Sang Begawan Media

Fikih Berubah

Podcast Dahlan Iskan bersama Ketua PB NU Gus Yahya Cholil Staquf. (DI's Way)

COWASJP.COMKETIKA belum ada negara, alangkah bebasnya manusia. Bisa pergi ke mana saja. Orang Bugis sampai ke Afrika Selatan. Orang Fujian sampai ke Sumbawa.

Ketika ditanya akan ke mana, kakek Karmaka Suryaatmaja hanya menjawab: "xia nan yang". Artinya: turun ke laut selatan. Tidak ada suatu negara yang dituju. 

Kapalnya terus berlayar ke Selatan. Sampailah ke pelabuhan yang lantas dikenal sebagai Sunda Kelapa. Karmaka, yang masih bayi hampir dibuang ke laut. Bayi Karmaka menderita sakit parah. Takut menular.

Akhirnya Karmaka disembuhkan di dalam kapal. Baru bisa ke daratan Jawa. Akhirnya sampai ke Bandung. Kawin di Bandung. Ketika negara dibentuk, ia jadi warga negara Indonesia. Lalu berjuang untuk bisa hidup di rantau. Sukses. Jadi pemilik bank NISP –kini OCBC NISP.

Ketika dunia dikapling-kapling jadi negara, mulailah aturan hidup berubah total. Ketika ''kapling'' itu masih dalam bentuk kerajaan atau kekaisaran, batas-batasnya masih lentur. Tapi begitu menjadi negara manusia terkurung di kurungan-kurungan negara. Apalagi setelah ada batas negara. Ada paspor. Ada visa. Ada imigrasi. Ada bea cukai.

Bagi kita yang lahir setelah ada negara, kita tidak bisa membayangkan bagaimana hidup tanpa negara. 

Apakah dunia kian tertib, aman, sejahtera, setelah ada negara-negara? Sudah pasti, perang antar suku, antar kelompok, antar kerajaan berkurang secara drastis. Ada aturan yang akan menjerat mereka yang berkelahi. Aturan itu yang kita sepakati ketika membentuk negara. 

Lantas terbentuklah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB): mengatur hubungan antarnegara.

Secara internasional negara menjadi terikat pada aturan bersama di PBB. 

Secara nasional warga negara mengikatkan diri pada aturan-aturan negara. Maka sejak itu lantas ada aturan pribadi, aturan keluarga, aturan agama, dan aturan negara.

Antarkeluarga ada aturannya. Antarpenganut agama ada aturannya. Antarwarga negara juga ada aturannya.

Bahkan antarnegara sesama anggota PBB ada aturannya.

Bolehkah perseorangan mengingkari aturan-aturan bersama itu?

Dulu, ketika aturan hidup orang Islam dirumuskan dalam fikih, saat itu belum ada negara. Fikih bisa mengikat perilaku perseorangan secara sempurna. Tanpa ada kekhawatiran terbentur dengan  aturan lain di luar itu.

Demikian pula di Kristen.

Maka Muktamar Fikih Peradaban yang berlangsung di Surabaya hari ini sangat menarik. Itulah Muktamar I Fikih Peradaban. Yang akan merumuskan aturan-aturan fikih yang mampu mendukung kemajuan peradaban manusia. Yang akan disusul dengan muktamar II dan seterusnya. "Kalau bisa setiap tahun. Atau dua tahun sekali," ujar KH Yahya Staquf, ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). "Harus selalu di Indonesia. Dan yang menyelenggarakan PBNU," ujar Kiai Staquf saat podcast bersama saya Sabtu lalu.

Prakarsa seperti ini dimaksudkan agar Islam bisa menjadi agama rahmatan lil alamin. Bisa menghindarkan bumi dari kerusakan. Atau bahkan kehancuran. 

Benturan peradaban, bisa datang dari benturan antar agama. "Kalau itu terjadi, kiamat akan datang lebih awal. Bukan kiamat yang datang seperti yang diajarkan," ujar Kiai Staquf.

Pembahasan Fikih Peradaban itu ternyata sudah dimulai sejak Kiai Staquf terpilih sebagai ketua umum PBNU tahun lalu. Sampai saat ini sudah dilakukan 280 kali pembahasan. Di pesantren-pesantren terkemuka di lingkungan NU. Juga di lembaga kajian. "Kiai-kiai kita di kampung-kampung itu hebat-hebat. Mereka pemikir keagamaan yang mumpuni," ujarnya.

Boleh dikata Muktamar Fikih Peradaban hari ini adalah muara dari 280 halaqah Fikih Peradaban di berbagai pesantren itu. Hasil Muktamar inilah yang akan dilaporkan di puncak acara Harlah ke-100 NU di Stadion Gelora Delta,  Sidoarjo, 7 Februari besok.

Yang sudah disepakati di 280 halaqah itu, salah satunya, adalah bahwa ajaran Islam itu ada yang harus tetap, tapi ada yang bisa berubah. Dan yang bisa berubah itu jauh lebih banyak. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi: 5/1/2023: Balon Putih

Everyday Mandarin

Di Foshan, Guangzhou, China, ada ksatria bernama Huang Feihong, sosok pendekar penguasa kungfu di masa lalu. Angkatan Susi Susanti jg ada seorang asal negeri Tirai Bambu yang bernama Huang Hua. Dia nikah dgn seorang pengusaha WNI di tahun 1993. Dia sosok pendekar badminton di masa lalu.

Everyday Mandarin

Ribuan tahun lalu, Sungai Huanghe hanya bernama He saja. Artinya sungai. Di utara He disebut Hebei, di selatan He dinamai Henan. Dua2nya kini menjadi 2 provinsi yang menjadi jantung kebudayaan China masa lalu. Henan diduga menjadi tempat lahirnya huruf2 China yang dipakai hingga hari ini. Di dalam 100 marga terbesar di China, 5 besar marga terbesar di China hari ini: Wang, Li, Zhang, Liu, dan Chen, semuanya berasal dari Henan. Dari Henan-lah, orang Tionghua dan seluruh kebudayaan China menyebar ke seantero China dan segala penjuru dunia. Jadi, tidak salah di buku sejarah disebutkan Sungai Huanghe adalah pusat di mana China bermula. 

Budi Utomo

Bung Bagus punya ide bagus untuk Tiongkok. Kirim lagi balon sebanyak-banyaknya biar bangkrut tuh Amrik. Yang “ditembak” sangat MURAH harganya ketimbang “RUDAL” yang menembak. God Bless Perusuh Disway. Wakakakaka. By the way God Bless nya Achmad Albar tak ada kaitannya dengan Perusuh Disway. Terima kasih. Tertanda Shinchan. 

bagus aryo sutikno

Balloon seharga $100rb ditembak dengan misil seharga $5jt. Sri Mulyani pasti ngamuk2 nich. 

Everyday Mandarin

Malam ini malam Capgome. Di langit Pingxi, Taiwan akan dipenuhi balon lampion terbang. Lampionnya lampion kertas seukuran mesin cuci. Biasanya anak2 muda akan menulis harapan2 di kertasnya, lalu nyalain api, terus diterbangkan oleh min 2 orang. Indah sekali, langit hitam betaburan ratusan lampion terang di langit. Takutnya lampion2 ini besok terus terbang ke seberang selat di sebelah barat sana, terus ditembak oleh pesawat China. Dikira US jg tir-for-tat ke China.

bagus aryo sutikno

Kenapa ya menparekraf Tiongkok tidak bilang kalau itu ballon imlek..? Atau biar lebih ngaco lagi bilang aja itu ballon thanks giving day. Pasti menlu amrik mR Bli - nKen bilang kamsia kamsia. #kwkwkwkw

Saifudin Rohmaqèŕqqqààt

Saya membaca CHD hari ini, tersenyum ketika pas di bagian tulisan ini. "Montana adalah negara bagian yang indah. Berbukit bukit." Secara kaidah bahasa, itu adalah dua kalimat sederhana. Artinya dua kalimat sederhana bisa dijadikan kalimat majemuk yg berisi induk kalimat dan anak kalimat. Dan setelah saya jadikan kalimat majemuk, membuat saya tersenyum. Begini kalimat majemuknya. "Seindah indahnya Montana masih lebih indah bukitnya Mbak Indah". He he he.... sekian. Salam bahagia

Pryadi Satriana

Pryway: YANG "LUCU2" DARI PODCAST PAK DAHLAN - GUS YAHYA Saya senyum2 melihat podcast itu. Terhibur. Dua tokoh itu 'ketok ndesit', yg mereka ketahui ttg agama lain - dlm podcast itu - tampak masih di level 'ibtidaiyah'. Pak Dahlan - yg dlm podcast itu tampil sarungan supaya "keliatan NU"-nya, tampak "ah..oh.." - 'ketok culun'!- saat diberitahu bahwa PBNU sdh meninggalkan sebutan 'kafir' bagi WNI non-muslim! Gus Yahya - yg sdh 'nginternasional' - jg 'ndesit tenan' saat bilang Kristen evangelis menafsirkan Kitab Suci secara harfiah/literal. Kenapa? Ndhak mungkin Gereja meninggalkan doktrin "Extra Ecclesiam nulla salus" (Di luar Gereja tidak ada keselamatan) kalau masih menafsirkan Kitab Suci secara literal! Dlm "Hubungan Gereja dg Agama2 Lain" - salah satu dokumen hasil Konsili Vatikan II - disebutkan: "Gereja tidak menolak apa pun yg dlm Agama Hindu atau pun Budha dipandang serba benar dan suci. Kaidah2 & ajaran2 mereka memang berbeda dg yg diajarkan Gereja, tetapi toh tidak jarang memantulkan sinar kebenaran yg menerangi semua orang! Gereja jg menghargai umat Islam, yg mempunyai kesamaan dg umat Kristen dan Katolik: menyembah Allah satu-satunya! (cat.: dalam Islam, Kristen, dan Katolik, Allah disebut "Allah Ibrahim, Ishak, dan Yakub"). Gereja jg menyadari adanya "ikatan rohani" antara 'Umat Perjanjian Baru' dan 'Umat Yahudi Keturunan Abraham'." NU baru akan mengadakan Muktamar 'Fikih Peradaban', Gereja telah mengadakan hal serupa dalam Konsili Vatikan II th.'62-65. Salam.

Liam Then

Saya menonton video dokumenter tentang pembangunan Three Gorges Dam Tiongkok, yang huat kalau tak salah National Geographic. Proyek massal yang melibatkan pemindahan paksa 1.3 juta populasi yang turun temurun tinggal disitu. Semuanya dapat rumah pengganti di komplek rumah susun yang di bangun oleh pemerintah Tiongkok. Benarlah sudah kata pepatah, kalau memang niat gunung dan lembah pun bisa di pindah. Dalam hal ini pemerintah Tiongkok sudah benar-benar niat. Masa itu Tiongkok belum benar-benar kaya. Saya ingat ketika ada kerabat baru pulang dari Tiongkok, cerita bagaimana joroknya toilet disana, ketertinggalan kota-kota kecilnya dibanding kota sejenis di Indonesia. Saya juga masih ingat di Dunia Dalam Berita dan headline koran-koran. Sering berjumpa berita banjir dahsyat di Tiongkok, hasil ngamuknya sungai yang meluap, korbannya selalu ratusan. Media barat terkait 3 gorges dam, selalu mengungkit bagaimana penderitaan 1.3 juta orang tercerabut dengan paksa dari cara mereka hidup dan lingkungannya. Tapi mereka tak pernah mengungkit berapa juta orang, menjadi bebas banjir karenanya. Juga tak pernah menimbang berapa ribu orang tak jadi mati saban tahun karenanya. Media dan ahli barat, juga sering bilang bahaya laten 3 Georges Dam kalo jebol. Bagaimana jutaan orang bisa dibuat mati karenanya. Sampai sekarang tak jebol-jebol itu dam. Jadi mikir, sebenarnya apakah itu "kode" khusus? 

Parikesit

#ijin_ngambil_sendal Diajak healing Abah, sementara. Naik balon udara, di atas langit pantura, melesat berpacu bak burung dara, amboy panorama elok tak terkira, pantai nan indah tiada tara, lidah kelu seakan sulit bicara, lihatlah wahai saudara, di bawah sana dekat gapura, sekelompok bujang dan dara, berjajar rapi tidak sedang upacara, juga tidak sedang dimabuk asmara, sedang apakah kira-kira? * Nun jauh dibawah sana, pemuda pemudi usia remaja, melambai tangan pada kami berlima, sayup-sayup teriakan mereka, Hai balon...minta kuota....., kuota iya kuota....., tersenyum mendengar yg dipinta, tapi kami masih bertanda tanya, kuota paket data? Atau kuota haji yg ongkosnya lagi naik harga? ** grubrak, aku terbangun dari qailulah, mimpi yg aneh sulit diterjemah, naik balon bersama abah, mungkin cuma mimpi ya sudah, gitu aja kok susah. ILAL LiQO' ma'as salamah. 

Leong putu

Naik pesawat tak ada nikmat-nikmatnya Mas@KS, apalagi saat mengalami turbulensi . Naik ranjang bareng istri, jelas beda, semakin turbulensi semakin nikmat. Wkwkwk....

Komentator Spesialis

Saya nggak pernah naik concorde. Tapi pernah naik Sempati, Merpati, Bouroq, Mandala, Indonesia Airline, Adam Air dan Star Air. Kalau soal airline LN, dari Air france, Lufthansa sampai JAL dll pernah coba. Hayo..banyakan mana coba, wkwkwk...

Jhel_ng

Kenapa balon besar? Kenapa tidak satelit mini? Dalih menggunakan balon sebagai pengamatan cuaca justru kurang kuat dibanding menggunakan satelit mini. Satelit mini lebih powerfull, bisa mengamati lebih banyak hal. Juga resolusi gambar yang dihasilkan, beberapa satelit mini bisa mengenali plat mobil. Tentu satelit jenis itu juga mampu memetakan cuaca pada jarak berapapun dari atas muka bumi. Biaya pembuatan satelit mini juga lebih terjangkau daripada balon sebesar itu. Harus mencari material balon yang kuat dan tahan panas. Juga tidak mudah bocor. Itupun tidak bisa diarahkan. Beda dengan satelit. Eh lupa, satelit mini perlu biaya yang besar untuk mengorbitkannya dengan roket besar. Juga perlu izin untuk mengorbit. Jadi sekarang sudah apple to apple juga. Pertanyaannya ganti, kenapa balon besar? Kenapa dua? Jawaban pertanyaan ini dapat dijelaskan oleh Sigmund Freud... He he...

Budi Utomo

Kalau saya menyimak di Al Jazeera. Betul sekali Bung Mirza, media massa Tiongkok tak gaduh soal balon. Mau meletus mau tidak meletus tak jadi soal. USA saja yang parno (paranoid). Lebay (berlebihan). Baper. Emosian. Ngamukan (mudah mengamuk). Untuk hal-hal sepele macam begini. Lalu Blinken batal ke Tiongkok gegara balon sipil yang terbawa angin karena tak minum TOLAK ANGIN. Wakakaka. Politisi USA itu persis politisi Indonesia. Gampang amok! Buahahahaha. Politisi ngamukan lahir dari rakyat yang ngamukan juga. Yang tak punya sense of humor selevel Gus Dur. . 

AnalisAsalAsalan

Prinsip dasar keamanan adalah semua ditolak kecuali yang diizinkan masuk. Ada dua tindakan tepat dalam keamanan, yaitu: 

1. True negative. Diianggap tidak membahayakan lalu dibiarkan, ternyata memang tidak membahayakan. 

2. True positive. Dianggap membahayakan lalu ditindak, ternyata memang membahayakan. 

Ada dua tindakan salah dalam keamanan, yaitu: 

1. False negative. Dianggap tidak membahayakan lalu dibiarkan, ternyata membahayakan. Akibatnya sangat parah. 

2. False positive. Dianggap membahayakan lalu ditindak, ternyata tidak membahayakan. Karena tidak mendapat informasi yang cukup, maka balon ditembak. Kalau pun ternyata balon itu tidak membahayakan, maka tindakan menembak balon termasuk false positive. Dan, ini lebih baik daripada false negative.

Liáng - βιολί ζήτα

CHDI : "Itu tidak disengaja. Force Majeure . Terbawa angin," ujar kementerian luar negeri Tiongkok. Sebagaimana kita ketahui, jarak Tiongkok dan Amerika Serikat dihitung antara pusat geografis-nya +/- hampir 12.000 km. Kita juga mengetahui, bahwa kecepatan angin kencang dikisaran +/- 60 km/jam. Dari data di atas, dapat kita simpulkan, bahwa : 

1. Balon Putih itu "Tidak Mungkin diterbangkan dari Tiongkok !!" Membutuhkan waktu +/- 200 hari untuk sampai angkasa Amerika Serikat. 

2. Sudah pasti Balon Putih itu akan melintasi banyak negara, baik wilayah daratnya maupun wilayah lautnya. 

3. Mengapa "radar" negara-negara yang dilintasi Balon Putih itu tidak mendeteksinya ?? Padahal benda angkasa dengan ketinggian 60.000an kaki di atas permukaan laut tentu saja masih terdeteksi radar keamanan suatu negara. 

4. Kemungkinan besar Balon Putih itu diterbangkan "dari wilayah yang tidak jauh dari Amerika Serikat" ; ada kemungkinan dari wilayah negara sekutunya Tiongkok, seperti Kuba, yang jaraknya relatif dekat dengan Amerika Serikat. 

5. Ada kemungkinan juga dari negara-negara Amerika Latin - sekutunya Tiongkok, seperti Venezuela ; meskipun jaraknya cukup jauh tetapi masih jauh lebih dekat ketimbang diterbangkan dari Tiongkok. 

6. Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa "Ada Unsur Kesengajaan Misi Balon Putih Itu" untuk memata-matai Amerika Serikat !!

Leong putu

"Maca berita apa Mas ? kok ngguya-ngguyu wae kaet mau..". ."iki lho yaaang....berita balon Cina". ."oowalaaaah dalaaah.. Awas ya, lek sampek awakmu konangan mbalon, ulih no aku nang wong tua ku...!!!!". ."ealah yaaang...kok y kesusu nesu, iki balon udara, dudu balon lonte....!..". ."ealaaah...ta pikir awakmu kape selingkuh Mas..., aku kan jadi cemburu, aku cemburu mergane aku sayang..." ."hmmmm... tanggal nom, mesti ae sayang....".

Udin Salemo

Dibawah sana ada analisis kalau balon itu bukan terbang dibawa angin sampai ke Amerika. Balon itu sengaja diterbangkan sampai Amerika Serikat. Babak perlawanan terhadap polisi dunia itu dimulai secara terang-terangan. Selama ini Amerika Serikat sering bertindak sebagai polisi dunia. Sekarang China sudah menunjukkan keberaniannya terhadap Amerika Serikat. Ini bukan kaleng-kaleng. Para pemimpin China sudah bertindak nyata menghadapi hegemoni Amerika Serikat. Sugoooiii... Pendapat saya balon itu sengaja memata-matai Amerika. Wah, China emang wanian, hahaha.... #everyday_berpantun Bila tuan pergi ke kota/ Janganlah lewat Grobogan/ Bila kita lihat secara nyata/ Amerika hanya berani keroyokan/ Pengikut Gus Dur disebut gudurian/ Anggotanya sungguh banyak sekali/ Amerika itu bila sendirian/ Pastilah ciut dia punya nyali/ Ondeh nak urang dari Piaman/ Pai marantau ka tanah Jao/ Jiko taragak jo kampuang halaman/ Makan katupek lapeh salero/

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda