Pameran REBORN di Pendhapa Art Space 28 Mei – 12 Juni 2016

Bukti Alumni yang Tak Hilang Jati Diri

TIDAK INGKAR: Salah satu karya yang dipamerkan dalam REBORN di Pendhapa Art Space, RIngroad Selatan, Yogya.

COWASJP.COM – DARI Titik Nol semuanya bermula. Mereka lantas mengembara. Mewarnai cakrawala dunia seni rupa. Kali ini mereka kembali pulang, mengabarkan “pencarian” jati diri yang telah dicapai. Untuk menegaskan kembali kelahirannya. Sehingga mereka pun bagaikan terlahir kembali. REBORN.

Titik Nol itu adalah Yogya. Titik nol itu adalah SSRI/SMSR (Sekolah Seni Rupa Indonesia/Sekolah Menengah Seni Rupa). Dari Titik Nol ini mereka menyebar menjadi “noktah besar” penanda perkembangan seni rupa. Mereka menjadi tokoh seni rupa Indonesia. Lihat saja Dede Eri Supria, Harris Purnomo, Hanafi, Lucia Hartini, Dunadi, Yusof "Gajah" (Malaysia), Jo Cowtree (USA), Ito Joyoatmojo (Switzerland), Dodog Soeseno (Belanda), dan seniman kondang saat ini yaitu Nasirun.

BACA : Pameran Sapien Free di OHD Museum

Adanya olah seni Sanggar Bambu di Yogyakarta dan Pasar Seni Ancol di Jakarta tidak luput pula dari peran seniman/perupa alumni SSRI/SMSR Yogyakarta.

Kini mereka bersama teman-teman lain (25 seniman) kembali ke Titik Nol dan menggelar pameran REBORN. Mereka memaknai Reborn sebagai jati diri selaku seniman/perupa yang sedang pulang ke kota kelahirannya dengan membawa berita bahwa kami dapat hidup dan berkarya di mana pun kami berada.

‘’Pameran ini sebagai bentuk ungkapan kebahagian yang patut disampaikan bahwa kami terlahir dari Titik Nol yang sama (SSRI/SMSR Yogyakarta), tetapi kekaryaan kami tidak hanya berkutat di kota kelahirannya. Justru karya kami selain diterima di kota kelahiran juga mengembara menemani cakrawala menembus waktu dan ruang rupa,’’ ujar Ketua Pameran Warli Haryana kepada cowasjp.com.

Ditambahkan, bukan tanpa ada alasan hirarki ini, sebab dari titik nol yang sama yaitu SSRI/SMSR Yogyakarta mereka berawal, kemudian berproses mengepakkan sayap sesuai hati nurani dan lingkungan untuk berkarya, kemudian membentuk pribadi yang berbeda-beda tetapi tetap tidak meninggalkan kekaryaannya. Seperti ada yang menjadi TNI, akademisi, praktisi, seniman, budayawan dan seterusnya. Ini sebuah proses panjang yang tidak mungkin dilupakan.

Tujuan pameran ini, lanjut Warli, ditandai dengan kelahiran semangat baru, terjadinya kolaborasi di antara perupa pendahulu dan generasi sekarang baik di tingkat nasional dan internasional dalam rangka pergerakan kemajuan karya rupa yang dapat membangun sebuah citra bangsa. ‘’Sehingga pada ranah pameran bertajuk "REBORN" ini intinya kami tidak ingin terkungkung dan diam dalam menandai kepekaan terhadap lingkungan, perkembangan dan pergeseran nilai budaya modern saat ini. Kami tidak menjadi mandeg tetapi senantiasa mencurahkan kegelisahan melalui ide gagas rupa dan karya,’’ tegas Warli.

Lebih tepatnya, tajuk "REBORN" ini dapat dimaknai sebagai pergerakan perupa yang "Tidak Ingkar". Yaitu komunitas masyarakat seni yang tidak ingkar dan tidak meninggalkan kodratinya sebagai manusia hidup yang terlahir sebagai seniman/perupa untuk selalu berkarya dan berbudaya dalam menyikapi kemajuan dan perkembangan zaman. Mereka tak hilang jati dirinya. Tak lupa almamaternya. Kacang yang tidak lupa pada kulitnya.

Terbukti, di sela waktu yang ada mereka juga ke kampus SMSR Yogyakarta untuk mengadakan workshop karya/sosialisasi dengan para guru dan siswa di SMSR Yogyakarta. Mantap kan?

Lalu siapa saja yang ikut dalam International Art Exhibition "REBORN" yang diselenggarakan oleh IKASSRI Jawa Barat dan didukung Pendhapa Art Space Yogyakarta ini? Pameran ini diikuti oleh 25 seniman/perupa dari 5 (lima) negara yaitu Indonesia (Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Kalimantan Timur), Malaysia, Amerika Serikat (NYC-USA), Switzerland (Zurich) dan Belanda.

Ke-24 peserta merupakan lulusan SSRI/SMSR Yogyakarta. Hanya satu peserta yang bukan lulusan SSRI Yogyakarta, yaitu Sonic Bad, seorang ikon seniman grafiti "street artist" dari Amerika Serikat. Namun partisipasinya justru membuat pameran ini menjadi lebih menarik karena karya seni grafiti yang akan disuguhkannya mampu menambahkan warna tersendiri. Selain grafiti, karya yang dipamerkan dalam perhelatan ini sebagian besar merupakan karya seni lukis, dan ada beberapa karya seni patung, dan karya lukisan "hybrid" dalam arti kata gabungan antara manual dan digital.

Sekitar 113 karya tersebut memilki ciri khas tersendiri berdasarkan penalaran dan rasa estetis-nya dalam mengungkapkan sebuah ekspresi jiwa sesuai dengan pemahaman budaya di mana para perupa tinggal. Karya-karya yang dipamerkan cukup kompleks, begitupun tema yang diangkat seperti falsafah dan budaya nasional yaitu wayang, nuansa alam, figuratif, isu-isu sensitif saat ini seperti trafficking manusia, kemudian perkawinan sejenis (LGBT), dan seterusnya.

Pameran International Art Exhibition "REBORN" dikuratori oleh Suwarno Wisetrotomo, yang juga alumnus SSRI Yogyakarta, kemudian Claire Thibaud Piton seorang kurator dari Perancis dan Danuh Tyas Pradipta seorang asisten dosen seni rupa di ITB.

Pameran ini dibuka secara resmi oleh Rektor ISI Yogyakarta Prof. Dr. Agus Burhan, M.Hum. dan didampingi Drs. Dunadi (Ketua Umum IKASSRI, seorang seniman patung alumni SSRI/SMSR Yogyakarta), Kamis, 28 Mei 2016, pukul 19.30 WIB. Pameran dibuka untuk umum mulai tanggal 29 Mei hingga 12 Juni 2016, pukul 10.00 – 22.00 WIB. (erwan w)

 

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda