Generasi Milenial di Mata Mpu Aji Guna Anom, Pembuat Keris asal Magetan

Mpu Aji Guna Anom di Desa Kedungpanji, Kecamatan Lambeyan, Kabupaten Magetan. (FOTO: Arif Wahas Sofyan)

COWASJP.COM – Apakah kaum milenial di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, masih mengenal Mpu atau Empu, ahli memmbuat keris? 

Letak Kabupaten Magetan di lereng timur Gunung Lawu. Dekat perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di situlah seorang Mpu yang masih terbilang muda berdiam. 

Nama aslinya Teguh Budi Santoso. Namun dikenal dengan nama Mpu Aji Guna Anom. Tinggalnya di besalen Brangkal Tegalrejo, Mageti. Masuk wilayah administrasi Desa Kedungpanji Kec. Lembeyan.

"Masih ada anak muda milenial yang main ke besalen (bengkel pandai besi) Brangkal. Umumnya mereka ini mengalami titik jenuh dengan yang namanya teknologi. Khususnya HP atau smartphone," kata Mpu Aji Guna Anom, Sabtu (27/02/2022).

Kehadiran cah enom (anak muda) di besalen disambutnya dengan baik. Artinya, generasi milenial masih ingin memahami warisan adi luhung peninggalan leluhur. Seperti keris. Apalagi, keris pada tahun 2005 resmi diakui Unesco sebagai warisan budaya dunia non-bendawi.

"Akan sangat lucu jika kita melihat keris terheran-heran. Tapi ketika melhat HP tidak heran. Padahal, keris itu warisan adi luhung dari leluhur kita," imbuh Mpu Aji Guna Anom.

Karena itu, menurut Teguh, sekolah-sekolah kita perlu mendapatkan pelajaran budaya. Yang memberikan pelajaran tentang budi pekerti, adab, bahasa daerah, dan aspek kehidupan nenek moyang lainnya. "Bagi saya, pelajaran adab itu utama. Agar anak-anak kita jadi pintar tapi juga beradab," wejangnya.

Siapakah Sosok Mpu Aji Guna Anom?

Teguh Budi Santoso adalah putra dari Paku Rodji. Ayahnya juga seorang Mpu. Sang ayah merupakan keturunan ke-16 dari Mpu Supodriyo dari jalur Dewi Rasa Wulan, adik Sunan Kalijaga. Mpu Supodriyo tersebut hidup di zaman Majapahit akhir.

Teguh Budi Santoso atau Mpu Aji Guna Anom adalah keturunan ke-19, yang diamanahi meneruskan jejak sang ayah. "Waktu bapak seda (meninggal dunia), beliau meninggalkan pesanan keris. Dan, saya harus menyelesaikannya," cerita dia.

Berawal dari situlah Mpu Aji Guna Anom bergelut dengan dunia pembuatan keris. Sampai sekarang. "Pesan bapak, Mpu itu adalah tugas di dunia. Maka jalanilah," kenang Teguh sembari matanya menerawang.

Dalam dunia perkerisan, Mpu yang tinggal di Magetan disebut dengan istilah Mpu era Mageti. “Almarhum bapak itu Mpu Mageti keempat," ceritanya.

Mpu Mageti I (pertama) adalah Ki Guno Sasmito Utomo, keturunan ke-13 dari Supodriyo (Ki Supo). 

Setelah Ki Guno, trah Mpu era Mageti turun ke Imam Mustofa sebagai Mpu Mageti II. Dari Imam Mustofa, trah Mpu turun ke anaknya, Imam Panani (Imam Syuhadak) sebagai Mpu Mageti III. 

Hingga akhirnya trah Mpu Mageti turun ke salah satu anak kandung Imam Panani. Yaitu, Paku Rodji, sebagai Mpu Mageti IV. 

Setelah Paku Rodji meninggal, anak ketiganya, Teguh Budi Santoso atau Mpu Aji Guna Anom diamanahi sebagai Mpu Mageti V.

PUSAKA KERIS DI MATA MPU

Bagi Teguh, keris adalah benda pusaka yang memliki energi positif, yaitu dzikir. Pusaka sebagai alat agar kita rajin berdoa dan berdzikir kepada Allah. 

Banyak orang menyebut Mpu alusan. "Jangan men-Tuhan-kan pusaka atau lebih spesifiknya keris. Karena dalam Islam, itu syirik. Keris hanya sebuah alat saja untuk lebih mengenal dan lebih dekat dengan sang Pangeran yang menciptakan alam semesta ini," jelas Mpu Aji Guna Anom.

Menurut dia, berbicara keris dari sudut pandang material akan ada titik jenuhnya. Namun, tatkala dibahas dari masalah rasa, keyakinan, dan tafsir, maka tiada ujungnya. 

"Menikmati pusaka jika secara fisik, kita pasti akan jenuh. Akan tetapi, kalau melihat dari sudut pandang rasa, keyakinan dan tafsir dari keris itu maka takkan habis. Karena, keris itu memiliki makna luas serta filosofi yang luhur."

PUSAKA TOMBAK PAYUNG untuk MAGETAN

Mpu Aji Guna Anom memiliki sebuah karya untuk Magetan. Dalam prosesi Mahargya Kagungan Pusaka beberapa waktu lalu, Mpu dari Kedungpanji Kec. Lembeyan ini, menyerahkan Tombak Payung Tunggulogo. 

Sedangkan Mpu Daliman Puspobudoyo dari Surakarta menyerahkan pusaka Pandowo Cinarito dapur kebak pendaringan. 

Kemudian, Bayu Dona bareng komunitas besalen Magetan lain, juga menyelesaikan Tombak Dapur Megantoro Kiai Cahya Mulyo. Ketiga pusaka ini diserahkan pada Bupati Suprawoto dalam sebuah prosesi kirab Mahargya Kagungan Pusaka Magetan di Pendapa Surya Graha.

Mpu Aji Guna Anom membuat Tombak Payung Tugulogo melalui prosesi selama selapan dina (35 hari). Itu bersamaan dengan Pameran Tosan Aji di Magetan. 

Ketiga "pusaka" ini sebagai lambang persatuan masyarakat Magetan menuju Magetan Bangkit dan Tumbuh di masa pandemi Covid-19 ini. 

Apa Harapan Sang Mpu Aji Guna Anom?

mpu.jpg1.jpgMenempa logam untuk dijadikan keris. (FOTO: Arif Wahas Sofyan)

Ke depan, Teguh Budi Santoso atau Mpu Aji Guna Anom berharap anak muda milenial di Magetan belajar tentang kebudayaan para leluhur. Tidak terkecuali dunia perkerisan. 

"Senang dan suka pada keris itu budaya. Nah, mari kita mengenalkan budaya nenek moyang yang baik dan adi luhur ini kepada khalayak." 

Selebihnya, Mpu Aji Guna Anom istikomah dalam laku pembuatan keris yang merupakan seni budaya adi luhung warisan leluhur, trah Mpu Supodriyo dan Mpu era Mageti. 

Baginya membuat keris adalah panggilan jiwa. Sekaligus sarana bagi dirinya agar lebih dekat dengan Sang Maha Kuasa. Juga menjaga pesan dan amanat leluhur serta almarhum ayahnya Paku Rodji. Pesan ayahanda yang selalu terngiang-ngiang di telinganya. 

"Elinga nak nek kowe kui mung njalani tugas. Kowe ora usah ngaku Mpu. Ben wong liya sing ngaku. Amerga sak derma tugas, mula dilakoni kanthi tekun lan ikhlas." (Kamu hanya menjalani tugas. Tidak usah mengaku sebagai seorang Mpu. Biarkan orang lain yang menyebut Mpu. Sebab kamu hanya menjalankan tugas. Jalanilah dengan tekun dan ikhlas). 

Begitu wejangan sang bapak dalam bahasa Jawa ngoko. (*)

Pewarta : Arif Wahas Sofyan
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda