Ansor Jepang Berdakwah Melalui Wayang

Yuda Iswahyudi, Pembina PCI GP Ansor Jepang dengan wayang goleknya. (FOTO: istimewa)

COWASJP.COM – JEPANG. Seni adalah bahasa. Seni itu indah dan mulia. Seni itu tiada dosa. Inilah penggalan  syair Bang Haji Rhoma Irama, sang maestro musik legendaris Indonesia dan pendiri Soneta.

Melalui seni itulah tujuan bisa dicapai. Misalnya tujuan dakwah dan mengajak untuk kebaikan. Walisongo dulu berdakwah menggunakan seni dan budaya. 

Melalui seni juga Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Gerakan Pemuda Ansor Jepang membuat terobosan dakwahnya  melalui seni budaya, yakni wayang. 

Hal ini dilakukan saat PCI Gerakan Pemuda Ansor Jepang menggelar Anniversary Halal Kombini Plus Nagoya di gedung Halal Kombini Plus Nagoya, Jepang, Ahad (23/1/2022) lalu.

Menurut Pembina PCI Gerakan Pemuda Ansor Jepang, Yuda Iswahyudi, di Indonesia berdakwah dengan menggunakan wayang sebagai sarana sudah biasa dilakukan. Namun di Jepang hal ini merupakan sesuatu yang masih baru. Karena itu, kata Yuda, pihaknya berinisiatif untuk memanfaatkan kesenian wayang sebagai media dakwah sekaligus hiburan.

“Jadi kami mengolaborasikan dakwah dengan wayang menjadi media untuk  menyampaikan pesan-pesan moral. Ini sekaligus juga kampanye bahwa Indonesia kaya dengan budaya,” ujarnya.

Dalam acara tersebut, Yuda bertindak sebagai dalang sekaligus penceramah. Dalam pesannya, Yuda mengupas sejumlah tema menarik, di antaranya adalah tentang birrul walidaini (berbuat baik kepada orang tua) dan kewajiban menuntut ilmu.

Menurutnya, tiada kesuksesan tanpa berbuat baik kepada kedua orang tua. Prospek karir dan pekerjaan apapun, sangat tergantung kepada restu orang tua. Dengan restu orang tua, maka pekerjaan akan diberi kemudahan oleh Allah.

“Jika kita berbuat baik kepada orang tua dengan tulus, insyaAllah pekerjaan kita lancar dan diberi jalan kemudahan,” katanya.

Sebaliknya, jika orang tua diremehkan dan tidak dilayani dengan baik, maka karir dan pekerjaan tidak akan pernah sukses, betapapun pekerjaan itu telah ditekuni dengan sungguh-sungguh.

Dewasa ini, katanya, posisi orang tua terkadang diabaikan. Orang tua semakin tidak penting di mata anak-anak muda. “Sikap dan perlakuan kita kepada orang tua sangat menentukan sukses pekerjaan kita, apalagi kita berada di rantau,” jelasnya.

Terkait kewajiban menuntut ilmu, menurut Yuda, bagi umat Islam sudah jelas bahwa itu adalah suatu kewajiban. Bukan semata-mata perintah, tapi ada penghargaan bagi orang yang berilmu. Penghargaan tersebut adalah kenaikan derajat.

“Derajat itu maknanya luas, bisa di bidang ilmu, kepangkatan dan bahkan harta. Derajat adalah cita-cita tertinggi manusia,” pungkasnya.
 
Acara tersebut dihadiri oleh ratusan  pengunjung, yang berasal dari jamaah Taman Pendidikan Al-Qur’an Halal Kombini Plus Nagoya, mahasiswa Indonesia, beberapa komunitas masyarakat Indonesia, dan warga Jepang.(*)

Pewarta : Imam Kusnin Ahmad
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda