Selingkuh Lalu Cekik Mati di Depok

Pelaku pembunuhan sesama sopir ojol berinisial AS merupakan selingkuhan korban LH. (FOTO: Dok. Istimewa - kumparan.com)

COWASJP.COMMayat wanita dalam karung di Kali Wika, Bogor, adalah LH (41) sopir Ojol, ibu 4 anak. Pembunuhnya pria AS (29) sopir Ojol, bapak seorang anak. Polisi mengatakan, mereka pasangan selingkuh.

***

SELINGKUH, risikonya bukan hanya perceraian, tapi juga pembunuhan. Mungkin risiko memacu adrenalin, membuat orang penasaran.

Konstruksi kejadian. Kapolres Bogor, AKBP Iman Imanuddin kepada pers, Rabu, 21 Desember 2022 menceritakan begini:

Jumat, 16 Desember 2022 pukul 13.00 wanita pemilik warung pinggir Kali Wika, Kampung Dedep, Desa Tlajung Udik, Gunung Putri, Bogor, melihat seonggok karung di pinggir kali, tak jauh dari warungnya. Dia lalu lapor ke suami.

Si suami turun ke lereng kali, mendekati karung. Itu karung beras besar. Dikerubuti lalat. Karung dikorek batang bambu. Menyembul kaki manusia. Ia lapor ke RT setempat. Pak RT datang melihat, lalu lapor polisi.

Tim polisi tiba di TKP, membuka karung, isinya mayat wanita. Mengenakan celana panjang hitam, kaos biru, pakaian dalam merah. Mayat dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. 

Sabtu, 17 Desember 2022 identitas mayat diketahui, LH. Ibu empat anak, sopir Ojol, tinggal di Cilodong, Depok. Dia membantu mencari nafkah, karena sang suami kerja serabutan.

Polisi menyelidik. Akhirnya, sopir Ojol pria inisial AS dicurigai keras. AS tinggal sendiri di rumah kontrakan di Depok. Isteri dan seorang anaknya tinggal di Indramayu, Jabar. Saat rumah kontrakan AS didatangi polisi, kosong.

Polisi memeriksa tiga saksi. Juga memeriksa rekaman CCTV di sekitar rumah kontrakan AS, yang diduga sebagai TKP pembunuhan.

Selasa, 20 Desember 2022 sore polisi menangkap AS di Indramayu. Dalam interogasi polisi disertai bukti-bukti, AS mengakui membunuh LH. Ia mengakui, sudah dua tahun selingkuh dengan LH.

Pembunuhan terjadi Rabu, 14 Desember 2022 di rumah kontrakan AS. Dengan cara cekikan.

Kapolres Bogor AKBP Iman: "Korban juga disetubuhi AS dengan imbalan uang Rp 300 ribu. Setelah itu korban dicekik sampai mati."

Selingkuh dan zina jadi bahan berita media massa sehari-hari. Sampai masyarakat bosan. Mulai dari kasus zina di perkara Ferdy Sambo yang kini proses sidang, sampai sopir Ojol ini. 

Banyaknya peristiwa selingkuh di masyarakat Indonesia yang terkenal agamis ini, menggalaukan. Baik yang belum selingkuh, terutama yang sedang proses selingkuh. Galau, karena ngeri. Sering berakhir dengan pembunuhan.

Esther Perel dalam bukunya, "The State of Affairs: Rethinking Infidelity" (Harper, 2017) menggambarkan jelas, pelaku selingkuh.

Pasutri yang kondisi pernikahan berantakan, lalu di antara mereka, atau keduanya, selingkuh, sudah biasa. Tapi, banyak juga pasutri yang pernikahan mereka baik-baik saja, selingkuh juga.

Perel (64) psikoterapis yang buka praktik di negara bagian Columbia, AS. Dia bepengalaman menangani pasien selingkuh, atau yang minta nasihat pernikahan. Perel mengungkap problem salah satu pasien yang dirahasiakan identitasnya.

bunuh1.jpgSeonggok karung berisi mayat perempuan inisial LH di pinggir Kali Wika, Gunung Putri, Kabupaten Bogor. (FOTO: Istimewa - sindonews.com)

Pasutri Colin dan Prita. Usia mereka setengah baya. Kondisi ekonomi kelas menengah Amerika. Mereka punya seorang puteri yang tumbuh remaja. Kehidupan pernikahan mereka baik. Harmonis. 

Tapi Prita berselingkuh dengan pria sopir truk bertato. Asmara selingkuh mereka membara. Colin tidak tahu dikhianati isteri.

Sampai, Prita datang ke tempat praktik Esther Perel. Karena Prita bingung, ingin stop selingkuh, tapi kesulitan. Dia takut ketahuan suami.

Perel menggambarkan ucapan Prita saat datang ke Perel, begini: 

“Colin dan saya punya hubungan yang luar biasa. Anak cantik, hebat, tidak ada tekanan finansial. Karir kami baik, teman-teman yang hebat. Colin fenomenal di tempat kerja, sangat tampan, bugar, dan murah hati kepada semua orang, termasuk orang tua saya. Hidupku baik -baik saja.” 

Dilanjut Prita kepada Perel: "Tapi sekarang saya dalam hubungan (selingkuh) dengan pria sopir truk bertato. Rasanya seperti bertualang semasa remaja dulu. Tapi sekarang saya kesulitan berhenti."

Sekilas profil Prita membuat Perel kaget. Tapi, Perel sudah sering terkaget-kaget dengan pasien seperti itu dalam praktiknya.

Dalam interview Perel-Prita, Perel menjelaskan lebih dalam suasana hati Prita:

Prita membanggakan manfaat kehidupan perkawinan. Colin adalah segalanya yang selalu dia impikan dalam diri seorang suami. Colin orang  konvensional dalam hal perselingkuhan. 

Prita memiliki semua yang dibutuhkan isteri di rumah. Dia seharusnya tidak punya alasan untuk main-main dengan pria lain. Kini Prita terjebak permainan sendiri, dalam hubungan yang serba salah.

Sekilas, Prita mengungkap bahwa ia melihat puterinya yang remaja. Bergaul berpacaran dengan teman pria. Prita mengaku, ada rasa iri, dan mengenang masa remaja Prita yang diasuh ortu secara puritan. Sehingga ketika menemukan selingkuhan, Prita merasa 'hidup'.

Konsultasi Perel-Prita dalam beberapa kali pertemuan. Akhirnya, Perel menyimpulkan, Prita merasa senang bertualang. Meski dia sadar kondisi pernikahan dengan Colin baik-baik saja.

Perel memberi tiga pilihan kepada Prita: 
1) Bercerai baik-baik. 
2) Tetap berselingkuh sembunyi-sembunyi, dengan risiko suatu saat bakal terjadi sesuatu yang tragis. Bisa fatal. 
3) Stop selingkuh sekarang juga.

Setelah beberapa hari, Prita memilih nomor tiga. Walau prosesnya ternyata tidak gampang. Tapi, terapis Perel sudah biasa menangani beginian, membantu proses putus selingkuh, tanpa risiko membahayakan pasien.

Dari pasien itu Perel menyimpulkan, semua pasutri harus ikhlas merelakan kepergian masa remaja yang indah. Karena, nostalgia masa SMA itu jika dikenang terus, bakal menimbulkan keinginan bertualang seperti Prita.

"Waktu bergerak, manusia tumbuh. Dari anak jadi remaja, lalu dewasa, kemudian menua. Kita harus ikhlas menerima, dan bersyukur atas keadaan ini. Dibandingkan dengan robot manusia yang tidak pernah tua, manusia bakal bosan seumpama jadi robot," nasihat Perel.

Kasus di Bogor beda dengan kisah Prita. Keluarga Prita kelas menengah Amerika. Di Bogor warga kelas bawah di sini.

Kapolres Bogor, AKBP Iman mengatakan tentang motif pembunuhan itu. Barang bukti yang disita dari tersangka, antara lain, motor, HP, uang milik korban.

AKBP Iman: "Sebelum membunuh, tersangka bersetubuh dengan korban. Lalu tersangka mencekik korban sampai mati. Motifnya mencuri harta korban, karena tersangka ingin pulang ke Indramayu tidak punya ongkos."

Ngglethek, gak prono. Tersangka AS selingkuhi LH, berat di ongkos mudik. Kalau begini tak perlu dianalisis tinggi-tinggi. Ini asli perampokan. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda