Sang Begawan Media

Tiga Periode

Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem. (FOTO: (KOMPAS.COM/MEI LEANDHA ROSYANTI)

COWASJP.COM – PIDATO lama itu beredar lagi: videonya. Di situ Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memuji Presiden Jokowi setinggi plafon. Lalu menyebut soal perlunya masa jabatan periode ketiga bagi Presiden Jokowi.

Belakangan memang kian banyak yang membahas periode ketiga itu. Yang secara konstitusi tidak mungkin: maksimum dua periode.

Tapi konstitusi itu bikinan manusia. Sepanjang manusianya mau, konstitusinya bisa disesuaikan dengan kemauan.

Apakah memang ada jalan ke sana?

Tentu ada. Mudah sekali. Yang penting DPR dan MPR setuju. Anda pun sudah tahu: adakah yang tidak disetujui DPR belakangan ini? Usulan yang belum matang pun sudah disetujui –apalagi yang siap saji.

"Tapi soal periode ketiga ini beda. Lebih sensitif. Lebih sulit". 

Itu kan Anda yang bilang begitu. 

Bagi yang biasa mengatur DPR, itu sama sekali tidak sulit. Ada caranya. Langsung jitu. 

Bayangkan: siapa yang tidak setuju kalau usulan periode ketiga itu dibuat seperti martabak istimewa –pakai tiga telur.

Misalnya begini: "Khusus kali ini, presiden diperbolehkan menjabat tiga periode. Demikian juga anggota DPR dan DPD. Masa jabatan mereka diperpanjang satu periode. Pun para kepala daerah: gubernur, bupati, wali kota. Demikian juga anggota DPRD provinsi dan anggota DPRD kabupaten/kota. Semua ikut diperpanjang".

Dengan pokok-pokok usulan seperti itu rasanya sulit mencari anggota DPR yang tidak setuju. Demikian juga anggota DPD. Para gubernur pun akan gegap gempita mendukung: kalau perlu sanggup mengerahkan semua elemen masyarakat untuk seolah-olah ikut setuju. Partai-partai akan ditekan oleh kader-kader mereka: untuk ikut setuju.

Selesai. Rukun. Damai. Tenang. Aman sentosa. Sampai tahun 2029.

Toh pandemi sejenis ini hanya akan terulang 100 tahun lagi –kalau siklus pandemi masa lalu masih berlaku.

Mungkin DPD yang masih ingin nego: kami setuju saja asal kami diberi bonus: kekuasaan tambahan. Supaya DPD tidak menjadi lembaga formalitas. Kan terlalu banyak pekerjaan DPR. Bisa dibagi-bagi ke DPD –20 persennya pun jadi.

Itu juga bisa diatur. Mumpung pimpinan DPR/DPD dan MPR adalah orang-orang yang tidak sulit diatur.

Masalahnya tinggal ini: siapa yang berani pertama mengusulkan. Rasanya DPR tidak berani. DPD? Mungkin berani –kalau dilihat dari watak ketuanya: La Nyalla Mattalitti. Ketua MPR? Mungkin juga berani: Bambang Soesatyo itu. Ia seorang pembalap mobil. Setidaknya kolektor mobil dan motor mewah. Waktu jadi wartawan ia juga pemberani.

Pemerintah? Rasanya tidak berani –secara resmi. Tapi saya lihat sendiri: beberapa tokoh di pemerintahan tidak akan menolak kalau ditugaskan untuk itu. Apalagi kalau ada jaminan portofolio kementeriannya tetap di tangannya.

Asosiasi gubernur? Mungkin sangat berani. Apalagi kalau ketuanya masih Gubernur Kaltim Irsan Noor. Ia tokoh yang apa saja tidak takut. Ngomong salah pun berani.

Asosiasi bupati dan wali kota? Kemungkinan besar juga berani. Setidaknya sehari setelah asosiasi gubernur mengajukan usul itu. Terlalu banyak gubernur dan bupati/wali kota yang diam-diam sewot sekarang ini: masa jabatan mereka dipaksa habis tahun depan. Pun bagi yang baru menjabat 3 tahun. Ibarat Desa Wadas, udangnya belum datang batunya sudah dibagi habis.

Intinya: soal periode ketiga itu bukan soal bisa atau tidak bisa. Mau atau tidak mau. Melanggar atau tidak melanggar.

Persoalannya tinggal satu: siapa yang akan secara resmi mengusulkan. Segera. Lalu siapa saja yang ditugaskan mendukung usulan itu. Siapa pula yang menggiringnya menjadi rancangan amandemen kelima UUD 1945. Soal kajian akademis, gelagatnya, akan banyak universitas yang menanti order.

Dan biaya keseluruhan itu tidak akan sebesar biaya pemilu legislatif, Pilpres, dan Pilkada. Mungkin hanya seperlimanya. DPR dan DPD kali ini tidak perlu disogok: mereka sudah langsung kamsia-kamsia. Praktis hanya perlu biaya kajian akademik itu saja.

Para gubernur dan bupati/wali kota pasti tidak keberatan membiayai pengerahan dukungan dari bawah. Yang bisa membuat kesan seolah-olah rakyat sudah 100 persen setuju. 

Bagaimana dengan lembaga demokrasi dan mahasiswa?

Sudah berkali-kali dites: bukan penghalang yang tangguh.

Bagaimana dengan pers sebagai pilar keempat demokrasi? Yang ini, bahkan, sering ada pertanyaan: apakah pers masih ada?

Lalu bagaimana dengan saya?

Saya ini sudah berumur 70 tahun. Segera 71. Sudah lebih asyik senam dansa. Juga sudah dikunci mati sejak lima tahun lalu.

Tinggal bagaimana Anda? (*)

Penulis: DAHLAN ISKAN, Sang Begawan Media.

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Komentar Pilihan Disway

Edisi 17/2: Pelawak Presiden

Sadewa

PELAWAK = Dibayar untuk membuat penonton tertawa. PRESIDEN = Dibayar untuk membuat sutradara tertawa.

Komentator Spesialis

Best quote hari ini : "Hiduplah seperti minyak goreng. Ketika direndahkan harga dirinya, dia memilih untuk menghilang".

Denik 

Mbak Ukraina ini memang genit sebagai janda yg bukan kembang setelah cerai dr ussr. pingin masuk kalangan sosialita, ternyata tdk mudah jadi anggota grup sosialita. banyak syarat dan ketentuan berlaku. pertama dan utama harus tajir melintir, yang pura pura tajir. akan dipandang sebelah mata.

Zainal Arifin

Pelawak presiden. Presiden pelawak? Janji=guyon? Katakan yg tak benar, kalau itu mendukung kuasa mu? Berdusta untuk berkuasa? Terpaksa berdusta untuk berkuasa? Janji untuk mainan, kapan serius nya? Berlindung dibalik dusta? Dusta bukan dosa? Presiden mendidik rakyat untuk berdusta? Perlu ada lomba dusta?

Botol Cuil

Dan disepakatilah oleh Biden dengan mengumumkan hasil intel amrik bahwa penyerbuan rusia ke ukraina adl rabu 16 feb kemarin...  dan emang benar saja begitu hari penyerbuan itu datang sebagian besar pasukan rusia ditarik mundur dengan diumumkan bahwa barat telah dikalahkan dengan tanpa satu butir peluru pun ditembakkan...  maka resmilah kemarin itu joe biden menjadi presiden pelawak sejajar dengan presiden ukraina itu

Wong Kito Galo

dalam kisah perang baratayudha, gampang saja kita memilah dan memilih siapa yang jahat dan yang baik, tergambar di kubu kurawa yg mayoritas terisi angkara murka kecuali bisma dan karna yg terikat oleh janjinya dan mungkin jg ada yang lain anda lebih tahu, sedang di pandawa mayoritas ksatria penjunjung tinggi kebenaran kecuali yang tidak. Tapi perang sekarang susah sekali membedakan mana kurawa dan mana pandawa, karena di barisan kurawa mungkin banyak pandawanya dan di barisan pandawa juga mungkin banyak kurawanya. pasti abah lebih tahu

Yadi Diego Diego

Presiden Ukraina keturunan Yahudi itu berusaha keras untuk menjadi "barat". Rela menjadi pemicu ketegangan, yang ujung-ujungnya jadi marketing senjata bagi AS. Padahal dulu era Uni Sovyet, Ukraina bisa dikatakan anak kesayangan. Banyak pemimpin-pemimpin Sovyet asalnya dari Ukraina.

Juve Zhang

Pipa Nord stream 2 adalah buah karya kanselir Gerhard schroeder dan Putin. Keduanya merupakan sahabat abadi, sampai GS di dapuk jadi Chairman proyek NS2 juga Chairman di Rosneft, perusahaan BUMN minyak Rusia, yg akan bangun kilang Tuban. GS bilang PD2 menyebabkan ayahnya mati juga kakak Putin mati, mereka senasib akibat buruk PD2 dan ingin menyatukan Jerman dan Rusia. Sebuah niat mulia.

Toni

Pengerahan pasukan Rusia utk menakuti Ukraina sama persis yg dilakukan pak Dahlan yg sedang mengerahkan orang2 dekatnya untuk pura-pura menggugat pak Dahlan agar bisa kembali menguasai Jawa Pos. Sama-sama perebutan kekuasaan.  Kalau Rusia dengan strategi perang,  pak Dahlan dan para penggugatnya pakai strategi rekayasa gugatan.  Cantiiik nian awak punya permainan. 

Macca Madinah

Yah, pokoknya di cabang Freestyle Skeeing Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 tadi malam, Ukraina diwakili Oleksandr Abramenko bisa unggul tipis dapat perak dibandingkan Rusia yang diwakili Maxim Burov. Pemenangnya? Cina, diwakili Qi Guangpu dengan perbedaan skor menyolok dibandingkan kedua kompatriotnya. 

N. Ikawidjaja

Sense of humor. Budaya humor, budaya ramah membentuk budaya kreatif. Sense of humor, budaya ramah kita sudah mulai menurun sejak paska reformasi dengan UU Pemilu sistem proposional penuh membentuk budaya baru, budaya anti humor. Hadir budaya transaksional, budaya "quid pro quo", budaya "tit for tat", apalagi menjelang 2024.  Jadi rindu ada Srimulat: hil..hil..yang mustahal...

Ngabalin

Zelenskyy banyak lupanya. Janji mau merebut Crimea. Tapi diingkari. Janji menurunkan harga gas, juga diingkari. Sama dengan Pak Dahlan, Katanya move on dari jawa pos. tapi mau menggugat jawa pos.  Katanya sudah tidak ingat sama jawa pos, tapi masih terima gaji tiap bulan dari jawa pos. Katanya bukan lagi bagian dari jawa pos, tapi masih jadi pemegang sahamnya jawa pos. Kadang ketika seseorang menulis, secara tidak sadar sebenarnya sedang becermin. menulis diri sendiri jadi ingat pepatah Rusia: Lozh eto sprint, a pravda maravon (kebohongan bisa berlari cepat, tapi kebenaran hanya bisa berlari maraton).

CuNur Yani

Demikian juga kalau presidennya koboy, pas jedar jeder tembak sana tembak sini. Pasti ngeles; "ini sedang akting".

Disway Reader

Saridin# Pak Dahlan, saya ingin berterimakasih. Kemarin saya terjatuh dari atap, karena tangga yang saya injak rapuh. Di bawah, 2 anak saya yang masih balita sedang bermain di kolam portable. 1 anak laki-laki yang awalnya ikut di atap, menunggu di bawah tangga. Pada injakan pertama, saya sdh tidak sadar dan ingat ketika sudah di bawah. Sesak. Kesulitan bernapas. Di saat itulah, ingatan pertama langsung ke Abah saat di Madinah dan kesulitan bernapas. Caranya adalah dengan mendongakkan kepala agar bisa bernafas. Terima kasih Abah, atas pengalaman yang dibagikan. Itu membantu saya di saat emergency. Saat ini masih terbaring tapi Eman kalau tak baca Disway

Aat

Saya pengen ke Rusia, katanya di sana banyak perempuan jomblo.

*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda