Agar Tidak Liar, Badan Pemain Kuda Lumping Diikat

Kelompok kuda lumping Satriyo Podo Rukun dari Dusun Sukorejo, Desa Lemaran Kulon, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. (Foto: LibertyIndonesia for CoWasJP)

COWASJP.COMKELOMPOK kuda lumping Satriyo Podo Rukun dari Dusun Sukorejo, Desa Lemaran Kulon, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi (Jawa Timur) Jumat siang ini (30/6) memamerkan kebolehannya di kampung halamannya sendiri.

Acara tersebut dilaksanakan sebagai rasa syukur atas  kebesaran Allah yang telah memberi kemakmuran Desa Lemaran Kulon, hingga Hari Raya Idul Fitri 2017 ini.

Grup yang dipimpin oleh Satrio Wijaya dan Sariyono itu membawa lengkap 40 orang personelnya. “Kalau ada personel baru, kami perlu melatihnya lebih dulu. Minimal selama 3 bulan untuk mengenali dunia kuda lumping,” kata Sariyono.

Aris mengaku hanya butuh waktu 10 menit untuk berdandan dengan bedak merek Diva. “Alhamdulillah, sampai sekarang saya tak pernah mengalami alergi atau kerusakan kulit muka,” komentar pemuda 25 tahun itu.

Satriyo Podo Rukun dibentuk sejak 1 Januari 1996. Hampir seluruh personelnya adalah remaja Desa Lemaran Kulon. Bertindak selaku pembinanya adalah A. Sunyoto, Lurah Lemaran Kulon.

“Kesenian kuda lumping harus dilestarikan,” alasan Sunyoto, tentang kiprahnya membina Satriyo Podo Rukun.

Agar tidak bergerak sangat liar saat kesurupan, badan pemain kuda lumping terpaksa diikat dengan tali tampar. Sebagai tumbal bagi danyang alas purwo, dukun grup Satriyo Podo Rukun menyiapkan ayam kampung.  (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda