TKA CINA, MEMANGNYA MASALAH?

11 Maret 2020, ratusan buruh PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) melakukan aksi di kantor manajemen di Morowali Utara, Sulteng. Mereka mempertanyakan kejelasan kontrak kerja, termasuk pengupahan yang tak sesuai upah minimum Kabupaten Morowali Utara. (FOTO:

COWASJP.COM – KALAU saja, sejumlah kekhawatiran itu ditanggapi sebagaimana mestinya tentu bentrokan berdarah itu tidak akan terjadi. Sayangnya, semua diabaikan. Semua dianggap remeh. Gerudugan ribuan Tenaga Kerja Asing (TKA) Cina itu dianggap tidak masalah. 

Ternyata, Sabtu (14/1/2023) malam lalu, bentrok berdarah itu akhirnya pecah juga. Antara Tenaga Kerja Asing (TKA) Cina dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Akibatnya 3 nyawa melayang. Dua orang TKI dan satu orang TKA Cina. 

Karena itu, karuan saja perhatian publik tertuju ke pabrik smelter PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, itu. Yang mempekerjakan begitu banyak TKA Cina. Di samping juga TKI asal Morowali sendiri maupun dari daerah lain.  

Akibat berikutnya, tiga blok tempat tinggal TKA dan 1 blok pengamanan obyek vital terbakar. Termasuk delapan unit kendaraan. Lalu tidak kurang dari 69 orang TKI ditangkap pihak berwajib. Setelah mengerahkan ratusan personel TNI dan Polri. 

Kini, 17 orang TKI dinyatakan sebagai tersangka. Seperti biasa, mereka ditersangkakan sebagai provokator. Dalam banyak konflik yang diawali aksi unjuk rasa buruh – dalam hal ini TKI yang orang pribumi – seringkali berujung pada pentersangkaan mereka. 

Dalam kondisi seperti sekarang – di mana begitu banyak TKA Cina, di perusahaan Cina pula –mustahil pihak perusahaan maupun TKA Cina yang ikut dinyatakan bersalah. 

Sudah lumrah, setiap kali ada unjuk rasa kaum buruh, pada akhirnya merekalah yang akan dicap provokator. Tidak peduli seberapa salahnya pihak perusahaan. Seberapa tidak adilnya perlakuan perusahaan terhadap buruh. Sebagaimana terjadi di pabrik smelter PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) di Morowali Utara itu. Karena begitu cepatnya menetapkan tersangka dari pihak pengunjuk rasa. 

Pengakuan Mengejutkan

Lucunya, berbagai informasi seputar kejadian itu sekarang banyak beredar di berbagai platform media sosial. Termasuk di sejumlah jaringan WA Grup. Seperti pengakuan dari seorang karyawan pribumi yang meminta tidak disebutkan identitasnya. 

Sejumlah informasi yang bertolak belakang dengan apa yang dikemukakan pihak keamanan tentu melahirkan sejumlah pertanyaan. Misalnya: Apakah benar para TKA Cina itu bodoh, tidak paham pekerjaannya, tapi mendapatkan gaji lebih besar dan fasilitas lebih bagus?

Apakah benar pekerja Cina dengan helm kuning yang jabatannya lebih rendah bisa perintah-perintah TKI dengan helm biru yang jabatannya lebih tinggi? 

Apakah tuntutan pekerja agar upaya untuk menghindari kecelakaan kerja tidak pernah ditanggapi perusahaan? Terutama setelah dua orang TKI tewas terpanggang karena kecelakaan kerja. Yaitu  satu pekerja wanita asal Bugis bernama Nirwana Selle dan satu pekerja pria asal Bali bernama I Made Defri Hari Jonathan.

Pada dasarnya, banyak pertanyaan lain yang bermunculan berkenaan dengan penyebab terjadinya bentrok antara TKA Cina dan TKI di PT GNI di Morowali itu. 

Presiden Partai Buruh Said Iqbal kemarin ikut menanggapi kerusuhan berdarah itu. Seperti dilansir TEMPO.CO, Senin (16/01). Menurut dia, ada beberapa penyebab di bentrok itu. 

Pertama, soal tuntutan buruh kepada manajemen untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 

Kedua, masalah upah pekerja lokal yang terlalu rendah. Mereka berjumlah lebih dari 10 ribu orang. Tapi negosiasi dengan perusahaan untuk menaikkan upah kerja tidak pernah mencapai kata sepakat. 

Ketiga, yang paling menyakitkan, adalah perlakuan para TKA Cina yang tidak manusiawi kepada para pekerja lokal. Di antaranya, kalau memberikan perintah, mereka cenderung tidak sopan. Bahkan dengan cara-cara yang sangat angkuh. Misalnya, memberikan perintah menggunakan kaki. 

Semua itu tentu saja membuat kemarahan pekerja lokal kian memuncak. Dan Sabtu malam (14/01) itu, ketika perwakilan pekerja diperbolehkan memasuki  areal perkantoran untuk berunding. Ternyata di dalam pabrik mereka justru dipukuli oleh para TKA Cina. Sehingga rekan-rekan mereka mengamuk untuk memberikan pembelaan. 

Peringatan Sutiyoso

Kekhawatiran  terhadap masuknya ribuan TKA Cina ke republik ini sudah sejak lama disampaikan berbagai kalangan. Misalnya seperti diungkapkan Mantan Kepala BIN Sutiyoso dalam pidatonya saat acara Silaturahmi Tokoh & Ulama DKI Jakarta, yang tayang di YouTube JIC TV pada 18 Mei 2022 silam. 

Sutiyoso merasa khawatir, gerudugan tenaga kerja asal Cina itu pada waktunya akan melahirkan masalah. Intinya adalah kekhawatiran akan bertambahnya jumlah mereka ke tanah air.

Menurut dia, ribuan TKA Cina itu tidak akan mungkin kembali lagi ke negeri mereka. Karena hal itu merupakan salah satu strategi pemerintah Cina. Untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya yang hampir 1,5 milyar jiwa. Bagaimana menyiapkan pangannya, papannya dan sandangnya. 

Waktu itu, Sutiyoso mendapat hujatan dari berbagai pihak. Dia dianggap rasis karena khawatir jumlah orang Cina di negeri ini akan melebihi penduduk pribumi. Bahkan mantan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menyebutnya lebai. Karena menurut dia, jumlah TKA Cina itu kecil sekali. Sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

cina1.jpgBang Yos, sapaan akrab mantan Gubernur DKI Sutiyoso, sejak lama mengkhawatirkan ribuan TKA Cina. (FOTO: antaranews.com)

Pernyataan Grace itu pun ditanggapi Mantan Menpora Roy Suryo. Dia menyindir mantan Ketua Umum PSI itu. "Jadi ini Sis Grace bela Apa? AMBYAR., “ ungkap Roy Suryo. Sebagai keturunan Tionghoa, tentu menimbulkan kecurigaan Grace menanggapi hal ini. 

Pemerhati sosial politik Adian Radiatus menilai wajar saja Sutiyoso resah. Hal itu menunjukkan jiwa patriotisme dan nasionalisme yang tinggi bagi bangsanya. Dan apa yang dikemukakan Sutiyoso adalah masalah penting. Bahkan krusial dari aspek ketahanan nasional Indonesia dengan basis mayoritas beragama Islam. 

Bahkan Sosiolog Universitas Ibnu Khaldun Musni Umar ikut menanggapi bentrokan akhir pekan lalu itu. Sebagai orang yang pernah punya pengalaman sebagai Industrial Relation Manager di sebuah pabrik yang mempekerjakan banyak buruh. Menurut dia, kuncinya komunikasi dan memperlakukan mereka secara baik dan adil. Nah, persoalannya, apakah komunikasi yang baik dan perlakuan yang baik dan adil dari perusahaan milik Cina itu sudah dijalankan? (*)

Pewarta : Nasmay L. Anas
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda