Tafakur Ramadhan (11)

The Power of Repetition yang Istiqomah

ILUSTRASI: Komunikasi Bawah Sadar (Foto: wordpress)

COWASJP.COMALHAMDULILLAHI RABBIL 'ALAMIN. Segala puji hanya bagi Allah, Sang Pemelihara Jagat Raya. Dialah yang telah memberikan kekuatan dan bimbingan kepada kita untuk bisa melakukan puasa sampai hari kesebelas. Semoga disempurnakan-Nya kesempatan indah ini sampai akhir Ramadhan.

Berhari-hari kita berpuasa dengan cara yang sama. Berhari-hari pula kita melakukan shalat dengan cara yang sama. Dan berhari-hari juga kita melakukan dzikir dan doa dengan cara yang sama. Bahkan, sesungguhnya sudah bertahun-tahun selama hidup kita.

Kenapa kita mesti melakukan ibadah dengan cara berulang-ulang? Termasuk, shalat dan puasa kita. Ternyata pengulangan memiliki daya yang sangat besar untuk membuat perubahan dalam kualitas jiwa. Sebuah proses yang dilakukan secara berulang-ulang akan mengirim pesan yang sangat kuat ke dalam pikiran kita. Bukan hanya di pikiran sadar, melainkan terekam di pikiran bawah sadar.

Ia membentuk sinaptik saraf yang berdampak pada skill dan karakter, tanpa kita sadari. Masuk begitu saja menjadi sebuah kebiasaan. Ibarat orang berlatih silat, latihannya selama bertahun-tahun secara konsisten itu akan membentuk refleks dalam dirinya. Jika suatu saat dia menghadapi bahaya, maka kebiasaannya memainkan jurus itu akan keluar dengan sendirnya, dan menyelamatkannya.

Al Qur'an mengajarkan kepada kita untuk menjalankan ibadah secara istiqomah. Sebuah pengulangan yang dilakukan dengan sengaja dan penuh penghayatan. Bukan hanya kebiasaan tak bermakna. Meskipun, sekedar kebiasaan itu pun sudah memiliki daya yang kuat. Tetapi, sebuah pengulangan yang melibatkan penghayatan bakal menghasilkan daya yang sangat dahsyat dalam jiwa kita.

Mekanisme bawah sadar adalah mekanisme yang sangat dipengaruhi oleh emosi dan pengulangan. Semakin penuh penghayatan dan banyak diulang, rekaman bawah sadar kita semakin kuat mencengkeram dan menyimpan di dalam memorinya. Jauh lebih kuat dibandingkan dengan memori logis dan rasional.

Cobalah ingat-ingat, seberapa kuat Anda bisa mengingat pengalaman-pengalaman logis dan rasional yang pernah Anda alami. Semuanya akan terasa samar-samar. Tetapi, cobalah Anda ingat-ingat, seberapa kuat Anda bisa mengingat pengalaman-pengalaman yang emosional?

Misalnya, pengalaman yang memalukan. Meskipun sudah berlalu puluhan tahun, pengalaman memalukan itu masih saja teringat dan tergambar jelas di dalam memori otak kita. Demikian pula pengalaman yang menyenangkan, menyedihkan, mengharukan, membahagiakan, dan lain sebagainya. Pasti sangat kuat terekam dalam otak. Apalagi, jika pengalaman itu terjadi secara berulang-ulang. Niscaya tak akan terlupakan seumur hidup.

Itulah prinsip dasar dari "The Power of Repetition". Dan juga "Istiqomah" dalam menjalankan suatu kebiasaan. Termasuk ibadah puasa yang sedang kita lakukan. Pengulangan selama berhari-hari dengan penuh penghayatan dan keikhlasan, akan membentuk pengaruh yang sangat kuat di pikiran bawah sadar kita.

Dampaknya, otak akan merespon secara sarafi dengan membentuk sirkuit-sirkuit dan sinaps yang menyimpan memori tersebut sebagai potensi perilaku. Alias akhlaq. Nah, akhlaq itulah yang pada gilirannya akan keluar sebagai sebuah respon bawah sadar atas berbagai tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Maka, PERTANYAAN kali ini adalah:

1. Dimanakah Allah berfirman tentang pentingnya istiqomah dalam beribadah kepada-Nya?

2. Al Qur'an adalah kitab suci yang berisi firman Allah yang banyak diulang-ulang di berbagai ayat. Masalah apa sajakah yang informasinya banyak diulang-ulang oleh Allah itu?

Selanjutnya, berdasar pada jawaban yang masuk di facebook maupun Agus Mustofa eLibrary, PEMENANG untuk edisi ke-10 adalah: Firda Faradissabil.

1. Al Qur'an mengajarkan ada tiga tingkatan spiritual yang kita lewati dalam proses beragama, yakni: 'beriman', meningkat menjadi 'bertakwa', dan berakhir dengan 'berserah diri'. Di ayat manakah Allah menginformasikan hal itu?

Jawaban: Keluarga 'Imran ('Ali `Imr?n):102 - "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (berserah diri)."

2. Apakah bedanya 'iman' dengan 'takwa'. Apa substansi dari keduanya?

Jawaban: Iman adalah proses memercayai, memahami hingga meyakini dan berkomitmen terhadap sesuatu dengan melibatkan akal dan hati. 

Sedangkan bertaqwa adalah proses prakteknya, perwujudan dan pembuktian keimanan kita dengan berihsan atau beramal sholeh.

Keimanan harus ditingkatkan menjadi ketaqwaan kepada Allah untuk menggapai ridho-Nya. Beriman harus dibuktikan dg amal sholeh. Ketika keduanya digabung (iman+ihsan/amal sholeh) maka orang tersebut termasuk muttaqin (orang yg bertaqwa).

Selamat, Anda memeroleh hadiah buku Serial Diskusi tasawuf Modern berjudul: "MEMBELA ALLAH". Silakan hubungi 0878 5433 5454 untuk alamat pengiriman hadiah. Salam.

ADA CUPLIKAN VIDEO & HADIAH BUKU SETIAP HARI

Link: http://agusmustofa.com/

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda