O l e h: Roso Daras

Puti Guntur dan Tangisan Marhaen

COWASJP.COMJIKA sejumlah anggota DPR RI lebih suka “liburan” ke luar negeri saat reses, maka tidak demikian halnya dengan Puti Guntur Soekarno. Cucu Bung Besar ini, justru memanfaatkan masa reses untuk “pulang kampung” ke basis massa pendukungnya.

Seperti yang dia lakukan belum lama ini, saat ia memanfaatkan waktu reses untuk mengunjungi Tatar Galuh bersama Komunitas Tani Puspa Seruni di Desa Margaluyu, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis. Anggota Komisi X DPR RI dari partai banteng-moncong-putih itu berbaur dengan masyarakat petani. Massa Marhaen sesungguhnya.

Apa yang dilakukannya di Ciamis, barangkali sudah banyak media memberitakan. Yang luput dari sorotan media adalah tentang kebiasaan Puti saat menikmati reses bersama rakyat. Seperti, kebiasaan Puti sebelum sampai di Posko Ciamis, dia sudah meminta dipesankan tape goreng, untuk kudapan bersama kopi atau teh sesampai di sana.

foto-roso-satuUKus0.jpg

Penulis berfoto bersama dengan Puti Guntur Soekarno​ (kiri). (Foto: Roso Daras/CoWasJP.com)

Ada kebiasaan Puti lainnya, yakni mampir di bakul surabi di sekitar Pangandaran. Bahkan pernah suatu kali, ia spontan membaur ke warga desa dan mengajak ngaliwet bareng, kemudian masuk ke dapur warga dan membuat sambal terasi. Ibu-ibu yang tanggap, langsung menyiapkan lalapan.

Sebagian lain, menyiapkan menu ikan asin. Sejumlah bapak-bapaknya juga spontan mengunduh beberapa butir kelapa muda. “Ya, itu sungguh luar biasa.... Momen-momen yang selalu saya rindukan,” ujar Puti Guntur sambil tersenyum manis.

Sebagai anggota dewan dari Dapil Jabar X (Ciamis, Kuningan, Pangandaran, dan Kota Banjar), Puti Guntur pun selalu menjadi sosok yang dinanti kehadirannya di sana. Bukan saja ibu-ibu dan remaja, tetapi juga kaum sepuh. “Ingatan warga di sana akan sosok Eyang Karno begitu kental. Saya sering kewalahan meladeni ajakan diskusi mereka seputar masa-masa kepemimpinan eyang,” katanya.

foto-roso-duaU13mQ.jpg

Puti Guntur Soekarno​ (depan kiri) bersama rombongan. (Foto: Roso Daras/CoWasJP.com)

Puti teringat ketika suatu saat tertambat di daerah Ciniru, Kabupaten Kuningan. Seorang veteran pejuang ’45 begitu antusias berdiskusi seputar Bung Karno. “Ya, dia bercerita tentang kehadiran Bung Karno menyemangati Kesatuan Perjuangan Rakyat Murba (KPRM) yang diorganisir tokoh pemuda bernama Sukarni dan Chaerul Saleh. Saya pun larut ketika menatap para pejuang itu meneteskan air mata,” tutur putri Guntur Soekarnoputra itu.

Setiap reses, Puti ibarat me-refresh tentang banyak hal. Tentang misi perjuangan sebagai wakil rakyat. Tentang sejarah. Tentang banyak hal yang membuatnya lebih bersemangat ketika kembali memasuki masa-masa persidangan di Senayan.

Apa yang dilakukan Puti Guntur Soekarno bersama Komunitas Tani Puspa Seruni yang dibinanya, adalah bagian dari pelaksanaan program Mari Sejahterakan Petani (MSP).  Puti mengajak para petani percaya diri menggunakan bibit lokal terutama bibit padi MSP dipadu dengan pola bertani yang mengedepankan kultur petani dan organik. Memperjuangkan Marhaen bagi Puti termasuk memperjuangkan tani sebagai unsur terbanyak kaum Marhaen. 

foto-roso-tigafFts.jpg

Puti Guntur Soekarno​ (baju merah) berfoto bersama siswa dan siwi. (Foto: Roso Daras/CoWasJP.com)

Selain kunjungan di beberapa komunitas warga, sekolah dan nelayan di Pangandaran, Puti juga menerima public hearing dari beberapa mahasiswa dan DPC GMNI Ciamis di Poskonya. Ya, sosok Puti akhirnya memilih jalur “sepi ing pamrih, rame ing gawe”. ***

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda