Uneg-Uneg Mantan Karyawan Jawa Pos (9)

Mata Rantai Perjuangan TPHK Jawa Pos

Zainul Hanafi, mantan karyawan percetakan Jawa Pos (penulis). (FOTO: Dok. Zainul Hanafi)

COWASJP.COMSalam hangat. Semangat, sehat sejahtera selalu. Kibarkan Bendera Yayasan Pena Jepe Sejahtera (YPJS).

***

PENGAKUAN oleh Dahlan Iskan tentang SAHAM 20% JP Holding milik karyawan  

tercantum dalam surat pernyataannya kepada kuasa hukum Tim 9 atau Tim Pejuang Hak Karyawan (TPHK) Jawa Pos. Juga tertuang dalam Akta Perdamaian nomor 125/ 2022/ PN.Surabaya yang diputuskan tanggal 9 Mei 2022.

Fundamen perjuangan rekan rekan Relawan menagih Saham 20% Jawa Pos Holding sudah tertancapkan di lubuk hati paling dalam. Saya salah seorang dari relawan tersebut. 

Dengan membawa bendera Yayasan Pena Jepe Sejahtera sebagai wadah yang sah atas saham tersebut, para Relawan pantang menyerah. Perjuangan ini jadi semakin menggembirakan dan membanggakan, karena terkait sesuatu yang hak. Meninggalkan yang batil. Jauh dari kepentingan diri sendiri. Perjuangan ini untuk kemanfaatan orang banyak. Artinya ini suatu perbuatan yang sangat baik, mulia serta luhur.

Menirukan ucapan Pak Zam: 

Pertama, kita mengingatkan kepada para pemegang saham JP Holding, utamanya  Pak Dahlan dan Bu Wenny. Bahwa dengan mengembalikan hak karyawan berupa saham 20℅ Jawa Pos berarti menyelamatkan mereka dari kedholiman. Mengapa? Karena kita ini amat sayang dan cinta kepada mereka. 

Sekian puluh tahun umur kita ini berjuang bersama mereka, mendapat nafkah rizki dari Allah bersama mereka. Coba  bayangkan, hampir siang malam bersama, mulai Jawa Pos dicetak sebanyak satu becak sampai puluhan kendaraan boks engkel / dobel. Pasarnya mulai dari Surabaya saja sampai se Indonesia. Ayo akal sehat mana yang  bisa memungkiri kedekatan hubungan emosional kita. Lahir bathin... wis talah

Kedua, dulur dulur ya, lanjut Pak Zam, berjuang merebut hak nya itu jihad. Menegakkan yang hak. Membasmi kebatilan itu jihad. Apa gak mulia. Saya pastikan ini sangat mulia, dan saya pastikan hak kita ini diakui oleh hukum negara berdasarkan fakta fakta di atas. 

Ketiga, saham 20% ini nilai materinya sangat besar. Karena nilai materi yang sangat besar itulah kita berjuang mengingatkan para pemegang saham agar segera mengembalikan hak kita. Sehingga menambah tingkat kemanfaatannya kepada orang banyak yang berhak. 

mibar.jpgMbak Minar dan para mantan karyawan percetakan Jawa Pos saat berkunjung ke lantai 4 Graha Pena Surabaya. (Dok. Relawan)

Lha inilah perjuangan kita. Menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai porsinya. "Apa masih diragukan kemuliaannya," lanjut Pak Zam. 

Walaupun ini perjuangan mulia yang seharusnya kita laksanakan dalam waktu dan tempo yang sesingkat - singkatnya, namun lawan kita adalah saudara kita sendiri. Sabar ya. Kita ingatkan dengan halus sehalus halusnya, dengan akhlakul karimah, kata Pak Zam.

Wis talah Lur kita harus yakin saham itu akan kembali ke pangkuan Yayasan Karyawan, yaitu Yayasan Pena Jepe Sejahtera. Dengan pertimbangan

begini. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu pemegang saham JP Hoding itu orang orang Hebat. Sudah pada sepuh, mapan secara sosial ekonomi, matang dalam pemikiran segala hal, mantab dalam beragama, apalagi Pak Dahlan itu orang hebat sangat jenius. Artinya tahu persis mana yang menjadi hak dirinya dan hak orang lain, sesuai porsi masing-masing. 

Tahu persis apa yang harus dilakukan. Juga sangat tahu persis hukum Tuhan, apalagi hukum pengadilan. Yang utama dalam pemikiran beliau - beliau itu bagaimana bisa selamat dunia wal akherat. Itu aja, tutup Pak Zam .

"Top markotop, jos gandos," gumam saya sambil monggat  manggut, lirak - lirik ke sesama teman alumni percetakan.

Kami pada awalnya gak tahu secara jelas. Pokok ikut dengan satu tekad: Pokoknya cair !!! Ndilalah kersane Gusti Alloh, Pak Zam menyakinkan seperti itu. Biyuuuuh paasss buangeet. 

Dengan penjelasan itu seakan ada tambahan bekal informasi yang otentik, ditambah kondisi BU cepat, he he he ... 

minar1.jpgMbak Minar dan mantan karyawan percetakan Jawa Pos di kediaman Pak Dahlan. Diterima Bu Dahlan (duduk no 4 dari kiri) dengan baik. (FOTO: Dok. Relawan)

Kalau begitu kita harus ikut menjadi MATA RANTAI PERJUANGAN ini!!! 

GAK BAHAYA TA? Kata saya dalam batin. Lantas tersenyum sembari mengacungkan dua jempol saya di depan wajah Warisan (teman sesama mantan percetakan). Dia berdiri berjajar dengan teman lainnya: Sugiono, Robik, Tulus, Imron Suryadi, M Sholeh, M Arifin, Miqdad dan lain-lain. 

"BU CPT, CAIR  CAIR !!" teriak Warisan. CAIR - CAIR - CAIR  sahut rekan rekan lainnya.

Saya sendiri juga punya pemikiran bahwa beliau  beliau, baik para pemegang saham khususnya Pak Dahlan  maupun orang orang yang ada di YPJS itu akal sehatnya luar biasa. Pemikiran dan strategi dalam mengembangkan Jawa Pos dulu sudah teruji diakui dunia, apalagi sekelas saya untuk menilai Beliau  Beliau itu.

Seiring dengan kemajuan zaman, perkembangan teknologi, era digitalisasi, era online, apalah namanya tingkat kompetisi usaha semakin tinggi. Kondisi global tidak bisa diajak kompromi, sebagian besar dunia usaha lagi sambat berjamaah. Tidak luput tiras koran Jawa Pos yang jadi core business pun menurun. Sangat mungkin hasil penjualan koran maupun iklannya juga merosot. Ditambah lagi kondisi internal Jawa Pos, para penguasanya lagi berebut kekuasaan, saling telikung, cari kesalahan, saling tuntut untuk menjatuhkan.

*

JANGAN LUPAKAN SEJARAH!

Ingatlah, kita tempo dulu berjuang bersama membesarkan Koran Jawa Pos sampai sukses. Korannya beranak pinak se Indonesia. Menjadi tambang dolar, dan mampu membangun pabrik kertas, percetakan di banyak kota, jaringan TV, banyak Graha Pena, punya ribuan hektar tanah, dan entah apa lagi. 

Tapi sekarang ini, baik para pemegang saham, dan alumni karyawan JP di bawah naungan YPJS sama-sama dalam kondisi susah. Tapi susahnya beda. Bagi para pemilik saham susahnya dalam pengembangan usaha. Bagi para alumni karyawan Jawa Pos susahnya dalam kehidupan ekonomi mereka. 

Dalam kondisi seperti ini harusnya ada tali jalinan kasih sayang di antara semua pihak. Bukan sebaliknya saling benci, memaki, apalagi sakit hati sampai mati. Nauzdu billahi min dzaalik. 

Pak Dahlan aja menyembuhkan dan mengganti hatinya di luar negeri. Lucu pol dan dosa besar bila ada niatan membenci, memaki, sakit hati sampai terbawa mati. 

Mohon segera kembali ke jalan yang penuh kasih sayang sampai mati. Insya Allah khusnul khotimah.

Persatuan, kesatuan, perdamaian, cinta, kasih sayang dengan mempererat tali silaturrolhim akan mendatangkan rahmat Allah SWT. 

Dari uneg uneg saya di atas, saya sangat berharap Bapak/Ibu para pemegang saham JP Holding (Bapak Gunawan Mohamad, Bapak Fikri Jufri, Bapak Harjoko Trisnadi, Bapak Likman Setiawan, Bapak Dahlan Iskan, Ibu Dorothea Samola, Theodora, Ibu Ratna Dewi Wonoatmojo atau Bu Wenny) tersentuh dan tergerak hatinya. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sudah sepuh, terpandang, terhormat, terkenal. Apalagi ditunjang dengan kondisi sosial ekonomi yang sangat berlimpah. Apa lagi yang mengganjal Bapak Ibu tidak merealisasikan pengembalian hak karyawan, yaitu saham 20% JP. 

Kami semua terlanjur ditaqdirkan menjadi orang orang penghantar suksesnya Jawa Pos. Yang andil memperbesar pundi pundi Bapak Ibu Para Pemegang Saham.

Kami semua sudah terlanjur ditaqdirkan menjadi Mata Rantai dalam lingkaran JP Holding, yang seharusnya sama sama mempunyai hak mutlak sesuai porsi masing masing. Sesuai keputusan RUPS yang tunduk terhadap Peraturan Menteri Penerangan saat itu.

Apakah Bapak/ 

Ibu terus kekeuh menahan saham 20℅ hak kami? Saya sangat berharap akhir hayat Bapak/Ibu berakhir khusnul khotimah. Aamiin.

Saya dan teman teman tidak akan berhenti untuk selalu berkunjung bersilaturakhim, untuk berkomunikasi terkait hak kami. Dan selalu akan berjuang serta mengkampanyekan ke semua orang, baik lewat kunjungan maupun tulisan, dan sekali kali akan menghiasi Gedung Graha Pena, dan jalan jalan di Surabaya dengan kaos bertuliskan: KEMBALIKAN SAHAM 20% JP MILIK KAMI. Sampai saham kembali diserahkan kepada kami.

YANG TAHU PERSIS, WENNY

Kami sudah konfirmasi ke Pak Dahlan. "Betul saham karyawan 20℅ itu ada. Ceritanya puannjang," kata Pak Dahlan saat kami bersilaturakhim ke rumah Beliau di Sakura Regency. 

"Terus terkait dengan YPJS dan perjuangannya, menurut Bapak bagaimana?" tanya saya. 

"Saya mendukung sepenuhnya perjuangan YPJS, walaupun saya termasuk salah satu dari pemegang saham yang dituntut itu. Tapi mewujudkan tuntutan itu tidak mudah," jawab Pak Dahlan. 

"Lho katanya Bapak segera mengembalikan saham 2% yang ada di Bapak kepada Yayasan. Toh YPJS itu dibentuk atas amanat RUPS kepada Bapak. Artinya Bapak lah yang bertanggung jawab atas berdirinya Yayasan ini serta kembalinya saham 20% milik karyawan itu," lanjut saya. 

"Tidak semudah itu, karena kaitannya dengan pemegang saham yang lain. Saham 20% milik karyawan ini dihibahkan ke saya, artinya ini milik saya ... ya kan. Tetapi saya tidak pernah mengambil devidennya sama sekali," ujar Pak Dahlan. 

Perbincangan ini berlangsung dalam suasana sangat nyantai. Kami mendapat sambutan dan jamuan yang begitu baiknya dari Pak Dahlan dan Bu Dahlan. Kami masih sempat guyonan ketawa ngakak, di antara kami.

Pak Dahlan melanjutkan: "Saya merasa itu bukan hak saya. Kalau diceritakan ya memang panjang. YANG TAHU PERSIS SAHAM KARYAWAN ITU YA WENNY (Ratna Dewi Wonoatmojo). Tapi saya ndak tahu apa yang dimaui Wenny itu, tahu tahu saya mempunyai kesalahan bla bla bla. Begitu saya minta dikonfirmasi bareng bareng tidak datang, apa yang dia mau ... ini terkait saya dan hak karyawan." Begitulah keluh Pak Dahlan sambil  menerawang jauh ke belakang.

Dari Kunjungan ke Pak Dahlan ini kami bisa ambil kesimpulan lebih mantab lagi, bahwa saham 20% milik karyawan itu ada betul. BUKAN HOAKS. 

Memang untuk mendapatkan butuh perjuangan dan doa.

Kalau terkait berjuang, wooo ...  itu wajib bagi kita. Memang hidup itu harus berjuang dalam kebaikan. Berbuat kebaikan itu ibadah. 

Setiap perjuangan tidak akan sia sia. Yang sia sia adalah yang tidak berjuang dan yang putus asa dalam berjuang. (*) 

Penulis: Zainul Hanafi, Mantan Karyawan Percetakan Jawa Pos.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda