Salah Satu Episode Sejarah Persebaya (4)

Cut Off Kesalahan Masa Lalu

Freddy Mulli mantan pelatih Persebaya (Foto: bola)

COWASJP.COM – ockquote>

C a T a T a N: Slamet Oerip Prihadi

-------------------------------------------------

INILAH lanjutan tulisan kami pada 16 – 18 Februari 2006 yang sedianya dijadikan buku tentang Persebaya dengan judul: Melesat di Tengah Badai. Semoga menginspirasi kebangkitan kembali Persebaya dengan cara yang damai, simpatik, dan cerdas.

Entah mengapa, sampai sekarang kami masih percaya pada alunan siklus 10 tahunan Persebaya.Pelanggaran siklus, dipercaya atau tidak, ketika semestinya Persebaya baru juara lagi pada 2007 atau 2008, tapi sudah juara pada 2004, akibatnya telah kita rasakan bersama. Skuadra Persebaya jatuh bangun. Bahkan terbelah dalam dualisme klub. Sebagai manusia yang berusia senja, kami hanya bisa berdoa, semoga SATU PERSEBAYA untuk Indonesia segera terwujud. Dan, Insya Allah, momentum itu telah datang!

Mungkin kami dianggap ortodox bin kuno. Tapi sekuntum keyakinan telah mekar kembali mendekati tahun 2017. Persebaya akan hadir kembali di kompetisi. Apakah siklus 10 tahunan ini betul atau tidak, tahayul atau tidak, kita ikuti saja perjalanan Persebaya yang kini masih matisuri itu.
Inilah lanjutan tulisan kami 2006 silam:

green-forceU0j5X.jpg

Logo Persebaya Surabaya (Foto: istimewa)

ATTACK 5

DI awal pergantian abad sekaligus pergantian millennium kedua ke millenium ketiga, badai yang menggoyang Persebaya semakin dahsyat. Dua kali Persebaya terbanting ke divisi satu dalam kurun tiga tahun. Yakni pada 2002 dan 2005 gara-gara penyebab yang sama: mogok tanding. Persebaya terdegradasi bukan karena terbenam di papan bawah. Persebaya terdegradasi ketika mereka sukses menembus Delapan Besar Ligina XI!

Fenomena ini sungguh tak terbayangkan sepanjang abad XX silam. Bagaimana perjuangan panjang di lintasan kompetisi jadi berantakan oleh satu aksi mundur saja!

Kita tak ingin menyudutkan siapa  pun. Tapi jadikanlah pengalaman buruk ini sebagai guru terbijak. Bahasa sepak bola tidak bisa dicampuradukkan dengan bahasa nonbola. Pergerakan yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan perlu menunggu timing dan momentum yang pas. Sebagus apa pun tujuan, bila belum tiba momentumnya hampir pasti berujung kegagalan. Gerakan kompetisi breakaway Indonesia Premier League (IPL) yang didukung konglomerat Arifin Paniogoro pun kandas.

Tampaknya, niat sekalangan tokoh bola menggelar Munaslub untuk mengganti kepengurusan PSSI di tengah jalan tak menemukan momentum. Hal lain yang membikin mayoritas pelaku bola bersikap moderat adalah tiadanya alasan yang sangat kuat untuk memicu Munaslub. 

Mungkin mereka berpendapat: terlalu besar dana dan risiko yang mungkin harus ditanggung. Biarkan para petinggi PSSI menunaikan tugasnya hingga akhir periode (2007). Saat itulah mari kita menggelar Kongres PSSI secara lebih demokratis. 

Kalau toh ada sekalangan tokoh bola yang sangat kecewa dengan kepemimpinan H.A.M. Nurdin Halid, hal itu lumrah. Tak ada seorang pun pemimpin yang dicintai oleh semua manusia. Jangankan kita manusia biasa. Rasul dan Nabi pun punya oposan dan lawan. 

Bang Nurdin terpilih lewat proses sah di Kongres PSSI 2003 lalu. Apakah proses pemilihan dilakukan lewat money politic atau tidak, itu urusan para tokoh bola peserta kongres. Yang kita ketahui, semua peserta kongres telah melakukan hak pilihnya secara sah. Itu saja.

Jadi jelas, yang memilih Bang Nurdin adalah mayoritas para tokoh bola kita sendiri. Kalau ada hal yang kurang berkenan, para tokoh bola itulah yang wajib memberi masukan kepadanya. Kalau Bang Nurdin ternyata dinilai kurang pas, maka beliau-beliau yang dulu ramai-ramai memilih Bang Nurdin di kongres juga harus bertanggung jawab. Di sinilah konsistensi dan komitmen para tokoh bola diuji.

Bukan hanya negara yang butuh stabilitas, dunia bola kita pun butuh stabilitas.

Memang, kinerja PSSI 2003-2007 tak sesuai harapan kita. Tim nasional Indonesia gagal merebut juara, di level Asia Tenggara sekalipun! Tapi, terembus kabar bahwa  para petinggi bola kita masih punya niat dan tindakan untuk memperbaiki diri. Konon, mereka bertekad menjadikan sisa waktu 2006-2007 sebagai episode pencerahan.

pssiI0tW7.jpg

Logo PSSI (Foto: poskotanews)

Yang jelas, penunjukan Agusman Effendi sebagai Pejabat Ketua Umum, rasanya, bisa diterima semua pihak. Dibentuknya Badan Liga Indonesia juga menerbitkan harapan baru. 

Ketika kami menjumpai beberapa petinggi bola di Jakarta, sejatinya mereka tak tega menghukum Persebaya. Berat rasanya menghukum tim besar yang berdaya jual tinggi. 

Persebaya tak sekadar aset kebanggaan warga Surabaya. Bagi tim-tim pesaing, Persebaya adalah magnet luar biasa. Di kandang lawan mana pun, panpel tuan rumah menuai keuntungan besar dari hasil penjualan tiket. Di kandang lawan mana pun, tim tuan rumah pasti memberikan perlawanan luar biasa. Ini yang membuat nilai laga jadi tinggi dan menyedot minat penonton.

Para petinggi PSSI pun mengakui kehebatan Persebaya. Sejatinya mereka amat menyayangi Persebaya. Tapi bila hukuman tak dijatuhkan, sungguh hal itu bakal jadi preseden buruk. Wibawa PSSI ambruk, dan akan dikemanakan sepak bola nasional kita.

Kita berdoa semoga Persebaya kembali melesat. Memang, badai besar itu mengempaskan arek-arek ke divisi satu. Tapi semoga tahun ini pula arek-arek berhasil kembali menembus divisi utama. Amin.

Apa pun yang telah terjadi, publik bola Surabaya wajib menghormati mantan Ketum Cak Bambang D.H, mantan Ketua Harian Haji Susanto, dan Manajer Saleh Mukadar. Yang pasti, beliau-beliau telah sukses mengantar Persebaya juara 2004. Bahkan sukses memangkas siklus juara. Luar biasa. Semoga PSSI segera memberikan remisi istimewa terhadap hukuman yang telah dijatuhkan kepada mereka. Amin.

ATTACK 6

GREEN FORCE era Ketum Arief Afandi menjulangkan semangat profesionalisme. Cut off masa lalu. Bukan berarti mereka ingin melupakan jasa besar pengurus masa lalu. Sama sekali tidak. Yang di-cut off hanyalah kesalahan masa lalu. Mikul dhuwur mendhem jero. Tetap mengagungkan jasa-jasa pemimpin masa lalu, dan tutup rapat-rapat semua kesalahan mereka.

Kabinet Cak Arief diperkuat beberapa teman wartawan senior olahraga di Jatim. Kita berharap mereka bisa mengulang sukses Pak Dahlan Iskan dan Pak Agil H. Ali. Tak hanya pintar membangun tim tangguh. Tapi juga tangguh menggalang opini publik. Bagaimana secara sistematis membangun laskar suporter Green Force yang lebih elegan. Bagaimana menggalang lobi kuat ke segala lini dan strata. Membangun suasana yang lebih cerah dan bersahabat. 

arif--afandiligaolahragaRI9aT.jpg

Mantan Ketum Persebaya Surabaya Arief Afandi. (Foto: ligaolahraga)

Pendek kata, Cak Arief dkk. kita harapkan mampu membangun tim yang di dalam lapangan dan luar lapangan low profile, but high product! Mungkin mereka tak harus mengikuti gaya pesilat Cak Narto. Tapi kita semua juga tak menginginkan kabinet Pengcab PSSI Surabaya dan Tim Persebaya 2005-2009 bergaya petinju ortodoks.

Jangan dulu berbicara terlalu tinggi, misalnya akan membangun sepak bola jadi industri. Persebaya segera kembali ke divisi utama adalah prioritas paling utama. 

Gembleng keras pemain-pemain Persebaya dan lecut mereka dengan bonus yang proporsional. Tapi kami juga sangat setuju dengan Manajer Keuangan Indah Kurnia, bahwa uang bukan segala-galanya. Contohnya Persija. Dengan dukungan dana paling top di Indonesia, toh Persija gagal juara di berbagai event. ’’Pendekatan manusiawi tak kalah pentingnya dari bonus dan segala macamnya,’’ kata Indah kala mengiringi Persebaya di penyisihan grup Piala Gubernur di Batu tempo hari (2006).

Bagaimana pengurus menghargai pemain, dan sebaliknya para pemain pun wajib menghormati pengurus dan kaum pendukungnya. Kalau dibayar tinggi, maka dedikasi, latihan, dan kerja mereka juga harus tinggi. Contohlah Syamsul Arifin dan Mustaqim ketika mereka masih membela Persebaya. Mereka selalu menambah porsi latihan ekstra, di luar yang diberikan pelatih, demi high product itu tadi. Mereka terkenal, tapi tetap rendah hati.

Kami yakin seyakin-yakinnya, jika elemen moral itu telah mendarah daging di tubuh Mursyid Effendi dkk. maka target kembali ke divisi utama tidaklah sulit. Apalagi Pelatih Kepala Freddy Mulli dan stafnya all out mencurahkan seluruh kemampuan dan ilmunya untuk arek-arek. Insya Allah. *

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda