Salah Kaprah, Kritik Sinis Kristiadi ke SBY

Foto dan ilustrasi: CoWasJP.com.

COWASJP.COMHARI Minggu kemarin lembaga survey dan konsultan SMRC melakukan diskusi survey dan proyeksi kepuasan rakyat terhadap pemerintahan Jokowi. 

Sangat mengejutkan pengamat CSIS J Kristiadi melakukan serangan justeru ke Presiden ke-6 RI SBY.  Pertama, Kristiadi menyebut Jokowi lebih baik dibandingkan SBY. Selama 10 tahun memerintah, SBY tidak berbuat apa-apa.

Kedua, Kristiadi menyebutkan Jokowi ngebut untuk pembangunan infrastruktur 2 tahun terakhir. Ini berbeda dengan SBY, katanya.

Ketiga, kata Kristiadi, SBY juga meninggalkan beban ke pemerintahan Jokowi dengan kasus Bank Century, Wisma Atlet, dll.  Terakhir, masih kata Kristiadi SBY tak mampu mengontrol kinerja Legislatif.

Berikut respon saya: 

1. Pernyataan J Kristiadi sungguh sangat menyesatkan. Di sampaikan di depan lembaga SMRC dan puluhan media, jelas kebohongan publik. Sangat disesalkan dan memalukan untuk kelas pengamat san peneliti politik senior seperti dia.

Silakan Kristiadi menyanjung Pak Jokowi, kami tak keberatan. Bagi kami sendiri, tak elok membanding-bandingkan kedua era pemimpin kita. Tantangan dan zaman nya pun berbeda.  Tapi mengatakan 10 tahun era SBY tak ber buat apa-apa, ini lebay dan harus diluruskan. Peneliti senior CSIS ironisnya malah bicara tanpa data. Kesannya asal bunyi saja Kristiadi.

Era SBY income per kapita tahun 2004 adalah USD 1188, dan tahun 2013 melonjak USD 3499.  Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi kita 6,23%, itu tertinggi kedua setelah Tiongkok. Lalu 
2013 sebesar 5,78%,  tertinggi kedua setelah G20. Tahun 2014 relatif stabil, 5,12%. 

Selama satu dasawarsa era SBY pembangunan infrastruktur juga pesat. Infrastruktur dasar meliputi jalan dan jembatan, lalu infrastruktur ketahanan pangan dan penyediaan air baku serta pemukiman, juga digenjot.

Selama era SBY 2004-2013 jalan nasional dipacu lajunya menjadi 38.570 km. Jalan strategis nasional baru, dibangun 11.577 km. Jumlah total peningkatan panjang jalan dan toll selama era SBY 135.445 km. Jadi jika dibilang Kristiadi SBY "ngga ngapa-ngapin", jelas tak berdasar. Boleh kritis tapi janganlah sinis.

titip-ramadhan-pohan7xJf8.jpg

Jembatan dari 256.264 m tahun 2004 menjadi 422.826 m di tahun 2013. Sangat signifikan, bukan? Itu termasuk Jembatan Kelok 9, Jembatan Suramadu, Jembatan Muara Sabak, Jembatan Merah Putih dll.

Tahun 2004-2013 pun dibangun 20 waduk, 412 embung dan jaringan irigasi 1,39 juta hektar. Jadi Kristiadi hanya sinis dan picisan saja. Kami tak anti kritik, Kristiadi hanya asal bunyi dan bohong.

Era SBY Investasi juga menaik tajam. Jika tahun 2004 di angka Rp 57 T,

Selama era SBY menjadi Rp 507 T tahun 2014. Begitu juga angka kemiskinan, ada perbaikan yang dilakukan. Jika tahun 2004 rakyat miskin 36,1 juta jiwa (16,6%), di era SBY jadi 28 juta jiwa (11,37 %). Lebih 8 juta jiwa rakyat kita dientaskan dari kemiskinan.

Begitu juga angka Pengangguran, dari 9,8% tahun 2004 ditekan menjadi 6,25% tahun  2013. Selama era SBY terdapat 12,30 juta lapangan kerja baru diciptakan, khusus sektor formal. 

Data di atas menjadi jelas. Sayang sekali, Kristiadi sama sekali tidak berbicara angka, bisanya kok hanya berburuk sangka dan syakwasangka saja.

Soal hubungan Eksekutif-Legislatif, Kristiadi pun naif sekali. Jika ia katakan SBY tak mampu mengkontrol kinerja Legislatif, jelas salah kaprah. Tak jelas maksud Kristiadi. Justru DPR RI yang mengawasi kinerja pemerintah, bukan dibalik. Kedua lembaga ini bekerja sama membikin UU dan membahas pembangunan supaya berguna bagi bangsa. 

Tudingan Kristiadi bahwa SBY meninggalkan beban ke Jokowi, seperti kasus Bank Century dan Wisma Atlet, ini juga salah kaprah. Posisi SBY dan Demokrat  adalah menjunjung supremasi hukum. Silakan semua kasus hukum kedua yang disebut itu di buka seterang-benderangnya termasuk juga BLBI, Trans Jakarta dll. Ini supaya tak ada fitnah bagi era Megawati, SBY, Jokowi atau siapa pun. 

Era SBY bukan berarti sempurna. Bukan. Di tengah kancah perjuangan, tak mungkin ada gading yang tak retak. Perlu penyempurnaan di sana-sini. Tapi menyebut SBY tak berbuat apa-apa, jelas itu sinis dan tak obyektif. Tidak proporsional tudingan itu. Menyesatkan. Berlebihan, too much.

SBY tak pernah menuding era Megawati, Gus Dur, BJ Habibie, Soeharto dan Bung Karno. Pembangunan adalah berkelanjutan, saling melengkapi dan menguatkan dari era yang ada dengan sebelum-sebelumnya. Itu etikanya. Pengamat independen sejatinya juga demikian. Jika tidak, jadinya abal-abal saja. (*)

Baca juga berita-berita lainnya. Klik Di SINI

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda