Prediksi Wong Cilik pada 2023

Tidak Ada Jalan Macet Lagi di Surabaya

Foto: istimewas

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Slamet Oerip Prihadi

-----------------------------------------

INI hitungan orang awam atau wong cilik. Tapi didasari data resmi dari lembaga berwenang.  Pada 2023, berarti 7 tahun tahun lagi, Surabaya “bebas macet!” Mimpi kale? (kata arek-arek baru gede zaman sekarang).

Nggak mimpi koq. Sebab yang terjadi nanti bukan jalan macet lagi, tapi jalan ditimbuni  1.000 kendaraan aneka macam per 1,66 kilometer. Mulai dari sepeda motor, mobil penumpang, mobil pribadi, sampai bus. Gak iso obah babar blas. Penuh sesak! Ini batas tergawat daya tampung jalanan di Surabaya.. Kendaraan tidak punya ruang gerak lagi. 

Saat itu, mungkin traffic light tak berfungsi lagi, dan Polisi Lalu Lintas tidak tahu lagi, apa yang harus diperbuat?

Apalagi pertambahan jumlah kendaraan di Surabaya mencapai 17.000 unit lebih per bulan! Mulai sepeda motor, kendaraan penumpang, sampai kendaraan pribadi. Belum lagi serbuan tambahan kendaraan dari Sidoarjo, Krian, dan Gresik yang masuk Surabaya dari pintu gerbang selatan dan utara. Pernahkah kita iseng dan coba membayangkannya?

Tragedi Brexit 3 Juli lalu adalah peringatan dini (early warning).

Sangat mungkin tak hanya Surabaya. Kota-kota besar lain di Jatim juga. Terutama Kota Malang yang sudah menunjukkan gejala kuat macet total. Kota-kota besar Pulau Jawa lainnya pun akan mengalami hal serupa. Soal waktu saja. Inilah bencana yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah manusia Indonesia.  Dan, belum ada langkah antisipasi signifikannya.

Mungkin ada yang berkomentar, jangan terlalu risau. Bukankah Tokyo , London, Beijing dan kota dunia lainnya tidak pernah macet total berhari-hari? Padahal jumlah kendaraannya jauh lebih banyak. Tapi padankah membandingkan fasilitas dan infrastruktur Surabaya dan Malang dengan Tokyo, London dan Beijing misalnya?

Bacalah berita Surabayanews.co.id, Sabtu 7 Februari 2015, judulnya:  “Rasio Pertumbuhan Kendaraan Dan Jalan Di Jatim Tidak Seimbang.“

Laju pertumbuhan kendaraan bermotor di Surabaya yang relatif tinggi ternyata tidak didukung oleh pertambahan ruas jalan. Dari data BPS, laju pertumbuhan jumlah mobil di tahun 2013 jumlahnya mencapai 7,13 %. Sedangkan sepeda motor mencapai 10,64 % per tahun atau mencapai kisaran 1 juta mobil dan sepeda motor terjual di Jatim tiap tahunnya.

“Jumlah tersebut sangat tidak seimbang jika di banding dengan pembangunan jalan baru dan pelebaran jalan yang angkanya masih di bawah 1 persen,” terang Satriyo Wibowo, Kabid Statistik Distribusi BPS.

Data BPS juga menyebut selama 5 tahun terakhir ini rasio perbandingan jumlah kendaraan dan panjang jalan terus mengalami penurunan. “Tahun 2009 rasionya adalah dari sepanjag 4.04 kilo meter jalan di isi oleh 1000 kendaraan,” paparnya.

Namun di akhir tahun 2013, rasio tersebut justru terus menunjukan penurunan. “Saat ini rasionya tercatat adalah dari panjang jalan 3,36 kilo meter, di isi oleh 1000 kendaraan. Inilah yang mengakibatkan jumlah kecelakaan dan kenyamanan transportasi jalan di Jawa Timur masih sangat rendah,” katanya. 

KESIMPULAN:

Jalan macet menjadi pemandangan sehari-hari. Dan akan makin macet, dan makin macet. Bakal terjadi timbunan kendaraan di jalan-jalan. Tidak ada ruang gerak sama sekali!

Marilah kita hitung secara awam-awaman.

Data 2009 sampai 2013 = selisih 4 tahun 

PENURUNAN RASIO 

2009  4,04 km diisi 1.000 kendaraan

2013  3,36 km diisi 1.000 kendaraan

Berkurang 680 meter dalam 4 tahun.

Berarti 10 tahun lagi, kalau tidak ada perubahan, berkurang  = 10/4 x 680 meter = 1.700 meter.

Jadi, 10 tahun lagi: 

2023 = 3,360 meter – 1.700 meter = sisa 1660 meter diisi 1.000 kendaraan.

Jalan 1.660 meter dijejali 1.000 kendaraan.

Padahal 1.000 kendaraan kalau rata-rata panjangnya 2 meter per unit,

panjang mepet 2.000 meter. Berarti penuh sesak. Pol galak gapol. 

TIAP BULAN TAMBAH 17.000 KENDARAAN

Ini berita Jawa Pos.com, 1 Desember 2014, pukul 04:50 WIB. Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya menambah jalan baru dan memperlebar jalan yang sudah ada. Beberapa sungai diberi box culvert untuk dijadikan jalan.  

Dengan berbagai langkah tersebut, seharusnya jalanan di Surabaya menjadi longgar. Tetapi, kenyataannya sebaliknya, semakin hari justru kian sesak dan macet.

Hal itu dipicu pesatnya pertambahan jumlah kendaraan di Kota Pahlawan. Jumlah kendaraan meningkat sangat tajam dan tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan.

Betapa tidak, setiap bulan pertambahan kendaraan di Surabaya selalu di atas 17 ribu. Rata-rata, setiap bulan sepeda motor di Surabaya bertambah 13.441. ’’Sementara itu, kendaraan roda empat atau lebih setiap bulan rata-rata bertambah 4.042,’’ ungkap Kasatlantas Polrestabes Surabaya AKBP Raydian Kokrosono (30 November 2014).

Jika ditotal, setiap bulan rata-rata kendaraan di Surabaya bertambah 17.483. Padahal, setiap bulan atau bahkan setiap tahun, di Surabaya belum tentu bertambah jalan baru. Karena itu, wajar kalau jalan-jalan di Surabaya setiap hari macet. Apalagi, data di kepolisian menyebutkan, saat ini jumlah kendaraan di Surabaya mencapai angka 4,5 juta atau tepatnya 4.521.629.

Dari jumlah itu, sepada motorlah yang paling dominan. Saat ini jumlah kendaraan roda dua di Surabaya mencapai 3.625.999. Sisanya merupakan kendaraan roda empat atau lebih. Total ada 915.630 kendaraan.

kepadatan-lalu-lintasyrhb.jpg

Foto: isitmewas

Jumlah kendaraan tersebut hampir mencapai dua kali lipat dari penduduk Surabaya. Sebab, saat ini penduduk Surabaya ’’hanya’’ 2.844.782 jiwa. ’’Artinya, hampir di semua rumah penduduk Surabaya, terdapat minimal dua kendaraan,’’ kata Raydian. Bisa jadi, di setiap rumah, terdapat dua motor atau satu motor dan satu mobil.

Dengan rata-rata pertambahan sebanyak itu, terbuka kemungkinan dalam lima tahun ke depan, jumlah kendaraan di Surabaya dua kali lipat lebih banyak daripada penduduk Surabaya. Hal tersebut terjadi lantaran saban tahun jumlah kendaraan di Surabaya bertambah lebih dari 209 ribu.

Fakta itu juga menunjukkan bahwa setiap tahun, jalanan Surabaya bakal semakin sesak dan sesak. Kemacetan akan menjadi semakin akrab dengan warga Surabaya. Apalagi, jalan-jalan di Surabaya tidak hanya menjadi arus lalu lintas kendaraan bernomor polisi Surabaya. Setiap hari ratusan kendaraan dari luar kota juga hilir mudik di jalanan Surabaya.

TIAP PAGI 200.000 KENDARAAN MASUK SURABAYA

Berdasar catatan kepolisian, setiap pagi kendaraan luar kota yang masuk ke Surabaya mencapai 200 ribu. Saat malam, jumlahnya lebih kecil. Tetapi, angka itu tetap tidak bisa dibilang sedikit.
Setiap malam, kendaraan nonnomor polisi Surabaya yang masuk ke kota metropolis tersebut berkisar 25 ribu. Paling banyak dari Sidoarjo. Situasi itu diyakini terjadi karena banyaknya pekerja di Surabaya yang memilih tinggal di Sidoarjo.

’’Dengan pertambahan dan arus lalu lintas dari luar kota seperti itu, masyarakat harus menyadari bahwa arus lalu lintas di jalanan Surabaya padat setiap hari. Jangan selalu menyalahkan polisi. Apalagi, pertumbuhan jalannya juga tidak sebanding,’’ ujar Raydian.

Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1997 itu tidak berarti hendak melempar tanggung jawab dengan kondisi kemacetan yang terjadi di Surabaya. Tetapi, polisi ingin masyarakat menyadari bahwa dengan pertambahan kendaraan yang sangat tinggi, wajar kalau jalanan di Surabaya menjadi macet setiap hari.

Polisi, jelas Raydian, terus berupaya membantu masyarakat agar tetap bisa menikmati perjalanan dengan lebih nyaman. ’’Dengan kondisi seperti ini, tentu tugas kami adalah membantu mengatur lalu lintas sebaik-baiknya untuk mengurai kemacetan. Karena itu, setiap hari petugas kami selalu mobile untuk membantu kelancaran masyarakat dalam berkendara,’’ papar Raydian.

Bukan hanya itu, polisi selalu melakukan pos awal pada pukul 05.30–08.30 dan pos akhir pada pukul 16.00–19.00 untuk mengatur lalu lintas di 138 titik. *

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda