Nikah-Cerai Venna-Ferry

Jeritan derita Venna Melinda. (FOTO: msn.com)

COWASJP.COMAkhirnya, Venna Melinda berkata: "Saya rasa kekerasan ini sudah cukup. Saya ingin fokus pada anak-anak dan kerja. Saya akan gugat cerai yang bersangkutan (Ferry Irawan)."

***

ITU dikatakan Venna kepada pers di Polda Jatim, Kamis (12/1). Saat itu dia didampingi dua anak dari pernikahan terdahulu.

Bahkan, untuk menyebut nama Ferry saja dia ogah.Venna menyebut Ferry 'yang bersangkutan'. Tanda bahwa dia sudah patah arang dengan Ferry.

Dikatakan: "Saya sangat trauma (atas KDRT di Kediri, Jatim, Minggu lalu). Sebelum berangkat ke Kediri saya alami asam lambung. Tapi sebagai isteri saya selalu berusaha mempertahankan perkawinan dan mencintai serta menghargai suami saya."

Setelah KDRT, Venna mengaku, semuanya berubah. Karena, katanya, peristiwa Kediri bukan satu-satunya KDRT yang dia terima dari suami. Melainkan sudah pernah terjadi. Bahkan, dia mengaku, Ferry tidak memberi nafkah dalam tiga bulan terakhir.

Banyak hal yang dikatakan Venna tentang pernikahan dia dengan Ferry yang baru berjalan sembilan bulan. Tapi, ada yang mengejutkan: "Saya, isteri ke empatnya."

Jadi, Ferry sudah cerai tiga kali. Akan yang ke empat. Sedangkan, Venna sudah pernah cerai sekali. Akan yang ke dua.

Hitung-hitungan itu, tanda bahwa menikah tidak gampang. Sangat rumit. Meski banyak juga pasutri yang, menikah sekali, awet sampai kematian menjemput. Cerai, suatu keputusan besar dalam hidup manusia. Pahit banget. Apalagi jika pelaku memprediksi masa depan, pasca cerai. Sedih.

Tapi, mempetahankan pernikahan yang menyiksa diri, jauh lebih pahit lagi. Tak cuma pahit sekali, melainkan terus-menerus.

M. Rosie Shrout, doktor psikologi sosial dari Purdue University, West Lafayette, Indiana, Amerika Serikat (AS), melakukan riset tentang pasutri yang tidak cocok, tapi bertahan tidak cerai. 

Dr Shrout meriset 373 pasutri heteroseksual (perlu disebut, sebab di sana ada pasutri homoseksual) selama 16 tahun pernikahan awal responden, sampai dengan akhir riset tahun 2018.

Hasil riset itu dipresentasikan Shrout di forum International Association for Relationship Research Conference, di Colorado, AS. Presentasi Shrout itu dimuat di The Guardian, 16 Juli 2018, berjudul: "A bad marriage can seriously damage your health, say scientists".

Pernikahan rusak. Sangat merusak. Jiwa dan raga. Para pelakunya.

Pasutri beda pendapat, pasti terjadi. Berbagai topik. Soal pengasuhan pendidikan anak-anak, uang, mertua, kerabat dekat, pilihan rekreasi, dan apa saja, bisa menimbulkan beda pendapat.

Di beda pendapat itulah pasangan diuji. Cara mengelola beda pendapat. Jika salah satu keras kepala, ngotot, ngeyel, maka didiskusikan, uji pendapat tentang baik-buruk pendapat orang yang keras kepala. 

Jika hasil uji pendapat yang keras kepala ternyata hasilnya untuk kebaikan besama, maka bisa dilaksanakan. Jika hasil sebaliknya, dan pemilik pendapat tetap ngeyel, di situlah problem. Berubah jadi pengelolaan problem. 

Jika problem tidak bisa dikelola, maka masuk ke problem berat. Ini sudah di ambang pertengkaran. Jika itu berlanjut, terjadilah Domestic Violence (KDRT).

Itu belum termasuk perselingkuhan, salah satunya pengguna narkoba, atau melakukan tindak pidana. Belum termasuk. Itu cuma soal beda pendapat, yang kemudian meningkat jadi KDRT.

Pelaku KDRT di AS sekitar 97 persen pria terhadap isteri. Umumnya isteri di sana yang jadi korban KDRT, langsung bercerai. Tapi, ada sedikit yang bertahan. Dengan berbagai alasan. Nah, 373 pasutri responden itu adalah mereka yang bertahan, tidak cerai.

Apa hasil riset terhadap pernikahan rusak itu?

Shrout: "Merusak jiwa dan raga, baik suami apalagi istri."

Umumnya pasutri bermasalah ini tidak merasa bahwa jiwa dan raga mereka merosot secara bertahap.  Kemerosotan diungkap dalam riset. Melalui wawancara dan observasi.

Kemerosotan kesehatan fisik menyangkut: Peradangan, perubahan nafsu makan (bisa terlalu banyak, bisa ogah makan), dan peningkatan pelepasan hormon stres, yang semua itu memengaruhi berbagai aspek kesehatan mulai dari sistem kekebalan tubuh hingga kemerosotan fungsi jantung.

Shrout: "Sejumlah bukti menunjukkan, bahwa orang menikah cenderung hidup lebih lama dan lebih sehat, daripada mereka yang bercerai, janda, duda, atau tidak pernah menikah."

Tapi pernikahan yang rusak, hasilnya justru lebih buruk dibanding tidak menikah, janda, atau duda.

Mereka yang menikah dan baik-baik saja, sungguh beruntung. Pertahankan itu. Patut bersyukur kepada Allah pencipta semesta alam dan segala isinya. Sayangi suami atau isterimu, karena mereka milik Allah yang dititipkan sementara waktu padamu.

Di kasus Venna Melinda, Ferry Irawan sudah ditetapkan tersangka. Bahkan, pasal yang disangkakan dinaikkan oleh polisi: Dari KDRT ringan jadi KDRT berat.

Kuasa hukum Venna, Hotman Paris Hutapea kepada pers, Kamis (12/1) mengatakan: Semula polisi mengenakan Ferry Irawan Pasal 44 ayat 4 tentang KDRT. Ancaman empat bulan penjara. 

Kemudian sangkaan diubah menjadi Pasal 44 ayat 1. Ancaman penjara lima tahun dan denda Rp 15 juta.

Hotman: "Korban mengalami trauma. Makanya oleh kepolisian pasalnya dinaikkan tingkat jadi KDRT berat. Sebab, korban menderita gangguan psikis berat."

Merujuk riset Dr Shrout, pernikahan suatu pertaruhan besar. Gambling abis. Meskipun pasutri kelihatan (dari perspektif publik) sangat mesra, sangat bucin, sangat jago mengelola konflik. Buktinya itu. 

Tapi, jangan pernah takut menikah. Apa pun gerak orang, berisiko. Berjalan di trotoar pun bisa tewas ditabrak truk rem blong. Maka, jangan takut. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda