Gus Karno
HIDUPNYA untuk Bung Karno –sepenuh-penuhnya. Itulah salah satu teman terkarib saya di Bali: Gus Marhaen
SelengkapnyaHIDUPNYA untuk Bung Karno –sepenuh-penuhnya. Itulah salah satu teman terkarib saya di Bali: Gus Marhaen
SelengkapnyaSaya mesong –melayat dalam bahasa daerah Hokkian– kemarin. Kantornya hanya sepelemparan batu dari kantor saya: dulu, di Jalan Kembang Jepun –pecinannya Surabaya.
SelengkapnyaSAMPAI hari ini saya belum juga hafal nama ibu kota baru Myanmar. Padahal itu sudah tidak baru lagi. Sudah 15 tahun pindah dari Yangon ke situ.
SelengkapnyaINI bukan gunung kembar, tapi diberi nama Olat Maras –artinya: bukit kebahagiaan, dalam bahasa Sumbawa.
SelengkapnyaSAYA terlambat tahu: Ny Ciputra ternyata sudah meninggal dunia. Berarti, hanya tiga tahun setelah sang suami mendahuluinyi.
SelengkapnyaINI tentang teman terbaik saya di Bali. Yang sebulan terakhir dua kali ke rumah saya di Surabaya.
SelengkapnyaTEMANYA ringan. Saya pun oke. Kalau pengajian itu membahas fikih, hadis, tafsir, atau tauhid, saya pasti menolak: belum kelas saya jadi ustad.
SelengkapnyaDI HARI ke-9, kemarin, jantung babi itu masih seperti penyanyi rock. Prof Bartley Griffith yang mengatakan itu.
SelengkapnyaPRESIDEN melarang ekspor batu bara –tepatnya sebenarnya oleh dirjen Minerba. Menteri membolehkannya –seminggu kemudian.
Selengkapnya