Pengalaman Empiris Seorang Kader (2-Habis)

Pelantikan DPD PD Kepri dan AHY

COWASJP.COMMONUMEN Relief Antam, Kijang, Pulau Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), Minggu pagi 23 April 2017. Hari teramat ceria, ditingkah matahari memamerkan terik panasnya. Di atas panggung Monumen Relief belum ada pergerakan apa pun. Hanya suara Sekjen DPP Partai Demokrat DR Hinca Panjaitan, terdengar menggelegar memandu prosesi Pelantikan Pengurus DPD Kepri, Bumi 1796 Pulau ini. 

Sekilas seperti tak ada tanda-tanda istimewa. Layaknya prosesi formal pelantikan kepengurusan parpol, ada lagu Indonesia Raya. Lalu dilanjut Hymne Partai Demokrat dan ditutup Mars Partai Demokrat.

BACA JUGA: Dan Para Kader pun Bertangisan...

Saat nama-nama kepengurusan baru DPD Kepulauan Riau Partai Demokrat dibacakan Wakil Sekjen DPP PD Andi Timo Pangerang, satu persatu mereka menaiki panggung. Dimulai Ketua Apri Sujadi, Sekretaris Husnizar Hood, dan seratusan sosok-sosok di kepengurusan baru DPD Kepri Periode 2017-2022. 

Kader-kader pengurus yang dilantik berucap lantang mengikuti kata demi kata ikrar yang dipimpin Ketua Apri. Janji pengabdian penuh kepada rakyat Kepri melalui kesungguhan kinerja partai. Janji hadir dan senantiasa memberikan solusi bagi persoalan-persoalan rakyat. Panji Partai Demokrat dikibarkan tinggi-tinggi dan para kader pengurus baru bakal senantiasa aktif menemui rakyat di pintu-pintu rumah.  Hanya dengan cara militan begini PD berharap memenangkan hati rakyat. Utamanya di Kepri yang berpopulasi 2 juta jiwa.

Di tengah kepercayaan rakyat  pada semua parpol Indonesia tergerus dan makin menipis, harus ada upaya ekstra yang tekun dan sungguh-sungguh. Mari rebut kembali hati rakyat, demikian spirit tinggi yang digas Duet Maut Apri-Husnizar di bumi Bunda Tanah Melayu lima tahun kedepan. 

Sekira 25 ribu massa tumpah-ruah menyaksikan prosesi hikmat pelantikan kepengurusan baru DPD PD di Bumi Segantang Lada ini. Mereka menjadi saksi atas segala ikrar dan janji politik  Apri-Husnizar bersama ratusan kader pengurus DPD Kepri. 

Jam menunjukkan angka 10, terik matahari mulai menyengat panas. Massa yang datang dari pelosok-pelosok, lelaki, perempuan, tua, muda membaur menyemut di depan lapangan luas Monumen Relief. Seakan tidak peduli panas matahari, peluh meleleh dari kepala, dahi dan sekujur badan. Massa seperti bersetia menanti peristiwa apa lagi yang bakal muncul  di atas panggung besar. Satu pun belum ada yang beringsut dari posisi berdiri massa.

Dari atas panggung Sekjen Hinca menggeber mikropon. Suaranya terdengar makin menggelora. Sosok yang juga tokoh sepakbola nasional dan tokoh pers nasional ini bertanya kepada 25 ribu massa yang hadir plus seratusan awak media cetak, elektronik, online serta jurnalisme warga dan pegiat medsos di Bumi Tanah Melayu ini.

"Pelantikan DPD Kepri ini sungguh istimewa. Karena dihadiri langsung oleh figur istimewa juga. Tahukah Bapak-Ibu dan Saudara sekalian siapakah yang saya maksud? "teriak Hinca, dalam nada tanya.

Sekejap suasana menjadi hening. Tak ada tanda massa menyiapkan jawaban.  Semua mata menjurus ke Hinca, seolah menanti jawaban.

Tak mau berlama-lama, Hinca menyebutkan tamu istimewa tersebut sesungguhnya pemimpin muda yang kelak Insya Allah jadi Nakhoda Bangsa. Seperti mendapat clue, mulai terdengar bisik-bisik dan teriakan kecil, menyebut "Agus" dan "AHY". 

"Ya! Dia adalah Agus Harimurti Yudhoyono!"pekik Hinca, memanjangkan pengucapan nama akhir sosok sensasional itu, layaknya gaya ring announcer tinju dunia, Michael Buffer.

Massa merespon dengan suara bergemuruh. Wajah mereka sumringah, bagaikan saat-saat mau bertemu dengan orang yang dicintai dan dirindukan. Ada juga merespon senang dengan tepuk tangan.  Mereka mulai meneriakkan kencang-kencang nama Agus. Putera Pak SBY, ujar beberapa orang.

Namun AHY yang dipanggil tidak serta-merta menunjukkan dirinya. Hinca menolehkan kepalanya ke belakang panggung, ke kiri dan ke kanan. Matanya mencari-cari. Mata rombongan DPP dan para pengurus baru DPD mengikuti Hinca. Tapi AHY tak juga muncul. 

Ternyata AHY menyeruak dari tengah massa, di sudut kerumunan belakang lapangan. Epik sekali. Agus atau AHY muncul sendirian tanpa pengawalan. Ia disalami massa. Ada juga yang mencoba menggamit lengannya. Tangan-tangan mengacungkan tinggi-tinggi gadget memburu sosok AHY. Mata mereka seolah enggan berkedip, terpesona. Dari atas panggung, itu sungguh view indah dan menarik. Mereka yang menyalami itu sekaligus juga mengarak AHY menuju panggung. Wow! Itu simbolisasi kemunculan Agus dari tengah rakyat dan diusung sendirian oleh rakyat. Dia didaulat untuk menyiapkan diri melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa di masa mendatang. Alamiah. Natural. Apa adanya. 

Sungguh bukan kepalang, Sekjen?

"Ah, aku pun tak tahu kalau dia muncul dari depan sana. Kupikir pun AHY ada di belakang panggung, makanya kutengok-tengok ke belakang tadi kan, "kata Sekjen Hinca, dengan aksen Kisaran yang kental, menjawabku di atas panggung juga.

Memang tak ada yang menyangka Agus muncul dari tengah kerumunan massa. Seperti juga momen kemunculan AHY di Pilgub DKI lalu, alamiah tanpa rekayasa. Agus yang kala itu tengah memimpin pasukannya berlatih di Australia mendadak harus kembali ke Tanah Air untuk menjawab permintaan para Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat. Entah angin apa, keempat parpol tersebut sepakat meminta Agus diusung di percaturan Pilgub DKI Deja vu!

Di depan lapangan Monumen Relief Antam, sorak-sorai 25 ribu massa mengelu-elukan AHY. Anak-anak muda histeris bangga dan acungkan tangan terkepal ke udara. Gadis-gadis dan kaum ibu tiada henti memanggil namanya. Di tengah ribuan kerumunan massa itu, semua ambil kesempatan selfie dan foto-foto. Seperti bukan mereka yang tadi mengipas-ngipas koran ke wajah. Panas terik yang menyengat seolah lenyap digantikan sosok teduh dan sejuk AHY. 

Kepri tidak mengira kedatangan AHY di hadapan mereka justeru dari tengah lapangan dan di tengah terik membara matahari. Wajah mereka berbinar puas. Dari atas panggung AHY menyapa dan berbalas kata dengan publik. AHY pun tanpa canggung berulang kali turun dan menyalami massa yang riang gembira di sisi-sisi depan dan kiri-kanan panggung. 

Penulis sempat membayangkan AHY akan Stage Dive, meloncat terbang ke kerumunan massa. Gaya Agus yang kerap aksi Stage Dive itu  sempat heboh dan hits di Pilgub Jakarta. Tapi budaya massa di DKI mungkin belum tentu sama dengan daerah-daerah. Mungkin karena soal itu, pikir penulis. (*)

*Penulis adalah wartawan, ex Wakil Ketua Komisi I DPR-RI (2014); Wakil Sekjen DPP PD (2015-); Sedang mengambil program doktor Ilmu Komunikasi Unpad, Bandung.

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda