Keteladanan Gus Is yang Luar Biasa, Tas Berisi Ratusan Amplop Utuh Tak Tersentuh

Gus memotong tumpeng syukuran HSN 2021 di kantor PCNU Kota Malang (Foto: Dokumen)

COWASJP.COM – Ndak tahulah. Mungkin ini rejeki min haitsu laa yaktasib atau apa. Wallahu a'lam. Tapi yang pasti ini memang sebuah keteladanan pemimpin di NU. 

Keteladanan dari sosok Gus Is (Dr KH Israqunnajah MAg, ketua tanfidziyah PCNU Kota Malang) yang kurang beberapa hari lagi demisioner. 

Di tengah susahnya panitia konfercab mencari anggaran untuk menutup kekurangan dana rangkaian panitia HSN, Pra Konfercab dan Konfercab - panitia terpanjang sejak Oktober 2021 - jenengan (Anda) hadir memberi kejutan. 

"Mas, masak tidak ada kenang-kenangan untuk peserta konfercab dari kepengurusan kita. Apa gitu mas?" ucap Gus Is pada kami. 

"Jan-jane nggih (Sebetulnya ya) sangat pingin Gus. Tapi njih niku (ya itu). Untuk keperluan hari H, niki (ini) masih ikhtiar." Begitu jawaban kami spontan.

Gus Is pun mengerti. Putra almaghfurullah Romo Kyai Masduki Mahfudz, pendiri PP Nurul Huda Mergosono Malang yang juga besan Gus Mus (KH Mustofa Bisri), ini kembali meyakinkan kami. Insyalah ada. Besok kita ke Tanggulangin.

Keesokan harinya, kami berempat pun berangkat. Ada saya, Gus Is, Mas Irul (sekretaris panitia) dan Abah Rifan (bendahara) berangkat ke Tanggulangin. Di mobil iseng kami pun nyeletuk; "Wah kayake kudu teplekan malih niki nggih Gus (Sepertinya harus urunan lagi ini Gus)." 

Gus Is menjawab; "Insyalah mboten." (Insyalah tidak).

Saat itulah beliau cerita sambil membuka tas yang dibawanya. "Ngeten (Begini) Mas. Ini Insyalah ada uang. Tapi pinten kulo mboten ngerti. Mergo uaakeh. Mboten pernah kulo buka, nopo maleh ngitung (Gini Mas. Ini Insyalah ada uang. Tapi berapa saya tidak tahu. Karena banyak. Tidak pernah saya buka, apalagi hitung)," ucapnya.

GUS-IS1.jpgGus Is bersama Dandim Kota Malang

Kami semua di mobil penasaran. "Niki uang bisyaroh selama dados ketua. Geh wonten saking (Ya ada yang dari... (menyebut warga NU hingga panitia kondangan, Red). Merasa mboten hak kulo mergo (bukan hak saya karena) ngundang atas nama ketua PCNU, nggeh amplopan niki kulo salap tas niki (ya amplop-amplop ini saya taruh di tas ini) . Dados mboten (Jadi tidak) pernah kulo (saya) buka, nopo male ngitung jumlahe. (apalagi menghitung jumlahnya)."

MasyaAllah. Hati kami trenyuh. Terharu. Ndak bisa berkata apa-apa. "MasyaAllah Gus Is.. jenengan niku kok saget nggeh! (Anda itu koq bisa ya!)" Begitu gumam kami.

Lantas dibukalah tas besar itu. Isinya penuh amplop. Ada juga kotak kecil. Banyak sekali. Tidak tertata rapi amplop2 itu. Khas diletakkan sekenanya.

Lantas satu per satu kami membuka amplop-amplop itu. Menghitung duit di dalamnya. Ada yang bagian mencatat. Lama sekali ngitung dan membuka amplop-amplop itu. Karena ada yang puluhan ribu, ratusan ribu, hingga jutaan. MasyaAllah... 

Sambil membukai satu per satu amplop itu, kami pun menerawang dengan pikiran masing-masing. "Kok masih ada ya pemimpin ummat seperti ini. Benar-benar memberi teladan dengan menjalankan. Bukan cuma menceramahkan." 

Hampir selama perjalanan Malang-Tanggulangin kami menghitung dan membukai amplop. Hampir dua jam. Apalagi perjalanan di tengah hujan lebat. 

"Berapa Mas totalnya?" tanya Gus Is. "Total 103 juta Gus!" 

GUS-IS2.jpg

MasyaAllah. Amplop bisyaroh Gus Is yang dikumpulkan selama menjadi ketua PCNU jumlahnya Rp 103 juta. Gus Is sendiri juga kaget dan tak mengira dengan jumlah itu. 

Dengan dana itu, Insyalah bisa memberikan kenang-kenangan bagi seluruh pengurus NU, lembaga, banom, yang menjadi peserta Konfercab. Totalnya sekitar 650 orang. 

Sesampai di Tanggulangin gerilya mencari kenang-kenangan apa yang bagus dan bermanfaat. Karena jamaah NU suka ziarah dan butuh tas cangklong, akhirnya sepakat dibelikan tas itu. Bahkan akhirnya nemu tas multifungsi. Bisa untuk cangklong, ransel, dan tas laptop. Alhamdulillah. 

Sisa dana pun dibuat untuk membeli karpet/kambal untuk hall lantai 3 Kantor NU. Yang model Turki itu dengan harga lumayan.  Belinya di Embong Arab.  

Pulang dari Tanggulangin Gus Is wanti-wanti berpesan satu hal. "Mas, jangan bilang ke siapapun ya asal uang ini. Biar tidak menjadi fitnah." 

Kami pun mengiyakan. Tanda setuju. Praktis yang tahu keteladanan Gus Is itu hanya kami berempat. 

Tapi akhirnya jebol juga. Kebaikan dan keteladanan tak boleh ditutupi. Biar menjadi cermin bagi yang lain. Lalu, memantulkan apa yang dilaksanakan dan dilakukan Gus Is. Setidaknya bagi kami, para pengurus NU di Kota Malang. Baik di tingkat ranting, MWC, maupun PC. Syukur-syukur kalau sampai ke PWNU, bahkan PBNU. Juga menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin lainnya. Seperti Gus Dur dulu!

Karena apa yang dilakukan Gus Is ini seakan menjadi oase bagi cerminan pemimpin sekarang. Terlebih pemimpin ormas sebesar NU ini.

Gus Is dengan segala kesederhanaanya selalu tampil apa adanya. Pernah menjabat sebagai Wakil Rektor III, dan sekarang WR IV UIN Maliki Malang, Gus Is hampir tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk urusan di luar fungsinya. Bahkan sehari-hari pun memakai mobil Honda Freed tua. Yang itu pun masih belum lunas cicilannya. 

Dengan segala kesibukannya juga masih ngurus NU, MUI, kampus, dua pondok pesantrennya (Nurul Huda Mergosono dan Joyosuko). Gus Is meski agak terlambat karena harus membagi-bagi waktunya yang cuma 24 jam sehari, tapi selalu hadir jika diundang. Seluruhnya untuk ummat. MasyaAllah!

Maka, meski kebaikan dan keteladanan Gus Is ini tidak boleh disampaikan sesuai pesan beliau, tapi saya dan sekretaris panitia tetap nekad. Mungkin Gus Is akan marah. Tapi ada alasan kuat mengapa kebaikan ini perlu tersampaikan. 

Ngapunten (Mohon maaf) Gus Is. Kami melanggar pesan jenengan untuk tidak menceritakan keteladanan dan kebaikan jenengan. Semua demi NU Kota Malang. Atau setidaknya bagi kami, para pengurus yang membantu panjenengan di PCNU. *Al afwu minkum Gus. Tabeek!* 

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda