Yawan Shuuu
Maka mulai besok, jadwal Whoosh diperbanyak.
SelengkapnyaIklim usaha pun bisa memasuki el nino. Padahal tanpa el nino itu pun ekspansi usaha sudah praktis berhenti.
SelengkapnyaBetul, 155Lbs masih belum berat ideal buat saya, tapi sudah termasuk normal untuk pria seusia dan setinggi saya.
SelengkapnyaRumah petani. Di pedalaman. Naik kereta 14 jam dari Beijing.
SelengkapnyaSaat itu, di lantai 2 kampus itu, dipakai untuk Fakultas Tarbiyah. Ada satu mahasiswi di lantai 2 itu: Rosidah. Kenal. Lengket di hati. Rosidah itulah yang kini jadi istrinya.
Selengkapnya''Kenapa nama Anda Eighty?'' tanya saya. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda Indo di wajahnyi.
SelengkapnyaLima tahun lalu saya naik kereta jenis ini. Dari Xinjiang. Ke Ganshu. Gerbongnya juga berkamar-kamar. Tidur sepanjang hari. Sepanjang malam.
SelengkapnyaTapi itu bukan luka politik. Sembuhnya cepat. Apalagi pakai obat. Bahkan luka di bibir saya pun ikut sembuh: kena gigit.
SelengkapnyaDulu, ketika masih ada penerbangan Nanhang (China Southern) Surabaya-Guangzhou, saya selalu pilih itu: Surabaya-Guangzhou-Tianjin. Berangkat pagi, tiba sore.
Selengkapnya