Laporan Okky dari Portugal (1)

Agen Relokasi Portugal Nggapleki! Cari Sendiri Malah Dapat Apartemen Keren

Vila Bicuda, Cascais - Lisbon tempat tinggal transit sebelum Apartemen siap.(FOTO: Okky Putri Prastuti)

COWASJP.COMInilah tulisan perdana Okky Putri Prastuti dari bumi Portugal. Setelah Sang suami: Fariz Hidayat, dipindahtugaskan oleh Philip Morris International (PMI) dari Lausanne, Swiss ke Lisbon, Portugal.

***

Sebelum bercerita tentang kepindahan kami dari Swiss ke Portugal, saya perlu menjelaskan mengapa Papi Fariz harus lebih cepat pindahnya? 

Menurut manajemen Philip Morris International, bidang keahlian Papi Fariz -- begitu saya biasa menyebut suami saya -- sangat dibutuhkan di Philip Morris Portugal. 

Apa gerangan? Yaitu bidang Leaf Processing Department yang memegang area Europe and Africa. Bidang keahlian memroses daun tembakau. Yang terbilang langka. 

Nah, bagaimana cerita kepindahan kami ke Portugal, inilah dia:

Kamis pagi, tanggal 24 Maret 2022, hari terakhir kami tinggal di Lausanne. Jam 08.00 CET (Central European Time) kami sudah bersiap-siap dengan seluruh barang bawaan. 

Pesawat dijadwalkan take-off jam 11.00 CET, sedangkan jemputan kantor datang jam 09.00 CET. Kami membawa 4 koper, 1 rice cooker, 2 tas ransel, dan 2 tas tenteng. Masih lumayan banyak untuk stok perbekalan selama 1 bulan pertama. 

BACA JUGA: Baru Sembilan Bulan di Swiss, Kami Harus Pindah Tugas ke Portugal

Kontainer kami dari Swiss ke Lisbon diprediksi membutuhkan waktu 1 bulan hingga sampai di tempat tinggal kami. Total hampir 400 kg barang bawaan di kontainer. Detik-detik sebelum meninggalkan apartemen, saya pun sempat meneteskan air mata. Apartemen di Avenue de Cour 51 yang berisi banyak kenangan. Terutama untuk Zygmund yang saat tiba pertama kali masih bayi belajar merangkak hingga berlarian kesana kemari dengan gesit. 

Malam sebelum keberangkatan, saya pun tidak bisa tidur nyenyak. Kepikiran terkait kapasitas koper yang sepertinya overload. Takut mengulangi kesalahan saat berangkat ke Lausanne dulu yang harus membuang sekitar 15 kg di Bandara Juanda Surabaya. 

Sudah mempersiapkan kira-kira apa yang sekiranya bisa dibuang kalau kejadian tersebut terulang lagi. Hehehe. 

Proses check-in di Geneva Airport cukup memakan waktu lama. Pengecekan tiket, paspor, visa kerja, kartu residen Swiss, dan surat ijin masuk ke Portugal. Bagasi ternyata lagi-lagi berlebih dari jatah masing-masing penumpang. Tapi tidak perlu dibuang, cukup menambah biaya sebesar 60 Euro. 1 Euro = Rp. 15.600. Total bagasi kami sekitar 120 kg. DoubleZ tidak rewel saat persiapan masuk pesawat. Barulah setengah perjalanan Zygmund rewel karena tidak melihat Papinya. 

berangkat.jpgBersiap masuk pesawat di Bandara Geneva. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Papi Fariz mendapatkan kursi yang jaraknya sangat jauh dari kami bertiga.

Alhamdulillah kami telah tiba dengan selamat di Lisbon Airport atau Portela Airport. Dari bandara dilanjut menempuh perjalanan ke Villa Bicuda, Cascais – Lisbon dengan mobil selama 1 jam. Setiap karyawan Philip Morris yang pindah ke Portugal pasti akan diberikan tempat tinggal sementara di sini. .

DoubleZ serasa liburan di hotel selama 1 bulan. Fasilitas vila juga sangat lengkap, ada kolam renang, playground, supermarket, toko roti, salon, dan laundry. Kamar vila yang kami dapat sangat luas, terdiri dari 3 kamar tidur, 3 kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, mesin cuci, balkon, dan teras belakang.

Tradisi di Jawa biasanya kalau pindahan ada acara syukuran tumpengan nasi kuning. Kami pun juga sama. Menu makan malam hari pertama di Cascais – Lisbon yaitu nasi kuning, abon, dan telur asin. Semuanya bawa dari Lausanne. 

Semoga pindahan di negara baru ini diberikan keberkahan dan kelancaran untuk keluarga kami. Amin. 

Setelah itu kami harus segera beli nomor HP Portugal, untuk aktivasi internet. Nomor hp kami Swiss sudah dinon-aktifkan oleh kantor. Tetapi untuk di villa sudah tersedia fasilitas wifi. Selisih waktu di Lisbon lebih lambat 1 jam dari Swiss. 

Kami juga sempat mengalami jetlag, belum terlalu malam sudah mengantuk, sedangkan bangun terlalu pagi. Alhasil jadwal mengajar kuliah online di Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) Gresik, Jawa Timur juga lebih pagi. 

AGEN RELOKASI DI PORTUGAL NGGAPLEKI

Dalam 1 bulan ini kami tidak boleh terlalu santai. Kami harus menemukan apartemen untuk ditinggali selama beberapa tahun kedepan dan juga sekolah untuk Zirco. 

Sebenarnya dari kantor sudah ada agen yang mengurusi ini, tapi entah kenapa progresnya sangat lambat. Arek Suroboyo bilang, agen relokasi di Portugal nggapleki! Elek koyok gaplek! Buruk kinerjanya. Malas, tak berusaha apapun. 

Kami sebenarnya juga sudah memberikan rekomendasi sekolah sejak Januari lalu. Tapi ternyata Zirco belum didaftarkan sama sekali. 

Beberapa list apartemen juga sudah diberikan, tapi ternyata belum ada action sama sekali. Gemas, emosi, heran, stress, kok bisa yaa si agen relokasinya begitu? 

Pelayanannya sangat jauh berbeda dengan agen relokasi di Swiss. Adooh wis karo Swiss. 

Akhirnya kami putuskan untuk mencari sendiri! Abaikan saja sang agen – sebut saja Patricia.

berangkat.jpg1.jpgOkky Putri Prastuti (penulis) dengan kedua putranya: DoubleZ (Zirco dan Zygmund) nyaman di pesawat. (FOTO: Fariz Hidayat)

Kami menelpon ke beberapa sekolah Internasional. Ternyata sudah beberapa full booked dan tutup pendaftaran. Kami berencana memasukkan Zirco ke sekolah Internasional. Dengan harapan proses adaptasi di sekolah baru bisa lebih cepat daripada masuk Public School dengan Bahasa Portugis. 

Sekolah Internasional yang harganya cukup terjangkau sekitar 6000-8000 Euro = Rp91.500.000 - Rp122.000.000 per tahun ternyata juga sudah full. Hanya tersisa sekolah yang kisaran biayanya mencapai 10.000-13.000 Euro per tahun. 

Hari demi hari kegiatan kami adalah visit apartemen. Menghubungi pemilik apartemen secara pribadi tanpa bantuan Patricia. Aplikasi Idealista sangat membantu dalam pencarian apartemen incaran yang ramah di kantong. 

Bulan Maret – April adalah puncak banyaknya pendatang (penduduk Ukraina). Salah satu support negara di Eropa untuk perang Rusia – Ukraina adalah memberikan kemudahan untuk akses masuk dan mencari tempat tinggal. 

Baru pagi hari sang pemilik apartemen mengupload di Idealista, segera kami hubungi, beberapa jam kemudian sudah dapat informasi kalau sudah laku. Secepat itu guys!!!

Singkat cerita kami sudah mengunjungi 10 apartemen selama 3 minggu. Dari sepuluh tersebut ada yang sudah menarik di hati, dari segi harga, lokasi, kebersihan, dan fasilitas. Karena untuk jangka lama maka kami harus mencari yang benar-benar family friendly

Ada yang hanya bagus di foto saja, ada yang gedungnya sangat tua, daerah sepi, ada yang tidak tersedia heater gedung, tidak punya tempat parkir mobil, harga terlalu mahal, hingga kami tidak terpilih karena tidak bisa berbahasa portugis. 

Pengalaman pertama di Portugal buat kami sungguh berkesan.

boyogan5.jpgSaat tiba di Lisbon - Portugal. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Akhirnya kami menemukan apartemen ke-11. Pagi hari iseng cari di market place Facebook. Hanya tertulis di area Cascais dan fotonya pun sedikit. Langsung saya kontak dan janjian di sore hari. Ternyata oh ternyata apartemennya sangat bagus, luas, family friendly dan pemiliknya ramah. Saya dan suami langsung Say Yes! dan mengirimkan proposal penawaran. Meskipun kami harus membeli tempat tidur dan sofa karena di sana belum tersedia. 

Malam itu juga pemilik apartemen menyetujui dan akan membuat draf surat kontrak. Bahagia sekali kami rasanya, di tengah-tengah keputus-asaan ternyata mendapat rezeki tak terduga dari Allah. 

Namun tidak disangka, keesokan harinya kami mendapatkan jadwal visit apartemen lagi. Meskipun sudah dapat, tapi kami tetap berangkat karena berusaha menghormati pemilik apartemen yang sudah menyempatkan membuat janji. Masya Allah, kali ini apartemennya lebih nyaman, luasnya hingga 200 meter persegi, sudah full furnished, kami tinggal datang bawa koper saja, tidak perlu membeli perabotan. 

Hati mulai gundah memilih yang mana. Berhubung sifat dasar manusia adalah egois. Maka kami putuskan untuk memilih yang ini dan membatalkan apartemen yang kemarin. Toh belum tanda tangan kontrak. Kami egois demi kebaikan dan kenyamanan keluarga kecil kami selama beberapa tahun ke depan. 

Alhamdulillah kekhawatiran kami tidak mendapatkan apartemen dan sekolah akhirnya terjawab sudah. Tiga minggu kami berjuang untuk mendapatkan tempat tinggal yang nyaman. Bulan Ramadhan tahun ini memberikan keberkahan sekaligus ujian. Alhamdulillah. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda