Sang Begawan Media

Ikut Hong Kong

Mantan Ketua KPK Abraham Samad. (FOTO: JawaPos.com)

COWASJP.COM – KOMENTAR di Disway dua hari lalu membuat saya berpikir keras. Lalu saya baca ulang. Tiga kali. Rasanya, ide itu tepat sekali. Yakni yang tentang KPK itu. 

Sang komentator mengemukakan ide agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dikhususkan saja untuk memberantas korupsi di kalangan penegak hukum.

Dengan demikian pemberantasan korupsi, secara umum, kembali hanya ditangani oleh penegak hukum yang sudah ada: Polri dan Kejaksaan.

Dengan demikian tidak perlu lagi ada semacam persaingan antara KPK, Polri, dan Kejaksaan. Bahkan bidang tugas masing-masing pun bisa lebih tajam.

BACA JUGA: Pesanggrahan Djoyoadhiningrat

Komentator lain, di hari yang sama, juga mengingatkan bahwa KPK itu lembaga sementara. Jangan ada pikiran KPK itu institusi permanen. Begitulah sejarah maupun aturan yang mendasarinya. KPK harus tidak ada lagi —pada saatnya. Baik karena sudah berhasil atau dianggap gagal.

Bagusnya lagi, ide itu bisa sekaligus menjawab pertanyaan umum: siapa yang mengawasi para penegak hukum. Masyarakat menghendaki agar penegak hukum pun diawasi secara keras. Bukan lagi hanya diawasi oleh lembaga-lembaga pengawas seperti yang berjalan selama ini.

Dasarnya: diperlukan sapu bersih untuk bisa membersihkan lantai yang kotor. Sapu yang kotor justru akan membuat lantai menjadi lebih kotor. 

ICAC.jpgKantor Indpendent Comission Against Corruption (ICAC), lembaga anti korupsi Hong Kong yang sukses besar. (FOTO: South China Morning Post)

Saya pun meneruskan ide itu ke beberapa orang. Saya ingin tahu apa kata mereka. Salah satu yang saya hubungi adalah Abraham Samad, mantan Ketua KPK.

"Itu ide yang bagus," ujar Abraham. Dan lagi, katanya, itu sesuai dengan cara pemberantasan korupsi yang dilakukan di Hong Kong. Yang sukses besar itu. Yang jadi bahan kajian untuk pemberantasan korupsi di banyak negara. 

Abraham menyebut nama ICAC, yakni lembaga anti korupsi di Hong Kong. "KPK-nya Hong Kong itu ketika pertama kali didirikan fokusnya hanya melakukan pemberantasan korupsi yang dilakukan aparat penegak hukum di sana," katanya.

Abraham pun mengatakan bahwa tujuan awal KPK sebenarnya memang untuk itu. "Kalau merujuk pada UU KPK kan memang sudah diamanatkan untuk pemberantasan korupsi pada penyelenggara negara dan penegak hukum," katanya.

Abraham lantas bercerita mengenai apa yang pernah ia lakukan ketika memimpin KPK. "Makanya waktu zaman saya memimpin KPK, fokus kami pada aparat penegak hukum," ujarnya. "Ada beberapa jenderal polisi aktif yang kami jadikan tersangka," tambahnya. "Termasuk penegak hukum lain seperti hakim, jaksa, dan pengacara," tambahnya.

Ternyata pendapat itu didukung yang lain. Variasi kalimatnya saja yang berbeda.

Maka silakan saja mau ditendang ke mana bola ini. (*)

Penulis: DAHLAN ISKAN, Sang Begawan Media. 

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar di http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul: "Pesanggrahan Djoyoadhiningrat".

Wong Desa Salira Eropa

Kartini ialah seorang yang sangat kontradiktif.  - Berpikiran sangat maju seperti seorang feminis jaman sekarang, tetapi harus tunduk menjadi isteri ke-4. 

- Mendirikan sekolah yang mungkin pertama untuk perempuan Jawa. Tetapi mati muda setelah melahirkan anak.  

- Namanya harum dikenang oleh seluruh bangsa Indonesia, tetapi keturunannya yang langsung hidup prihatin secara ekonomi. 

- Ibu Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan agar masuk ke dalam dunia modern, tetapi hari lahirnya dirayakan dengan perlombaan putri luwes dan kostum2 daerah yang tradisional.

Pedro Lincalinci

...."Awalnya saya hanya ke makam Kartini, tidak menyangka bisa bertemu Goenadi" Itu kalimat penutup tulisan Abah hari ini, yang bagi saya itu seperti "penutup paksa". Awalnya saya berharap, tulisan Abah hari ini, -- yg sebagai pemenuhan janji pada tulisan "Opor Babdara" bahwa kelak akan nulis tentang makam Kartini --  dalam tulisan hari ini akan begitu banyak informasi dari Abah. Juga rasanya sudah cukup lama lho saya tunggu, tapi lha kok dalam cerita yg lagi mengalir, tiba² malah ditutup paksa? Piye iki, Abah?

Hariyanto

Ibu kita Kartini, yang namanya kadang dijadikan bahan guyonan, diganti jadi bu Harum sebagai nama aslinya, apakah keluarganya tahu guyonan itu pak ?

Aryo Mbediun

Sik tho mas Leong. Izin cutinya khan menghamili. Kalau nggak hamil2 ya tugas didelegasikan konco kantor lho Mas. #ngawur

Delisting. Bukan ditendang. Harga saham biar stabil. Stabil di harga rendah maksud'nya. Dan lepas dari pantauan publik.

AtikaBoncu

karena: kalo hanya satu disebut is one kalo jadi dua disebut is two kalo sudah tiga barulah disebut is three

Amat

Babini satu : itu wajar (beristri satu) : itu wajar Babini dua : hanyar balajar (beristri dua) : baru belajar Babini tiga : kurang ajar (beristri tiga) : kurang ajar Babini empat : itu Urang Banjar (beristri empat : itu baru Urang Banjar Wkwkwkwk

Heri Kurniawan

saya heran..(?) kenapa orang begitu benci poligami seperti membenci Pak Harto, Padahal ide "tidak" poligami baru muncul semenjak orba, buktinya presiden pertama kita memberikan teladan poligami yang baik. Juga Raja Raja sebelum beliau....( to be continue)... (gawat istri sudah datang, kabooooooor)

Buzzer NKRI

pakai aplikasi family link memecahkan semua masalah tsb HP anak2 bisa disetting jam tidur dan jam maximal pemakaian dalam satu hari lewat HP kita

Mirza Mirwan

Di bawah, banyak yg bingung dg bagaimana alur hubungan Gunadi Siswanto Djojoadhiningrat dg RA Kartini. Padahal Pak DI sudah menyebut sebagai "cucu (mestinya cicit) tak langsung" dan "poligami sudah lazim". Artinya: Gunadi, juga Hudoyo, adalah cicit RMAA Singgih Djojoadhiningrat dari garis keturunan salah satu dari tiga isterinya sebelum RA Kartini. Jadi sama sekali tak ada hubungan darah, tetapi secara adat Jawa RA Kartini termasuk "nenek buyut" Gunadi dan Hudoyo. Adapun keluarga besar Djojoadhiningrat yg pengurusnya 23 orang dan anggotanya sekitar 5000 itu keturunan RMAA Singgih Djojoadhiningrat dengan isteri terdahulu yg anaknya pasti lebih dari seorang. Mungkin juga setelah RA Kartini wafat sang bupati masih menikah lagi. Saya tidak yakin cicit langsung RA Kartini termasuk dalam keluarga besar Djojoadhiningrat, karena hidup mereka susah -- dua di antaranya jadi tukang ojek. Biasanya tiap bulan April ada media yg menulis kisah mereka. Kalau diakui sebagai keluarga, niscaya keluarga besar peduli.

Aji Muhammad Yusuf

Habis gelap terbitlah gelap. Seluruh permukaan bumi itu terikat konspirasi dari kutub kanan, maupun kutub kiri. 

kang bambang

kartini hanya punya 1 anak hanya 1 cucu. dan 5 cicit1 cicit meninggal1 cicit biasa3 cicit hidup susah cicit pahlawan hidup susah padahal hanya 5 org.  pemerintah gak bantu maksimal sediain beasiswa

jonk java

makam r.a. kartini berada jauh di rembang, tetapi makam ari-arinya hanya sepelemparan batu (dalam arti sesungguhnya) dari rumah. selain r.a. kartini, dari keluarga bupati jepara saat itu, ada juga kakak kandung beliau yang menjadi tokoh nasional. beliau adalah raden mas panji sosrokartono. tokoh pers, sastra, kedokteran, hingga filsafat dan kebatinan. silakan digoogling, menarik sekali kehidupan r.m.p. sosrokartono ini

di jepara ada 3 tokoh wanita hebat yang dijadikan ikon. ratu shima (kerajaan kalingga), ratu kalinyamat (bupati jepara di bawah kerajaan demak), dan r.a. kartini. ketiganya adalah pejuang meski yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional baru r.a. kartini.

Rikiplik

Pas saya buka artikel pak DI ini.. saya kebetulan pas buka artikel detik: Garuda Indonesia terancam "ditendang" dari pasar modal. Panik ga? Panik ga? Panik ga?

Sin

ada juga kanjeng ratu Kalinyamat dari Jepara.."Rainha de Japara" jejak sejarah Pahlawan wanita yang hilang dan perlu diluruskan kembali, karena tenggelam dalam mitos dan erotisme 

Mirza Mirwan

Ada lagi, di bawah, Bung KS bertanya apakah Cut Nyak Dhien atau Dewi Sartika tidak bisa baca tulis. Mereka adalah pejuang...... Siapa sebenarnya yg menetapkan tanggal 21 April? Kalau hanya berdasarkan perjuangan melawan penjajah, mengapa bukan Laksamana Malahayati (dari Aceh juga) -- dua abad sebelum Cut Nyak Dhien -- yg bukan saja melawan Belanda, tetapi juga Portugis? Juga ada Martha Christina Tiahahu (di Maluku) atau Nyi Ageng Serang di Jawa Tengah. RA Kartini dianggap sebagai tokoh yg memperjuangkan persamaan hak, emansipasi. Kalau lelaki bisa sekolah, perempuan juga harus diperbolehkan sekolah, dan seterusnya. Yg menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini adalah Presiden Soekarno, melalui Keputusan Presiden no 108 tahun 1964. Dalam Keppres yg bertanggal 2 Mei 1964 itu, selain menetapkan RA Kartini sebagai pahlawan Nasional, juga menetapkan tgl 21 April sebagai Hari Kartini. Tentang Cut Nyak Dhien, Laksamana Malahayati, Nyi Ageng Serang, Martha Christina Tiahahu, Dewi Sartika dan pejuang wanita lainnya, toh semua juga sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda