mulai dikaitkan dengan perdagangan narkoba yang diungkap Polda Metro Jaya, Teddy segera menghadap Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Ia akan menyampaikan klarifikasi langsung kepada orang nomor 1 di Polri.

"Apa kata Kapolri?" tanya hakim pada Teddy Minahasa.

"Pak Kapolri tidak mau menerima laporan yang tidak benar. Saya disuruh menjelaskannya ke Propam," ujar Teddy. "Pak Kapolri tidak mau kejadian Sambo terulang," tambahnya. 

"Mas Teddy ke Propam dulu saja," ujar kapolri seperti ditirukan Teddy di sidang pengadilan.

Teddy pun lantas ke Propam. Setelah diperiksa, malam itu juga Teddy dinyatakan sebagai tersangka perdagangan narkoba. Langsung pula ditahan. Kini Anda sudah tahu: sidangnya sudah mendekati masa akhir.

Dalam hal Sambo, kapolri menerima laporan seperti yang ada di skenario awal. Setelah Joshua tewas tertembak Sambo memang bergegas ke kapolri. Melapor. Belakangan kapolri seperti kena petir. Ternyata kejadian sebenarnya tidak seperti yang dilaporkan Sambo.

Teddy kini berusaha kuat untuk lepas dari jeratan hukum. Tapi ada beberapa bukti yang ia sangat berat untuk mengelak. Salah satunya soal perintah penggantian barang bukti sabu-sabu dengan tawas. Kita pun baru tahu bahwa benda yang paling mirip sabu-sabu ternyata tawas. Bukan tepung ayam goreng geprek.

Teddy di sini menggunakan logikanya sendiri: perintah itu, katanya, semacam satire. Perintahnya mengganti, maksudnya jangan mengganti.

Memang ada beberapa kata yang bermakna SEBALIKNYA. Tapi itu tergantung dari konteks dan nada bicara. Kata "pergi sana!" dari seorang yang marah bisa saja diartikan sebagai ''jangan pergi''.

Tapi konteks seperti itu sulit ditemukan. Pun ahli bahasa yang dihadirkan ke pengadilan. Sebagai saksi ahli.

Perintah penggantian barang bukti dengan tawas itu tidak menimbulkan banyak tafsir. Tidak ambigu. Tapi Teddy ngotot bahwa perintah tersebut bermakna sebaliknya.

Hakimlah nanti yang memutuskan.

Dari Sambo melahirkan perubahan besar: tidak ada lagi lembaga nonstruktural. Dari Teddy Minahasa kita bisa tahu bahwa sabu bisa diganti tawas. Polri juga mempraktikkan penjebakan dalam menangkap tersangka. Kita juga tahu bahwa perjuangan untuk naik pangkat dan jabatan ternyata begitu berisikonya.

Demikian juga beda antara pedagang sabu  informan sabu ternyata begitu tipisnya. Seperti peran yang dimainkan Linda, alias Anita Cepu. Demikian juga sabu sebagai benda yang harus dilenyapkan dan sabu sebagai sumber bonus dan biaya  operasional begitu berimpitan.

Yang masyarakat merasakan langsung perubahan di Polri itu adalah di jalan raya: tidak ada lagi tilang. (*) 

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 6 Maret 2023: Bima Jalesveva

Leong Putu

Wkwkwk....saya fans MU cuma saat lawan Liperpool saja. Kalau ada City vs Liperpool, saya fansnya City....

Mirza Mirwan

Maka tibalah hari itu. Setelah Drona tewas di hari ke-15, di hari ke-16 Korawa mengangkat Karna sebagai panglima. Sementara panglima dari pihak Pandawa adalah Arjuna. Maju ke medan perang di Padang Kurusetra, Karna naik kereta perang dengan sais sang mertua, Prabu Salya. Sementara Krisna menjadi sais kereta perang Arjuna. Di tengah Padang Kurusetra, dalam jarak puluhan langkah, kedua kereta berhenti. Arjuna dan Karna turun dari kereta dan melangkah maju. "Kanda," kata Arjuna. "Saya membawa pesan ibunda untuk mengajak Kanda bergabung dengan Pandawa." "Dinda. Mungkin benar bahwa Bunda Kunti adalah wanita yang melahirkan saya. Tetapi sejak kecil, yang saya tahu, orangtua saya adalah Bapa Adirata dan Biyung Radha. Merekalah yang merawat dan menyayangi saya. Bukan Bunda Kunti. Dan setelah dewasa Droyudana yang memberikan kemuliaan berupa jabatan adipati. Saya menjadi panglima untuk menepati sumpah kesatria saya, meskipun saya tahu Korawa di pihak yang salah." "Tapi Kanda......" "Sudahlah, Dinda. Kita bertemu di medan laga. Bila takdir menghendaki saya yang tewas, Pandawa tetap lima. Tetapi kalau takdir meninta Dinda yang harus gugur, Panda juga masih lima termasuk saya. Mungkin dengan cara itu saya bisa melunasi hutang bakti saya kepada Bunda Kunti." "Tapi Kanda..." "Tidak ada tapi-tapian, Dinda. Marilah segera kita mulai pertempuran ini. Kasihan para prajurit yang tak tahu ujung-pangkal persoalan harus berjatuhan menjadi korban."

omami clan

Wayang sering di artikan secara harfiah sebagai bayang atau bayangan, tetapi secara filosofi bisa juga berarti bayangan kehidupan atau mungkin cerminan kehidupan. Wajar pas waktu mencari siapa yang harus memerankan Sengkuni agak kebingungan karena mungkin terlalu sulit mencari siapa tokoh yang watak dan perbuatannya cerminan dari Sengkuni. Atau mungkin justru terlalu banyak tokoh dan para pembesar kita yang punya pembawaan seperti Sengkuni, sehingga terlalu sulit untuk memilah dan memilihnya. Tapi tokoh seperti Sengkuni itu harus ada, sehingga di carilah dari luar kalangan para tokoh dan pembesar. Toh yang di tunjuk (baca: di korbankan) memang seorang seniman yang memang bisa berperan sesuai dengan skenario sang ketum sutradalang.

bagus aryo sutikno

Dan suami harus pandai bersandiwara di hadapan istri. Sop asin panggah didahar. Kopi pahit panggah disruput. Pipi wes ora kinclong panggah disosor. Suami harus pandai bersandiwara agar rumah tangga kisahnya bisa bermulti episode. 

reskon indo

Memang dalam cerita wayang baik itu wayang kulit maupun wayang orang judul judul cerita (lakon) bisa diimprovisasi yang relevan dengan kondisi pada saat lakon dipentaskan. Misalkan pada saat pementasan wayang orang ini kebetulan sang tokoh utama jenderal yudho margono ditugasi oleh presiden jokowi untuk memimpin TNI. Jadi lakon yang semula pandawa suci menjadi pandawa boyong. Saya sebagai penyuka seni jawa hanya ingin menambahkan bahwa tugas bhima kedasar laut sebenarnya adalah mengambil air suci keabadian tirta amerta. Namun ternyata didasar laut bukan hanya ada tirta amerta tapi juga ada racun sigala-gala. Dan racun inilah yang membuat penghuni kayangan yakni para dewa mati semua. Sebenarnya lakon yang cocok utk cerita ini adalah samudra mantana. Tapi begitulah, wayang itu luwes. Mungkin karena keluwesan inilah yang dimanfaatkan (atau diciptakan?) Oleh sunan kalijaga utk kepentingan dakwah. Bagaimanapun saya sangat senang karena masih ada petinggi dinegeri ini yang peduli dengan kesenian wayang. Sebenarnya saya berharap ISI jogjakarta bisa melahirkan seniman handal di negeri ini. Di NUSANTARA ini begitu banyak cerita rakyat yang bisa diangkat dalam film maupun animasi. Dan saya berharap ada seniman dan pemilik modal yang mau berkolaborasi utk menciptakan industrialisasi seni. Terimakasih kepada pak panglima dan juga keluarga pak iskan yang sangat peduli dengan seni dan budaya NUSANTARA.

agus budiyanto

Pentas dirumah anak Pak Iskan, apa ga takut ada yang mleroki.

mz arifinuz

Lebih baik jadi Sengkuni dalam peran wayang orang bohong2an, daripada berperan sebagai Sengkuni dalam peran dunia nyata.

Sri Wasono Widodo

Pengubahan lakon Bimo Suci menjadi Pendowo Boyong pastilah sangat kompleks karena di dalamnya memuat lakon antara lain Kresno Duto, Bhismo Gugur, Abimanyu Gugur, Gatotkaca Gugur, Karno Tanding, termasuk lakon gugurnya Durna, Sengkuni dan puncaknya gugurnya Duryudono menandai berakhirnya lakon "Baroto Yudo Sirnaning Angkoro Murko" lanjut dengan "Baroto Yudo Joyobinangun" dan klimaksnya "Pandowo Boyong" Ke Astina Pura. Memang bukan pemain wayang orang profesional, namun Profesional yang main wayang, sehingga mutilasi terhadap Dursasana diganti dengan ancaman mutasi. Keren abis.

Mbah Mars

"Jangan-jangan, saya kehilangan pekerjaan", kata Kirun. Kirun mewakili jeritan para pekerja seni daerah. Terutama para pelawak. Saingan beratnya adalah para mubaligh alias ustadz lucu semacam KH. Anwar Zahid. Di acara-acara hajatan pernikahan sekarang ini yang diundang para ustadz. Tidak lagi dagelan. Mengapa ? Karena Ustadz bisa memberi taushiyah sekaligus ngocol. Ndagel bin ngelawak. Maka, kriteria yg selalu diminta oleh shohibul hajat adalah ustad yg lucu dan segar. Selain itu, khusus Mbah Kirun sekarang ini di Jatim harus bersaing juga dengan para muridnya, seperti Cak Percil yg ternyata pinter memenej bisnis ngocolnya. 

Ummi Hilal

#100,10:45 WIB Seperti ada artikel yang tertukar.Artikel hari ini cocoknya untuk edisi week end. Kalau kemarin salah kamar ke 'News'.Hari ini juga seperti ada yang salah .Biasanya Senin untuk artikel kriminal. Tapi ya sudah . Kita tinggal baca.Terus komen.Kalau mau. Kalau sempat.Kalau tidak susah log in kembali. Terimakasih anaknya Pak Iskan. Thank You,Azrul's Father. JazaakumuLloh Ibnu Iskan.

Yellow Bean

Kirun membagong malahan akan bisa jalan terus dan di sanding para Jenderal untuk membantu melepaskan penat karena para jenderal juga merasakan lelah setiap hari serius menyelesaikan persoalan negara. Aku juga masih suka buka YouTube wayang untuk mengenalkan pada Anak anak dan candaan gareng bersama Mas Bayu aji dan Ning Eka cukup melepas penat.

Purnomo Inzaghi

"Sudah lama kita tidak melihat pejabat tinggi naik ke panggung sandiwara" Ini satire yang menggelitik. Bukankah panggung sudah lama tergelar? meskipun bukan hanya pejabat tinggi tapi pejabat rendah pun tak kalah seru. Lakon Ferdy Sambo, Teddy Minahasa, Rafael Alun Trisambodo dan Eko Darmanto adalah contoh panggung yang menarik untuk ditonton. Dunia ini kan memang panggung sandiwara...setidaknya begitu kata Ahmad Albar lewat nyayian berama grupnya God Bless.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda