Usai Sudah Pameran Datan Gingsir Sewu Warsa

Lima perupa gaek Madiun yang menerima Lifetime. (FOTO: Santoso)

COWASJP.COMUsai sudah pameran lukisan yang bertajuk ‘’Datan Gingsir Sewu Warso’’ di Galeri Indigo Madiun, 16-18 Desember 2021. Pameran ini  menampilkan karya 5 pelukis gaek Madiun.  Diakhiri penyerahan piagam penghargaan lifetime achievement award. Berikut laporan Santoso, wartawan senior di Madiun.

***

Dengan gerakan teatrikal yang ritmis dan magis, Jangkung meliak-liuk di pentas ajang pameran Lima Pelukis Gaek di Madiun dengan titel ‘’Datan Gingsir Sewu Warsa’’.

Pameran yang dikemas dalam program Biennale Jatim 9 ini, juga memberikan Lifetime Achievement Award kepada lima pelukis gaek Madiun yang tak henti-hentinya berkesenian. Khususnya senirupa.

Piagam itu diserahkan oleh  Syska La Veggie, direktur program Biennale Jatim 9, kepada Suharwedi, Rulianto Warsito, Muhajir, Tri Moeljo dan Rudi Asmoro.. 

Selain itu mereka juga menerima dana masing-masing Rp 5 juta yang diserahkan oleh kurator program wilayah Madiun, Dwi Kartika Rahayu.

"Dana ini akan digunakan untuk produksi buku biografi, film dokumenter perupa dan pameran tunggalnya,‘’ papar Kartika, pelukis dan kurator lulusan FSR ISI Yogyakarta ini.

Diawali dengan art performance  oleh jangkung Suprianto membuat suasana terkesan magis dengan gerak ritmis tarian kontemporer. Acara sempat molor satu jam karena terkendala persiapan sound system untuk simposium.

Para audiens yang hadir tidak hanya berasal dari Madiun saja.  Pun juga  dari berbagai daerah.  Seperti Surabaya, Tulungagung, Ponorogo, Magetan, Ngawi. Bahkan hadir dari Jakarta.  Mereka yang hadir di sore hari tanggal 18 Desember 2021 tampak antusias dengan melihat-lihat karya para perupa gaek Madiun itu.

Suharwedi, salah satu penerima award datang menggunakan kemeja batik buatannya sendiri.  "Saya sangat antusias, menggembirakan, gerakan generasi muda, yang kini telah lebih peduli pada perkembangan dan kebangkitan seni rupa,’’ katanya. 

penghargaan1.jpg

Menurut dia dari Jatim, oleh Jatim, untuk Indonesia, tidak perlu kurator luar Jatim. Anak muda sudah mencengangkan wawasannya... Telah mampu berolah seni, berapresiasi, menggali dan mampu berkata ini aku Jatim. ‘’Aku melihatnya... Puas, anak muda sudah peduli... Kesenirupaannya sendiri," papar perupa ketua Hisma yang karya batik lukisnya telah dipamerkan di Kyoto, Jepang tahun 2018. Karyanya telah mendunia. Juga dikoleksi oleh kolektor dari Australia.

PATUNG BANTENG KETATON

Sementara itu tampak anak-anak muda yang nota bene adalah seniman-seniman alumni dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya (Unesa) dan Yogyakarta (ISI Yogyakarta). Mereka  memersiapkan simposium yang membahas tentang seluruh acara yang berhasil dieksekusi. 

Simposium dipandu Syska La Veggi dengan pembicara Desy Rahma (perupa wanita asal Madiun) yang sedang berproses kesenian di Yogyakarta. Ia alumnus pasca sarjana pengkajian seni ISI Yogyakarta dan Sapta Rahita selaku dewan syuro kurator Biennale Jatim 9 wilayah Madiun, Magetan, dan Ngawi.

Simposium di tengah ruang pamer galeri Indigo Art Space dihadiri hampir 50 audiens. Sapta menerangkan tentang kecenderungan yang ia temukan di lapangan. "Program yang dilakukan di Madiun ada tiga, tentang pameran lukisan yang menyasar ke art therapi, konsep kegiatan di Jalan Pahlawan Madiun yang meretrospeksi sejarah senirupa Madiun,’’ katanya. 

Dan kapsul waktu oleh Shalihah Ramadhanita yang mengungkap sisi menarik dari patung- patung bersejarah yang ada di Madiun. ‘’Seperti banteng ketaton di depan Stadion Wilis", ungkap perupa muda jebolan Unesa dua tahun lalu itu.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda