Kajian Kerugian Jika Pabrik Semen Rembang Ditutup

COWASJP.COMMENUTUP pabrik semen Rembang, adalah sebuah kekeliruan besar. Tidak hanya banyak, tetapi sangat banyak kerugian jika pabrik itu ditutup berdasar hasil kajian objektif. Kajian dilakukan oleh elemen-elemen masyararakat bersama Prof Hermawan Sulistyo, MA, Phd (ahli peneliti utama LIPI).

Adapun elemen masyarakat yang terlibat dalam pengkajian itu adalah, warga Rembang (Jawa Tengah) danTuban (Jawa Timur). Selain itu, AMAR (Aliansi Masyarakat Rembang), Laskar Brotoseno, Serikat Buruh, Serikat Petani Tembakau, Republik Damai Jawa Tengah. Elemen lain, AMPERA (Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Peduli Rakyat) Jawa Tengah, serta Rumah Kemaslahatan Indonesia dan Suryo Mojopahit.

Tercatat ada 15 (limabelas) kerugian jika pabrik semen Rembang ditutup. Berikut rincian hasil kajian tersebut.

1. Hilangnya peluang dan kesempatan penduduk Rembang untuk hidup lebih sejahtera. Ratusan tahun mereka tidak memiliki posisi tawar menghadapi dunia luar sehingga kawasan Semen Rembang termasuk daerah termiskin di Rembang, sementara Rembang sendiri merupakan kabupaten termiskin ke-4 di Jawa Tengah, dengan jumlah lebih 119 ribu jiwa (angka BPS 2015).

2. Hilangnya kesempatan kerja bagi 350 tenaga berkeahlian (skilled workers); 6.075 (tenaga kerja masa proyek: tim proyek, tim support, kontraktor); dan 1.698 tenaga selama operasional (Organik, Anak Perusahaan, Mitra Kerja, Mitra Binaan, Pemberdayaan Warga). Jumlahnya sangat besar. Mereka adalah tenaga kerja di pertambangan, jalur mata rantai distribusi, sektor pndukung seperti catering dan warung-warung, kos-kosan, jasa ojek, koperasi dan lain-lain.

3. Lahan gamping muda (lime stone) tidak bisa ditanami. Saat gamping itu dimanfaatkan dan bekasnya direklamasi, lahan akan jauh lebih subur. Reklamasi ini bisa dilihat di pabrik Semen Tuban. Jadi kalau pabrik Semen Rembang dihentikan, maka untuk selamanya warga tidak akan pernah memiliki lahan pertanian yang subur.

PT-semen-rembangnVucp.jpgPabrik Semen Rembang (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

4. Hilangnya kesempatan untuk berdirinya perguruan tinggi vokasional, Akademi Komunitas Semen Indonesia(AKSI) dengan kapasitas mahasiswa AKSI per angkatan: 90 mahasiswa. Pemuda setempat akan kehilangan kesempatan dilatih menjadi tenaga kerja berkeahlian. Mereka akan ditampung di pabrik Semen Rembang, dan bahkan bisa merintis karier di pabik semen Tuban atau malah ke luar Jawa. Atau ke luar negeri karena PT Semen Indonesia memiliki semen Than Long di Vietnam. Kalau pabrik Rembang diberhentikan. Semua mimpi di depan mata itu kembali jadi mimpi yang jauh.

5. Hilangnya peluang masyarakat untuk memiliki rumah yang layak. Pada 22 Februari – 21 Mei 2016, lokasi: Ds. Kadiwono, Ds. Timbrangan, Ds. Pasucen, Ds. Kajar, dan Ds. Tegaldowo, bedah rumah 30 unit dengan biaya Rp.1.139.000.000,-. Mulai 2017 CSR sudah memulai program bedah rumah 30 rumah per tahun. Rumah-rumah penduduk yang paling miskin satu demi satu sudah dan akan terus direnovasi dan diperbaiki sehingga menjadi layak huni.

6. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih layak bagi anak-anak warga setempat. Program CSR sudah memulai program beasiswa berprestasi bagi 169 pelajar yang terdiri dari: 92 pelajar tingkat SD/MI, 38 pelajar SMP/MTs, serta 39 pelajar SMA/MA, dengan total anggarkan Rp180 juta. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap tahun dan telah berjalan tiga tahun.

semen-remabangmIl1b.jpgSuasana pabrik Semen Rembang (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

7. Hilangnya peluang usaha kemitraan di Kab Rembang. Hingga akhir 2016 pihak Semen Indonesia telah menggandeng 523 mitra binaan, yang melibatkan 800 tenaga kerja, dengan dana yang digulirkan mencapai Rp.11M.

8. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh air bersih. Program CSR telah berhasil memompa air di sumur yang terletak di Desa Kajar dan Desa Pasucen Kec Gunem. PT Semen Indonesia mengucurkan dana hingga Rp670 juta untuk membangun infrastruktur air bersih, untuk membangun pipanisasi sepanjang 1 kilometer dan sarana air bersih yang dialirkan ke tandon berkapasitas 8.200 liter dalam 2 titik yaitu, Masjid dusun Wuni Desa Kajar dan dekat sumber mata air Desa Waru. Perusahaan juga memberikan bantuan pipanisasi dan tandon air 5.100 liter di Desa Pasucen. Rencana pipanisasi untuk menjangkau wilayah yang lebih luas menjadi angan-angan saja jika pabrik berhenti beroperasi. Sebelumnya, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat harus membeli Rp5.000 per jerigen.

9. Lenyapnya uang negara (uang rakyat!) sebesar 5 (lima!) triliun, yaitu nilai investasi pabrik Semen Rembang.

10. Kerugian negara sebagai akibat lebih lanjut dari hilangnya uang yang diinvestasikan untuk pabrik Rembang. PT Semen Indonesia adalah BUMN nasional yang merupakan perusahaan terbuka (Tbk), sehingga sebagian sahamnya dimiliki masyarakat. Penutupan pabrik Rembang berakibat pada hancurnya harga saham dalam skala yang sulit diukur.

11. Pada saat ini memang tersedia stok cadangan semen nasional sebesar 30 juta ton. Tetapi semuanya milik perusahaan semen asing. Penghentian produksi Semen Rembang sama saja dengan membantu pemasaran semen asing. Tiga puluh juta ton semen itu akan habis dalam jangka waktu 5-15 tahun, dan semen asing praktis tidak memiliki competitor nasional.

12. PT Semen Indonesia adalah BUMN. Artinya, milik rakyat. Arti lebih jauh, menjadi benteng terdepan dalan menghadapi gempuran semen asing. Ini sangat penting, karena program kemandirian dan kedaulatan bangsa, menjadi terganggu.

13. Kontribusi pada pajak dan pendapatan daerah menjadi hilang, dari potensi pendapatan perusahaan sebesar Rp.2,1T per tahun. Dihitung berdasarkan harga semen Rp.700 ribu per ton dikali kapasitas produksi 3 juta ton per tahun.

14. Semua bangsa di dunia ini membutuhkan semen. Terlebih lagi bangsa yang sedang membangun seperti Indonesia. Kita membutuhkan semen untuk membangun infrastruktur: jembatan; jalan raya dan penataan tebing-tebing supaya tidak longsor; dll.

roso-rembang5vds8.jpgPenulis dengan latar belakang pabrik Semen Rembang (Foto: Roso Daras/CoWasJP)

15. Mahasiswa yang saat ini masih kuliah akan lulus hingga 5 tahun mendatang. Dalam jangka waktu 5-10 tahun mendatang mereka akan lulus, menikah dan memulai keluarga baru. Pada saat itu mereka harus memiliki atau membangun rumah. Pada saat itu pula harga semen akan sangat mahal karena harus mengimpor semen dari luar atau menggunakan semen domestik tetapi dengan harga melangit karena pasar telah dikuasai asing.

Barangkali Anda bisa memanjangkan sendiri deret kerugian di atas menjadi lebih panjang. Semoga pemerintahan Presiden Jokowi tidak menggadaikan kepentingan negara kepada asing. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda