Sang Begawan Media

PGA LIV

Greg Norman, CEO Liga LIV berhasil merayu 50 pegolf terkemuka dunia gabung ke liganya. (FOTO: skysports.com)

COWASJP.COM – INILAH tulisan yang saya buat dengan malu-malu. Terutama malu kepada Robert Lai. Peristiwa ini besar sekali. Di kalangan pencinta golf. Saya harus menuliskannya. Tapi saya tidak mengerti: apa itu golf.

Anda sudah tahu: Piala Champions, di sepak bola, mau disaingi oleh Super Club. Klub-klub besar sepak bola dunia mau bersatu. Bikin pertandingan sendiri. Di luar Piala Champions.

Demikian pula di golf. Dominasi PGA Tour akan tersaingi oleh Liga LIV. Serius sekali. Sama dengan Piala Champions. PGA Tour melawan: pegolf yang ikut Liga LIV akan dicoret dari PGA Tour.

Uang besar, tokoh besar, moment besar. Semua terlibat di dalamnya. Seru sekali. Saya sudah minta Robert Lai menulis soal itu. Untuk Disway. Tulisan Robert bagus. Punya sisi filosofinya. Pengantar buku saya, Ganti Hati, contohnya. Ia yang menulis kata pengantar itu.

Apa jawab Robert? 

"Saya tidak sampai hati melihat perpecahan itu. Saya terlalu emosional," ujar teman Singapura kelahiran Hong Kong itu. "Ini semua karena uang," katanya. "Uang telah membuat sisi sportivitas olahraga diabaikan," tambahnya. "Uang. Uang. Uang," tegasnya.

Saya pernah berhasil mengajak Robert pergi ke mana saja. Berdua. Kadang dengan istri kami masing-masing. Tapi saya gagal memintanya menulis perpecahan ini –saking cintanya pada golf. 

Mungkin itu pembalasan. Ia tidak pernah berhasil mengajak, merayu, dan mengintimidasi saya untuk main golf.

Ke mana pun pergi ia selalu membawa majalah golf. Edisi terbaru. Kadang tertinggal di kamar saya –seperti sengaja ditinggal. Keesokan harinya ia seperti nge-tes saya. Ia ingin tahu apakah saya membuka majalah itu. Siapa tahu saya mulai tertarik salah satu artikelnya.

Ia kecewa. Pertanyaannya tidak ada yang bisa saya jawab.

Saya tahu: tidak ada gunanya saya membaca majalah itu. Ia pasti akan bercerita panjang mengenai isi bacaannya itu. Ia tidak peduli: saya tertarik atau tidak. Ia terus bercerita. Lama-lama, secara tidak sadar, saya hafal nama-nama pemain golf terkemuka. Saya juga hafal nama-nama lapangan golf hebat di dunia. 

Beberapa cerita mengenai lokasi itu membuat saya penasaran. Saya sampai mampir ke lapangan golf Augusta di Georgia, Amerika Serikat. Saya juga datang ke lapangan golf St. Andrews, di utara Edinburgh, Skotlandia. Di situlah ia sekolah manajemen golf di masa mudanya. 

Pak Ciputra, pemilik begitu banyak lapangan golf, juga gagal berdakwah golf di depan saya. Padahal beliau sampai kirim tas golf yang bulat-besar-panjang itu ke rumah saya. Isinya penuh dengan stik golf berbagai tipe. Untuk saya. Pasti mahal sekali.

Suatu saat Pak Ciputra bertanya: sudah main golf?

"Mohon maaf," jawab saya sangat lirih. Saya pun melihat raut wajahnya yang kecewa.

salman-nyar.jpgMohammad bin Salman investor Liga LIV. (FOTO: dw.com)

Kini ganti saya yang kecewa: Robert tidak mau menulis tentang pertengkaran dalam tubuh golf dunia. Kemarahan saya itu saya tuangkan hari ini: biar saja saya sendiri yang menulis. Biar saja jelek. Biar saja salah. Agar ia tahu saya lagi kecewa. Apalagi ia pasti membaca tulisan ini. Ia rajin bikin komentar. Ia selalu membaca Disway lewat google translate. Ia pasti kecewa pagi ini: kok Disway tidak bermutu. 

Anda sudah tahu: dominasi PGA Tour, di dunia golf, memang sudah mirip Piala Champions di sepak bola. Setiap pertandingannya disiarkan langsung dengan penonton jutaan. Saya sering diajak nonton oleh Robert. Di kafe mana pun di perjalanan. Mula-mula merasa sangat membosankan. Tapi saya harus toleran. Saya kan pernah mengajaknya nonton siaran langsung sepak bola pada jam 02.00. Ia tampak ikhlas ketika berangkat. Tapi sebelum 10 menit saya lirik ia: sudah tertidur pulas di kursi.

Pesaing PGA Tour itu menyebut dirinya Liga LIV. Itu angka Romawi untuk 54. Pertandingan di Liga LIV memang selalu 54 holes. Sistem pertandingannya memang sedikit berbeda dengan yang di PGA Tour. 

Yang juga beda: besarnya hadiah bagi pemenangnya.

Hadiah di PGA Tour Anda sudah tahu: tahun ini naik menjadi USD 1,5 juta. Sekitar Rp 15 miliar. Hanya untuk juaranya. Hanya sekali event. Setahun bisa 12 event. 

PGA Tour harus menyediakan hadiah total USD 1,5 miliar setahun –hitung sendiri berapa rupiah. Itu bisa untuk membelikan kompor listrik induksi bagi seluruh orang miskin di Indonesia.

Meski begitu mahal, masih ada yang mau menyaingi. Uang sudah seperti uban di rambut. 

Di Liga LIV hadiah itu dibuat hampir tiga kali lipatnya: USD 4 juta. Masuk 10 besar pun sudah dapat hadiah. Masuk 5 besar dapat hadiah lagi. Dan bila juara ada tambahan lagi yang sangat besar.

Bahkan untuk tahap awal ini, Liga LIV membayar siapa pun yang mau pindah dari PGA Tour. Memang Liga LIV mengincar juara-juara PGA. Termasuk ranking atasnya. Agar pindah semua ke Liga LIV.

Tiger Wood, yang Anda kenal itu, semula seperti anti Liga LIV. Belakangan ada media yang memberitakan: ia minta dibayar sebesar USD 700 sampai USD 800 juta. Hanya untuk mau main di Liga LIV.

Dari situ saya membayangkan berapa banyak uang yang diterima Presiden Donald Trump dari Liga LIV. Dari 14 seri pertandingan Liga LIV setiap tahunnya, yang dua kali dilaksanakan di lapangan golf milik Trump di Amerika. Termasuk pertandingan terakhirnya: di lapangan golf Trump yang di Florida.

Maka orang pun menelisik: siapa cukong yang mampu membiayai Liga LIV seperti itu. Dicarilah siapa orang terkaya yang sangat baik kepada Trump. 

Ketemu: Mohammad bin Salman. Ia pangeran kerajaan Saudi Arabia yang praktis sudah sebagai raja de facto di sana.

Pangeran MbS menggunakan Public Investment Fund, bagian dari Saudi Sovereign Wealth Fund, sebagai investornya. 

Liga LIV pun dianggap menjadi bagian dari usaha MbS untuk membersihkan namanya di dunia: dari kasus pembunuhan mengerikan atas wartawan Washington Post Gamal Kashoghi di Istanbul tiga tahun lalu.

PGA Tour pun seperti menemukan senjata untuk menyudutkan pesaingnya itu: pegolf yang ikut Liga LIV adalah mereka yang tidak peduli pada hak-hak asasi manusia.

Orang Barat sangat sensitif soal itu hak asasi manusia. Tapi Liga LIV banyak uangnya. 

Untuk melawan serangan PGA Tour itu Liga LIV mengandalkan CEO-nya yang bukan sembarang orang: Greg Norman. Anda pun sudah tahu: ia juara dunia. Pernah 20 kali menjuarai PGA Tour. Begitu hebatnya ia sampai mendapat nama baru: The Great White Shark. 

Dengan nama besarnya itu ia membangun banyak perusahaan. Termasuk perusahaan desain lapangan golf. Nirwana Golf di Bali adalah hasil desain perusahaannya. Juga ada di Batam. Dan beberapa lagi. Dan yang utama adalah perusahaan alat-alat golf, termasuk kaus, jaket, dan celana golf. 

Ia orang Australia. Ia yang berhasil merayu 50 pegolf terkemuka dunia untuk gabung ke Liga LIV.

Greg kelihatannya akan terus menyerang PGA Tour. Minggu ini ia akan melobi anggota Kongres Amerika Serikat. Dari Republik dan dari Demokrat.

Secara hukum Greg juga akan mempersoalkan: PGA Tour telah melanggar UU Anti Monopoli. Buktinya: pegolf yang ikut Liga LIV dicoret dari PGA Tour.

Sebenarnya itu persaingan biasa saja. Kuat-kuatan uang. Dan yang seperti itu yang Robert tidak setuju. 

Mestinya saya bisa minta Prof Dr Komaruddin Hidayat untuk menuliskannya. Biar Robert tahu bukan hanya ia yang gila golf. Apalagi intelektual Islam Indonesia itu pernah menulis buku tentang golf dari sisi spiritualnya. Tapi hari sudah terlalu malam. Biarlah tulisan jelek ini saja yang terbit hari ini. (*)

***

Siapa Membunuh Putri (22)

 Bongkar Makam

Oleh: Hasan Aspahani

MILA meneleponku, minta bertemu. Suaranya sangat memohon.  Seperti menahan tangis. Saya sedang di kantor. Saya tahu di mana dia mengontrak kamar kos. Tapi dia menyebut tempat lain untuk bertemu. Masih ada waktu sebelum rapat-rapat redaksi dan rapat gabungan dengan iklan dan pemasaran. Diantar Edo, saya menuju tempatnya.  

”Ini rumah sepupu saya,” kata Mila. ”Saya sementara sembunyi di sini. Mau pulang ke kos takut,” kata Mila. 

”Nggak kerja?” tanyaku.

Bukannya menjawab, Mila malah menangis. Setelah reda. Dia lalu bercerita. ”Saya mau berhenti aja, Mas... Kantor sudah nggak enak banget. Mila takut sekarang,” katanya. 

Apalagi setelah kejadian malam itu. Orang yang membuat Mila takut adalah Beni, Pemred Metro Kriminal yang menggantikan Bang Eel, setelah saya dan Bang Eel pindah ke Dinamika Kota.

”Kok ada orang brengsek kayak orang itu. Wartawan kok gak bermoral,” kata Mila. 

Saya mengenal Mila sebagai gadis yang ramah, tak mudah membenci orang, menyenangkan, tapi tidaklah dia seorang gadis yang gampangan. Di awal-awal waktu saya kerja Metro Kriminal, saya pernah sakit tifus, harus diopname beberapa hari. Mila yang menjaga, paling tidak tiap hari dia menengok. Sampai saya sembuh. Saya kira itu tindak tanggung-jawabnya dan dia anggap tugasnya sebagai sekretaris redaksi.  

”Waktu Mas Dur tanya soal iklan, dan saya mau ketemu kemarin itu, saya mau cerita ini, Mas,” kata Mila.  

Beberapa kali Mila merasa Beni memperlakukannya dengan kasar. Mengarah ke pelecehan. Puncaknya malam kemarin itu. ”Kami pergi ke karaoke ramai-ramai satu kantor. Teman-teman pulang satu per satu sampai tinggal kami berdua. Saya sudah mau pulang juga. Dia bilang pulang sama dia, dia mau antar saya,” kata Mila. Saat itulah Beni melakukan hal yang melampaui batas. Mila berteriak-teriak sampai sekuriti datang.

”Orang-orang itu lihat Mila kayak Mila ini perempuan yang nggak bener. Bukannya dia yang disalahkan. Itu Mila kesal banget, malu banget,” kata Mila dengan sesak yang seperti mau meledakkan dadanya, dia kembali tak bisa menahan tangis. 

”Saya cuma mau cerita, Mas. Saya percaya Mas Abdur. Jangan suruh saya lapor polisi, jangan juga Mas Dur laporkan polisi. Jangan cerita ke siapa-siapa,” kata Mila.

”Kalau kamu nggak lapor, dia nanti akan perlakukan orang lain dengan perbuatan yang sama. Ke kamu juga nanti dia akan mengulanginya lagi,” kataku.

”Makanya saya nggak mau masuk kerja lagi. Saya berhenti saja. Capek, takut, stres tiap hari ketemu dia. Jangan cerita ke Bang Eel juga ya, Mas... Percuma!” kata Mila.

”Begini, deh. Jangan pikirkan soal pekerjaan. Mbak Nana mungkin perlu tambahan staf di sekretariat. Kalau kamu mau, pindah aja,” kataku. Nana adalah sekretaris Dinamika Kota. Mila sudah juga mengenalnya.    

Saya sarankan Mila menenangkan diri dulu. Pulang ke Padangbelakang. Ketemu orang tua dan keluarga. ”Kalau nanti sudah tenang. Telepon saya, ya. Saya nanti yang ngomong sama Mbak Nana dan Bang Eel, soal pekerjaan buat kamu itu.” 

Saya minta Edo mengantarkan Mila ke pelabuhan penyeberangan di Sekumpang. Edo lalu mengantarku kembali ke kantor, sebelum dia berangkat lagi mengantar Mila. 

Tentang pelecehan Beni kepada Mila memang tak saya ceritakan kepada Bang Eel. Tapi saya menyampaikannya kepada Bang Jon. Bukan mengadu, rasanya tak tahan juga menyimpan kemarahan itu sendirian. Andai Mila tak meminta untuk tak melaporkan ke polisi saya pasti sudah membuat laporan.  

Kembali dari mengantar Mila, Edo uring-uringan. Rupanya, sepanjang perjalanan Mila bercerita juga padanya. Edo bilang padaku kalau ketemu itu si Beni mau dihajarnya. ”Kamu jangan bikin persoalan jadi makin ribet, Do,” kataku, ”kalau kamu mau bantu, nanti kalau Mila sudah mau dan mulai kerja di sini, kamu jaga dia.” Edo mengiyakan permintaan saya.

Sementara itu tim penyidik baru kasus pembunuhan Putri bergerak cepat. Memang tak banyak ekspose. Untungnya kami selalu dapat bocoran dari Brigadir Hilmi. Kami kirim Nurikmal ke Palembang, ikut saksikan pembongkaran makam Putri, lalu diotopsi di RS polisi di kota itu.   

Dari foto-foto dan laporan Nurikmal terbayang makam yang mewah dan kokoh.  Seperti makam tokoh besar yang sudah lama mati. Seperti sengaja agar sulit dibongkar.  Polisi sampai mengerahkan alat berat. “Ada drama lagi di sini,” kata Nurikmal melapor lewat telepon. Keluarga Putri, terutama sang ibunda menghalang-halangi pembongkaran makam Putri.  

Persis sama seperti di sidang-sidang pembacaan dakwaan di Batam yang berakhir dengan putusan sela yang mengarah ke AKBP Pintor itu. 

“Terus gimana?”

“Ya, diamankan. Dibawa polisi. Orang-orang yang dikerahkan juga diusir polisi semua.”

“Orang-orang itu siapa?”

“Katanya keluarganya, tapi kayaknya orang suruhan semua.”    

“Fotonya dapat, nggak?  Kalau tak dapat minta sama fotografer grup kita di sana,” kataku. “Otopsinya kapan?”

“Katanya besok. Saya di sini sampai otopsi selesai, ya, Bang?” tanya Nurikmal.

“Ya, cari berita sisi-sisi lain yang unik ya,” kataku.  

Laporan Nurikmal dari Palembang menjadi headline berita kami beberapa hari. Oplah bertahan di angka tertinggi yang pernah kami capai. Upaya kami merawat pasar berhasil. Meskipun tidak ada berita yang menggebrak. Tak selalu memang ada berita besar. Sementara perhatian publik masih pada kelanjutan kasus pembunuhan Putri.  

Satu laporan Nurikmal yang dibicarakan pembaca koran kami di Borgam adalah tentang kekayaan keluarganya di Palembang. Rumahnya megah seperti istana. Ibunya mengelola banyak perusahaan termasuk dealer mobil dan hotel. ”Kaya banget, Bang,” kata Nurikmal.  

”Jadi keluarga mereka itu sudah kaya dari dulu ya?” tanyaku.

“Kaya banget. Dan kata orang-orang di sini, makin kaya setelah Putri bersama AKBP Pintor bertugas di Borgam,” kata Nurikmal. “Dealer mobilnya makin besar. Makin banyak cabangnya.” 

Naluri wartawan dan logikaku terpicu untuk membuat analisis. Di ruanganku ada selembar kertas yang kubentang di dinding. Di sana kubangun bagan kejadian, nama-nama yang terlibat dalam pembunuhan Putri. Setiap kali ada perkembangan baru, nama baru atau informasi baru, saya menambahkannya hal itu terkait dengan siapa, dan mengarah ke siapa. Analisis seperti ini bagiku sangat membantu perencanaan berita. Itu yang membuat pemberitaan kami terancang rapi. 

Kata pembaca seperti cerita bersambung. Dari Pak Hendra saya dapat laporan banyak yang mencari koran lama, karena tertinggal berita-berita terkait kasus pembunuhan Putri. Ferdy menulis semakin bagus. Beritanya tak lagi kering. Modal penting disiplin memverifikasi fakta sejak semula sudah ia punya.   

Inilah fakta-fakta yang itu. Ada pembunuhan Putri yang tersangka otak pelakunya mengarah ke suaminya sendiri AKBP Pintor. Ada pengiriman mobil bodong, yang tentu saja dibantah, dan kalau bukan untuk mabes di Jakarta namanya yang tepat adalah ”penyeludupan”. Ada perjudian, kasino gelap, yang semakin menjadi-jadi. Ada kedekatan AKBP Pintor dan atasannya Kapolresta AKP Heru. Apakah kejadian-kejadian ini saling terhubung?  Bagaimana dan dari mana menemukan informasi yang menautkan semua hal itu?  

Saya menyampaikan itu kepada Bang Eel. ”Soal judi itu tak usah terlalu jauh kita,” katanya. ”Kita ikuti aja. Kalau ada kejadian kita beritakan. Kalau tak ada. Diam-diam aja kita. Kita tak usah cari-cari.”  Memang belum ada kejadian. Tak ada yang bisa saya beritakan. Sementara saya percaya pada premis keterkaitan peristiwa yang saya bangun itu.   

Sore itu, Yon datang dengan berita mengejutkan. Pemred Metro Kriminal dianiaya orang, semalam. Saya langsung teringat Mila. Dan Edo. Apa mungkin Edo pelakunya? Keterlaluan kalau benar. 

Saya sudah melarangnya. Saya panggil ia ke ruangan saya. 

“Bukan saya, Abang. Saya tak tahu. Semalam saya tak ke mana-mana. Sampai jam dua kita masih di percetakan. Habis kita makan nasi goreng saya antar abang, saya juga langsung pulang,” kata Edo.   

Bang Jon-kah? Yang tahu tentang pelecehan Beni ke Mila itu, yang kuberi tahu, hanya Bang Jon. Saya meneleponnya. 

”Kenapa, Dur?”

”Siapa, Bang? Abang ya?”

”Soal Beni? Sudahlah. Sudah selesai. Sebelum kamu cerita kemarin, saya sudah lama tahu Beni itu siapa. Aku ini wartawan brengsek, tapi gak gitu sama perempuan. Mila itu anak baik, kamu tahulah itu, dia sudah kayak adikku sendiri, biar dia nggak kerja sama aku lagi. Ini cuma peringatan buat dia. Kalau Beni masih macam-macam habis dia....”

Aku kembali melihat monster dalam diri Bang Jon. 

”Beni dirawat, Yon? Dirawat di mana?” saya bertanya pada Yon yang mulai mengetik berita. 

”Nggak dirawat. Nggak tahu kenapa. Kayak ketakutan gitu dia,” kata Yon. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi 24 September 2022: Putusan Otak

Otong Sutisna

Jadi kepikiran...besok bah bahas tentang mas azrul dan persebaya, bonek dari posisi abah sebagai warga Surabaya. Walaupun saya orang jabar persebaya adalah klub favorit saya setelah persib bandung...yang di liga 1 Indonesia dua2nya jeblok, tapi sebagai suporter fanatik tetap saja masih sayang....

Arala Ziko

Terkadang memang ada mantan yg menyebalkan, seperti permen karet, sudah tidak berasa tapi melengket di sendal. Begitupula dengan beberapa mantan presiden di Negeri Pewayangan, wis tuo masih aja mau atur ini itu

Giyanto Cecep

saya baru saja mengikuti pengajia di mesjid ba'da shubuh dengan tema tauhid. salah satu yg sedikit dibahas adalah apakah Al Qur'an itu mahluk atau kalam. Al qur'an yang dicetak itu mahluk karena memang dibuat sedangkan Al Qur'an yang asli adalah " kalam Allah ". Tapi saya tidak mau menghubungkan putusan otak ala Trump karena kedua-duanya saya masih belum faham. Mungkin anda faham dan tahu. KPK membuat kejutan dengan menangkap dan mentersangkakan seorang " Hakim Agung MA " dengan sangkaan suap Rp. 800 milyar. andai saja hakim di AS sana yg sedang menangani kasusnya Trump itu bisa disuap dengan 800 M, entahlah apakah Trump akan menyuap atau tidak. Coba anda tebak. Demokrasi dan hukum dianalogikan sebagai roda mobil sungguh cukup tepat. sayangnya di negara kita ini menurut saya baik roda depan maupun roda belakang belum ada , pun velgnya. Jadi memang sudah mirip besi rongsokan. Apakah harga besi rongsokan masih tinggi Pak DI ?. Kalau masih tinggi bisa dijual untuk menutup APBN 2023 yang sepertinya mengkhawatirkan, paling tidak menurut teman saya yg mengerti ekonomi makro. Posisi hutang yang cukup mengkhawatirkan, harga crude oil yang naik lagi dan soal oversuplly listrik yang entah mau diapakan. 

Kediri Sport

Ditaruh? Di daerah tempat saya sekarang tinggal, ditaruh itu bisa diartikan disapa Saya cari di KBBI online adanya taruhan

Budi Utomo

@DK. Kadang saya heran dengan fenomena di China vs di Indonesia. China konon atheis kata orang Indonesia pada umumnya tapi takut korupsi/maling duit rakyat. Sebaliknya Indonesia di mata kebanyakan orang China adalah orang yang theistic sekaligus koruptif. Sebenarnya para koruptor itu percaya Tuhan (theistic) atau tidak sih. Mulutnya percaya Tuhan tapi kelakuannya? Hhhhh. Lebih atheis (tidak percaya Tuhan) daripada orang yang mereka tuduh atheis. Mungkin karena dalam alam pemikiran kebanyakan orang Indonesia yang korup itu Tuhan bisa dinego? Ga pa pa korupsi toh sebagian duit haramnya dicuci dengan membangun mesjid, gereja, vihara, pure? Tuhan apaan tuh yang bisa disogok kayak gitu? Mempermalukan Tuhan dan Agama saja. Sudah selayaknya koruptor dihukum mati kayak di China. Supaya jera. Rakyat Indonesia itu tak takut Tuhan! Begitu kata Salim Said di ILC. Makanya negara ini selalu miskin dan tak pernah makmur!

Juve Zhang

Yg punya rumah di Amerika pusing .banyak yg buat tenda di depan rumah di trotoar .hidup disana .buang hajat berserakan.di dekat trotoar.dan tidak dapat diusir.mereka tinggal di lahan publik. Kadang ada show yg satu kencing kawannya menampung dengan mulutnya. "efisiensi penggunaan air limbah tingkat suhu" .akhirnya yg punya rumah jual dan pindah tempat.itu HAM dan tak bisa diusir. Yg kos gak bayar tak bisa diusir itu HAM. Boncoos yg punya kos. Yg punya kos lapor polisi. Jawab polisi selama dia tak berbuat mengancam jiwa pemilik kos tak bisa diusir. Super boncoos. 

A fa

Habis baca CHD hari ini, Aku malah kebayangnya makan nasi samin pagi pagi lagi dingin dingin abis hujan gini uenak buanget pasti tokh !, pake lauk daging malbi plus sambel nanas..hmmm.

Alon Masz Eh

Pagi2 habis ndorong mobil mogok dan bannya gembos, laper. Makan di warung "nasi trump". Nasi apa ini buk? Nasi lauk belut kecemplung oli goreng kering sambel bawang. Lunyu2 pedes...

yoming AFuadi

Terima kasih, Abah sudah menjawab secara tidak langsung di kalimat pembuka tulisan ini, semoga saja ini bukan rasa ge-er kami yang berlebihan.

Jimmy Marta

Di saya bah malah berharap darah samin itu mengalir kesegenap rakyat negeri pewayangan beserta dalangnya. Terutama DNA jujur dan menghargai sesama.

Cahyo Nugroho

Luar biasa bagus tulisan Disway hari ini, sangat banyak informasi, pencerahan bidang hukum dan politik meskipun kasusnya di seberang benua sana. Indonesia harusnya menjunjung tinggi hukum sehingga semua tertib dan pasti buat warga negara, pengusaha dan penguasa. Sayangnya kita tahu pilar keadilan kita sedang tercoreng dengan ditangkapnya Hakim Agung oleh KPK. Menyedihkan dan memalukan atau biasa saja, jangan jangan kita sama sama tahu kejadian seperti ini jamak sudah menjadi cerita sehari hari, lagi sial saja ketangkep atau ada yang lapor. Kalau sudah seperti ini harus mulai memperbaiki darimana, itupun kalau memang ada niat ya. Lindungilah negeriku, bangsa Indonesia. 

AnalisAsalAsalan

Demokrasi (Kedaulatan Rakyat) dan Nomokrasi (Kedaulatan Hukum) memang harus seimbang, seiring - sejalan. Namun, kelemahan demokrasi adalah calon yang diusung lebih diperhatikan yang popularitas terutama elektabilitas tinggi. Usul saya, di forum Disway ini hahahahaha, agar bakal calon yang diusung dalam pilkada/pilpres diuji kompetensi dulu oleh para ahli. Yang lolos, barulah ditingkatkan popularitas dan elektabilitas. Ini juga memenuhi azas keadilan, supaya tidak ada kesan "Presiden adalah orang Jawa." Bukankah semua mengaku Pancasilais? Buktikan dong!

EVMF

Don't you think people make their own choices in life? They do, but in many cases their choices are limited--unless they break the rules. (Fuminori Nakamura, Evil and the Mask) and you... Mr.Trump, you have done very well, although it looks very genius but it further proves the truth of the words of Mr.Einstein that "the difference between genius and stupidity is that genius has its limits".

Kang Sabarikhlas

"Cak, bangun! habis subuhan mesti tidur lagi"/.. "ini kan week end Dik"../ "ealaa pean ndak sadar tiap hari week end, nganggur!"/.." duh..jangan keras² Dik, malu didengar tetangga eh anu..pembaca"./ "Cak, aku pamit belanja dasteran, sana pean baca disway rokokan". Secepat cahaya saya dah duduk diteras, tangan kiri Rihlatul Ulfa

Betul sekali. iklan sekarang banyak banget di Disway, cie Abah cie. tapi ya iklannya jangan membuat para pembaca jadi kesel dong bah. betul itu saya juga jadi bingung pas baca jadi kepotong-kepotong. harus scroll dulu, melihat kalimat terakhir dulu, kalo engga, bacanya bisa gak nyambung karena penempatan iklan. juga udh diklik tanda X masih saja iklannya menghalangi tulisan. akhirnya keluar dulu. kan ribet bah. tolong dibuat lebih enak lagi penempatan iklannya. :)

cerita mobil ban depan vulkanisiran ban belakang radial.. yah..saya rakyat jelantah cuma pasrah, ibarat naik Bis bukan premium, sudah bayar penuh ke Jember kalau nanti diturunkan di Probolinggo disuruh ganti Bis lain dan bayar lagi, ya nasib, penumpang salah pilih Bis sopirnya ndablek...duh. Anu..besok mbok cerita yang romantis kayak asmarawan kho ping hoo, tentang polisi syantik kek, anu..kek...

Juve Zhang

Amerika itu One country 51 states. Nah PM Israel yg baru Yair Lapid di PBB bilang siap one country 2 states dengan Palestina. Sebuah terobosan yg mungkin akan ramai dengan banyak korban dulu sebelum terwujud. Bisa jadi dia mati ditembak kalau ada garis keras di Iseael sendiri.seperti PM Yitzhak Rabin yg dibunuh extrimis .ketika ingin mewujudkan damai dwngan Palestina.

yea aina

Di negeri pewayangan, Petruk bisa jadi ratu. Terserah "kepentingan" dalangnya. Penonton bersorak protespun, sia-sia belaka. Lakone nopo mbah dalang?

Rihlatul Ulfa

Betul sekali. iklan sekarang banyak banget di Disway, cie Abah cie. tapi ya iklannya jangan membuat para pembaca jadi kesel dong bah. betul itu saya juga jadi bingung pas baca jadi kepotong-kepotong. harus scroll dulu, melihat kalimat terakhir dulu, kalo engga, bacanya bisa gak nyambung karena penempatan iklan. juga udh diklik tanda X masih saja iklannya menghalangi tulisan. akhirnya keluar dulu. kan ribet bah. tolong dibuat lebih enak lagi penempatan iklannya. :)

Siswanto AJI

Iklan di Disway sudah lumayan enak ya hari ini.. Biasanya kadangkala suka aneh baca tulisane Abah.. kok gak nyambung gini.. begitu dilihat lagi ke atas, ternyata scrool jempol kebanteren, kecepeten. Lha wong gak salah juga, iklan - 2kalimat Abah- iklan lagi, 2kalimat ini yg terlewat, membuat tulisane Abah gak nyambung. Usul, Abah.. sekali-kali tampil beda (biasane Abah adalah pembeda, lalu yang lain ngikut). Iklan itu dimunculin di sepertiga samping, atau setengah samping. Asal text tulisane Abah selalu continue langsam. Kalo iklan full page side to side sekarang itu kayak kadang gak nyaman baca. Sudah hot-hotnya menggebu ngikuti tulisane Abah.. direm iklan.. menggebu lagi, di rem iklan.. kayak seni bercinta supaya tahan lama. He he he... atau aku saja yang merasakan ya... atau memang disengaja sama timnya Abah. Biar begitu. Sukses dan sehat terus, Abah DI..

Rihlatul Ulfa

Bisa-bisanya seorang Hakim Agung Sudrajad Dimyati tertangkap OTT KPK. sungguh memalukan. jadi apa tujuan anda sekolah tinggi-tinggi itu? apakah anda menilai para koruptor mungkin saja tidak bersalah? jadi anda bisa membuat itu menjadi ladang bisnis bagi anda? dengan menawarkan untuk 'sunat vonis?' apakah anda memang ingin memperkaya diri untuk anak dan 7 turunan anda? apakah ternyata jabatan anda yang Agung itu masih kurang untuk membuat anda hidup dengan sangat percaya diri? ternyata anda begitu anti sosial, hanya memikirkan keuntungan bagi anda dan masa bodo dengan kerugian yg ditanggung rakyat karena korupsi itu. sungguh berbeda dengan jabatan anda dalam sistem peradilan. 

Akagami No Shanks

Ada Trump, dan US. Atau negara yang nyetak internet untuk pertama kali. Tapi apa tujuan pencetakan internet?. A. Seru-seruan B. Bagi-bagi donasi. C. Algoritma Internet. D. Penyadapan. Soal penyadapan ini rahasia umum. Dua kamera di ponsel, cukup jelas. Selain. Banyaknya aplikasi lain. Tapi algoritma. Ini kok mirip akuntansi M2M (Mark to Market) wkwk. Coba admin disway banting trafik lah, dari pada di protes terus soal iklan.

Yuli Triyono

Pergi belanja ke kota Tasik Jangan lupa membeli nangka Pak DI orang tua yang baik Selalu mendukung keputusan anaknya

Jimmy Marta

Disana polisi federal dituduh trump mau meniru polisi negeri pewayangan. Yang barbuknya dibawa dan seakan ditemukan di tkp. Disini penegak hukumnya sudah tepat diposisi lepas dari eksekutif. Tapi cenderungnya mau meniru sana. Ikut kekuasaan. Padahal kalau mau belajar, termasuk ilmu tiru meniru itu belajar nya mestinya ke cina. Hadis tuntut ilmu sampai kecina itu pastilah sangat visioner. Saat nya akan tiba cina dipuncak dunia. Saat itu tiba, sy gk bisa menerka negeri wayang sampai dimana. Mobilnya sarat masalah. Roda depan dan belakangnya ditambal dipompa gembos lagi dan lagi. Sedih dan prihatin. Sedih kalau ada saudara yg sakit. Sampai bolak balik ke singapura. Sakit kalau dah tersangka. Bertahun2, namun bisa terus pegang kuasa. Sudahlah, mari cari hiburan. Biar mas Azrul istirahat dari persebaya. Ada tontonan bola hebat hari ini. Timnas garuda lawan Curacso. Jangan sedih jk gk tahu itu negeri mana. Buku sejarah yg salah. Napa gk tertulis disitu. Aduh ini kemana mana. Maaf pemirsa. Mungkin ketularan abah, satu tulisan banyak topik. Jaka sembung nangkap makan duren. Sambung ra nyambung selamat week end..

Budi Utomo

@LBS. Tea Party itu bikin ideologi kedua partai saling tertukar. Wkwkwk. Republik itu pendukung globalisasi ekonomi dan/atau free market. Tapi di tangan Trump, USA malah jadi anti globalisasi ekonomi/ free market dan melancarkan perang dagang dengan China. Wkwkwk. Perang dagang ini diteruskan Biden. Bikin sengsara seluruh dunia. Trump malah maksa Uni Eropa agar menaikkan budget militer mereka. Maksudnya supaya industri militer USA dapat job order. Dibalas ketus sama Macron: ok tapi pake produk militer Uni Eropa (baca: Perancis) bukan USA. Wkwkwk. Trump marah sampai ke ubun-ubun mendengar ucapan Macron. Trump juga pasok senjata ke Saudi. Saudi dirayu beli senjata USA. Tak masalah harus nari-nari gaya Saudi. Silahkan lihat gaya Trump nari dengan para petinggi Saudi. Wkwkwk. Senjata untuk bunuh rakyat Yaman!

Lukman bin Saleh

Saya sekarang jd bingung menyikapi sikap Donald Trump. Dia memang urakan. Tp dia anti perang. Yg lain memang santun. Tp tukang bantai manusia. Seperti pembunuh berdarah dingin...

Ahmad Zuhri

Pendapat saya.. Mas Ulik ini udah kurang fokus di Persebaya, basket iya, gowes iya, yg terbaru pegang atletik juga. Dari semua itu, kelihatannya yg paling menonjol ya gowes nya.. entah kl saya yg salah mengamati. Masalah nya sepak bola ini yg paling sensitif, tapi kayaknya kurang mendapat perhatian lebih.. Maafkan, kl pendapat saya kurang tepat..

Mastok Hariyanto

Tulisan Trump, otak,Azrul,Samin,gk menarik ,baca bbrp baris...g dilanjut

Jimmy Marta

Bagaimana jika keruwetan dinegri pewayangan diserahkan ke Trump?. Mungkin ia bisa mengurainya. Tapi yg lebih mungkin ia akan membuat lebih rumit. Namun saya akui otak saya kalah jauh dari otak trump ini. Otaknya bisa dipakai buat muter2 bikin rumit. Pikirannya bisa mengolah untuk bikin ruwet. Lidahnya ringan, bisa membuat yg rumit menjadi ruwet. hehe... Untuk mengatasi yg rumit bin ruwet itu Trump sudah membuat putusan. Otaknya sudah memerintahkan. Sk nya ada. Dipikirannya. Sudah dibacakan. Mulutnya...haha..

thamrindahlan

Kicau burung berderik derik / Berebut gabah pematang sawah / Hakim Agung kenapa melirik / Melihat hadiah tawaran pekara /

Mirza Mirwan

Tidak seperti Indonesia yang berdasarkan Pancasila, di mana sila pertama adalah Ketuhanan Yang Mahaesa, Amerika Serikat (AS) adalah negara Tanpasila. Tetapi sejak 1956 Kongres AS telah menetapkan kalimat "In God We Trust" sebagai motto, menggantikan "E Pluribus Unum". Dan sejak Oktober 1957 kalimat "In God We Trust" itu dicetak pada uang dolar. Apakah karena itu lantas di AS tidak ada korupsi? Jangan salah, di AS juga ada korupsi, kok. Hanya saja tidak sampai edan-edanan kayak di Indonesia. Sampai-sampai seorang hakim agung, dan dulu itu Ketua MK, terlibat korupsi -- menerima suap. Jangan tanyakan berapa hakim pengadilan negeri dan pengadilan tinggi, atau jaksa di kejaksaan negeri, kejaksaan tinggi, dan kejaksaan agung yang terlibat korupsi. Banyaaak. Greed has no limits. Keserakahan tak punya batas. Itu benar. Sudrajad Dimyati, hakim agung yang diborgol KPK itu, mestinya sudah hidup "sarwalaras" (santai) dengan gaji pokok plus tunjangan bulanan yang sekitar Rp 100 juta -- jauh lebih besar ketimbang penghasilan bulanan seorang menteri. Memang jumlah itu hanya setara sepertiga dari gaji hakim agung di AS yang US$ 268.300/tahun. Tetapi standar hidup di Indonesia, kan, jauh lebih rendah ketimbang di AS. Jadi sekitar Rp 100 juta itu sudah jumlah yang ngudubilah besarnya. Tetapi kenapa masih juga menerima suap? Jawabnya, ya itu tadi, keserakahan tak punya batas. Karena serakah Sudrajad Dimyati lupa pada sumpah jabatannya, lupa ajaran agamanya, dan lupa segala-galanya. Rasain!

Roziq Kurniawan

Dulu waktu di pilpres saya menganggap trump seperti yg indonesia, keras kepala atau kepalanya keras , ternyata yg satunya hanya strategi poltik dari konsultannya , tp yg disana memang karakternya , tinggal hasil FBI nya yg independennya seperti BI di indonesia

Tarsan Jowo

Kalau Trump berada di negeri Wakanda strateginya dia punya peluang besar untuk sukses. Trump punya uang, hakim yang paling agungpun doyan uang. Konsepnya Trump dengan hakim di negeri Wakanda sama : WANI PIRO?

Agus Suryono

KEPUTUSAN SAMIN.. ++) Saya IJINKAN semua Santri, boleh DEMO, jika Trump berkunjung ke Randublatung.. --) Sudah ada SURAT IJIN- nya..? ++) Sudah. Ijin sudah ada di PIKIRAN.. --) (Bingung..!!)

Liam Then

Jegal-jegalan versi Amerika. Cuma beda aturan maennya. Di sono hukum yang ngatur. Disuatu tempat hukum yang diatur. "Tebalek longkang" , kata orang Pontianak.

Sri Wasono Widodo

Orang Samin tidak sama dengan Trump. Trump membuat pernyataan yang tidak masuk nalar untuk orang banyak, hanya untuk kepentingannya, bukan dilandasi kejujuran. Ketika orang Samin ditanya "Mau ke mana Kang?" Dia akan menjawab "Mau ke depan". Ketika ditanya "Dari mana Kang?" Dia akan menjawab "Dari belakang". Jika ada orang baru kenal dan bertanya "Rumahnya mana Kang?" akan dijawab "Tidak Saya bawa". Jawaban ini mungkin tidak diharapkan oleh lawan bicara, tapi inilah kejujuran dan kesederhanaan, sebagai kamuflase untuk menghindar memberikan informasi pada informan Belanda pada waktu itu, yang kadang masih terbawa sampai sekarang.

Agus Suryono

PASTI TIDAK SAMIN.. Yang terpilih jadi Raja, bisa jadi tidak hebat. Tapi terpilih jadi Presiden, di negara manapun, pastilah ORANG HEBAT di negaranya. Apalagi yang terpilih menjadi: Presiden Amerika Serikat. Karena itu saya yakin, DI PIKIRAN SAYA, meskipun kadang keputusannya bikin GELENG KEPALA, mas Trump pasti TIDAK SAMIN. Keputusan-keputusannya, pasti sudah melalui KAJIAN MENDALAM. Dii LUAR KEPALA, maupun di DALAM KEPALA. (Baca: Otak). Pendapat saya ini pun SUDAH SAYA UJI di KEPALA. (Baca: OTAK saya).

Lukman bin Saleh

1. Hakim Agung tersangka ! Ah... biasa saja. Sebelum2nya juga begitu. Atau tidak begitu. Hanya sekelas hakim agung: hakim MK. Tapi saya agak terkejut ketika melihat tersangka dari pihak pengacara: Yosep Parera. Saya sangat mengenalnya. Sangat dekat. Biarpun satu arah. Saya yg mengenalnya dia tidak mengenal saya. Seperti saya dengan Abah lah kira2. Saya ngefans juga, sama seperti ke Abah juga. Atau tidak sama. Derajat ngefansnya beda. Yosef Parera. Saya sangat sering menonton vidionya. Terutama ketika ada kasus2 viral. Dia selalu mengulasnya dari segi hukum. Saya menikmati gaya bicaranya. Simpel, lugas, cerdas dan jelas. Terlihat idealis dan bersih. Dg kelebihannya itu dia disukai banyak orang, termasuk kalangan muda. Diapun menjadi bintang Tiktok. Chanel Youtube-nya juga ramai: Rumah Pancasila. saya salah satu subcribernya. Ini yg membuat saya agak kecewa ketika dia menjadi tersangka kasus suap hakim MA. Penasaran, saya buru beritanya. Dan saya termenung ketika melihat sikap dan pernyataan-pernyataan Yosep Parera. "Saya dan Mas Eko sebagai lawyer mengakui secara jujur menyerahkan uang ke Mahkamah Agung." "Kami siap menerima hukumannya." "Kami merasa moralitas kami sangat rendah." "Kami bersedia dihukum seberat-beratnya." Sikap dan pernyataan2 Yosep Parera sangat berbeda dg tersangka pada umumnya. Dia tetap menjadi orang baik biarpun telah menjadi tersangka. 

Budi Utomo

Demokrasi/Kerakyatan (Sila 4) dan Penegakan Hukum / Law Enforcement memang diperlukan agar demokrasi berjalan sebagaimana mestinya. Demokrasi tak (pernah) sempurna. Tapi pilihan terbaik (best choice) di antara begitu banyak pilihan sistem politik lainnya yang umumnya otoriter. Diktator militer di Myanmar. Diktator komunis di Korea Utara. Diktator Shiah di Iran. Diktator Wahabi di Saudi. Diktator monarki absolut di Eropa abad pertengahan yang sudah almarhum. Penegakan Hukum kadang malah lebih penting ketimbang Demokrasi. Contohnya China yang tak segan menghukum mati koruptor sehingga rakyatnya takut korupsi. Sehingga birokrat dan aparat melayani rakyat tanpa minta sogokan. Humor di negara +62 yang paling menggigit adalah: percuma lapor polisi. Hilang kambing kalau lapor polisi malah bisa hilang sapi/kerbau. Wkwkwk. Tapi ada satu negara di bumi ini yang penegakan hukumnya ciamik namun tetap demokratis (minimal ada parpol oposisi walau minoritas wkwkwk): Singapura! Dan itulah kunci kemajuan red dot country in the sea of ASEAN. Saya kagum dengan kebersihan jalan dan trotoarnya. Walau saya tak suka dengan langkah buru-buru warga mereka. Maklum sudah terbiasa dengan filosofi alon-alon asal kelakon. Wkwkwk. 

mzarifin umarzain

kata nabi s.a.w.bahwa bangunan muslimiin yg mula2 runtuh adalah: hukum. yg terakhir runtuh adalah: sholaat. berarti yg pertama harus dibina pd bangunan muslimiin, adalah: sholaat. sekitar 20% muslimiin tak hafal Terjemahan surat alFaatichah. kekuatan muslimuun berarti masih sekitar 20%. harus segera dibikin 100%, kalau mau muslimuun kuat.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda