Rasakan Perubahan Bandara Soekarno-Hatta

Foto dan ilustrator: Cowasjp/gedhebuk

COWASJP.COM – ockquote>

C a t a t a n: Arif Afandi

--------------------------------

ADA yang terasa aneh saat memasuki area ruang tunggu Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta (SHIA) Jakarta. Koridor pintu boardingnya terasa lapang dan nyaman. Antrean panjang yang selalu mewarnai koridor itu menjadi tidak ada. Ornamennya tambah indah. Jalan menuju ruang tunggu menjadi lega. Suasana crowded di koridor dengan dua eskalator datar itu menjadi tiada.

Ada yang berubah?. Itulah yang saya rasakan ketika mau terbang ke Jogjakarta dengan Garuda setelah dua hari di Jakarta, malam ini. Saya memang sudah agak lama tak menjamah salah satu bandara tersibuk di dunia ini. Mungkin lebih dari dua bulan lamanya. Belakangan, saya lebih suka hilir mudik Surabaya-Jakarta melalui bandara Halim Perdana Kusuma.

Mengapa? Karena lebih dekat dengan tempat kegiatan saya di Jakarta. Dari Halim ke pusat kota Jakarta hanya butuh waktu 30 menit. Kalau dari Cengkareng perlu sejam. Apalagi kalau harus berjibaku dengan kemacetan. Semua penerbangan menuju Halim berangkat dari Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya (eh di Sidoarjo). Itu berarti lebih dekat dengan rumah di Kutisari. Lewat SIER Rungkut, masuk tol Juanda hanya butuh 15 menit saja.

Lalu apa yang berubah dari Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta yang juga dikenal dengan sebutan Bandara Cengkareng ini? Sederhana. Manajemen Angkasa Pura 2 hanya memindahkan alat pemeriksaan penumpang di masing-masing gate boarding. Tidak di koridor utama menuju ruang tunggu. Jadi, sekarang ada 7 X-Ray di tujuh gate terminal penerbangan domestik Garuda ini. 

Sebelumnya hanya ada dua X-Ray, kanan dan kiri koridor utama menuju gate ruang tunggu. Tempat pemeriksaan penumpang itu diletakkan setelah eskalator pertama. Di koridor utama itu emmang ada dua ekalator. Dan di sepanjang eskalator kedua masih dipasang kursi untuk para penumpang yang masih enggan masuk ke ruang tunggu. Akibatnya, koridor utama menuju ruang tunggu itu menjadi terasa sesak dan blangkrah (ndak teratur).

Belum lagi dengan suasana antrean panjang penumpang yang menjalani pemeriksaan. Tidak jarang separo koridor utama itu tampak semrawut tak karuan. Belum lagi ada banyak kios pedagang kanan dan kiri. Bayangkan! Calon penumpang dengan tujuh ruang tunggu di saat padat jadwal penerbangan. Masing2 ruang tunggu memuat calon penumpang dua pesawat. Itu artinya ada tumpukan penumpang 14 pesawat. Belum lagi pesawat yang tidak kebagian garbarata. 

Kericuhan itu makin terasa dengan semakin ketatnya pemeriksaan. Selain setiap penumpang harus menunjukkan kartu identitas (KTP atau SIM), semua penumpang harus melepas semua berbahan logam. Semuanya harus dideteksi X-Ray. Semua itu makin menambah tumpukan antrean penumpang si titik pemeriksaan. Sungguh selalu menjengkelkan ketika dulu hanya ada dua titik pemeriksaan. Sungguh tidak bikin nyaman.

Kini, semua sumber kesemrawutan dan ketidaknyamanan penumpang itu sudah diurai. Semua itu hanya dengan perubahan kecil. Terpikir dalam hati, kenapa hal seperti ini tidak dilakukan sejak dulu. Padahal, sudah banyak contoh manajamen pemeriksaan dan pengelolaan bandara seperti yang sekarang ini di luar negeri. Di Changi Singapura, di Hongkong, Incheon Korea, maupun di Dubai dan sejumlah bandara hebat di dunia.

Sejak kapan perubahan itu terjadi. "Sejak dua bulan lalu Pak," jawab perempuan petugas pemeriksaan dengan ramah.

Merasakan kenyamanan baru di Bandara Cengakareng, saya pun tak tahan untuk memberi apresiasi. Sebelum boarding, saya kirim pesan lewat Whatsapp Direktur Utama Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi. "Wow, ternyata saya sdh dua bulan gak naik Garuda. Baru sadar manajemen pemeriksaan penumpang barubah. Tidak menumpuk di depan. Makin nyaman di terminal 2 F. Ciamik sorro. Sedikit pembenahan, terasa besar perubahannya. Bravo Bos! Selamat," tulis saya.

BKS --panggilan akrab kawan saya yang juga Ketua Harian PP Kagama-- ini langsung merespon cepat. Seperti setiap kali dia merespon beberapa complain saya atas kekurangnyamanan bandara Cengkareng saat dia baru menjabat sebagai bos besar di sana. "Siaaaappppp. Nuwun, Ndan!," jawabnya. 

Dia telah melakukan perubahan kecil di bandara yang dikelolanya. Namun, dampaknya terasa luar biasa. Sungguh, saya makin bangga dengan Indonesia!

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda