Keliru Lipat Parasut Peterjun Bisa Mati

Peterjun sedang loncat dari pesawat. (M.Nasaruddin/CoWasJP.com)

COWASJP.COM – ockquote>

C a T a T a N: M Nasaruddin Ismaik

----------------------------------------------------

LAGI lagi prajurit TNI Angkata Udara kecelakaan. Kalau di Medan pesawat Herkules yang jatuh, di Malang, juga pesawat jatuh tertimpa rumah warga.

Yang paling anyer dua prajurut meninggal saat gladi demo terjun bebas di Halim Perdanakusuma. Dalam sejarah TNI, jarang dua peterjun yang meninggal dua orang sekaligus, dalam demo terjun.

Lepas dari soal takdir, kalau peterjun payungnya tidak bisa berkembang dengan sempurna, faktor manusianya lebih besar. Yaitu, ketika dia menggulung payungnya yang kurang sempurna.

Sebab, yang gulungkan parasud itu, adalah masing-masing prajurit itu sendiri. Prajurit tidak boleh menyuruh orang lain untuk melipad parasudnya, karena menyangkut nyawa.

Kalau payung utama tidak bisa berkembang baik, peterjun bisa menarik payung cadangan. Biasanya, setelah payung cadangan ini berkembang sempurna, payung utama bisa digulung kembali, agar memudahkan pengendaliam saat landing.

terjun-satumaUsT.jpg

Foto: M. Nasaruddin CoWasJP.com

Dan ini sering dilakukan oleh peterjun bebas.  Syaratnya tidak grogi. Sebab itulah, terjun bebas dilakukan pada ketinggian tertentu. Sehingga ada kesempatan untuk melakukan upaya, bila terjadi masalah.

Begitu meloncat dari pesawat dia menghitung, 1-2-3-4-5-6 dan seterusnya,  kunci payungnya harus ditarik. 

Ada lagi yang jatuh saat mendarat. Untuk mendarat, payung bisa direm, agar bisa pelan-pelan. Yang sudah mahir, jatuhnya akan pelan-pelan dan hanya kaki yang sentuh tanah, dan langsung berdiri.

terjun-duacuEbY.jpg

Terjun bebas Hari TNI di Surabaya (m.nasaruddin/CoWasJP.com)

Beda dengan terjun tempur yang payungnya bundar utu. Begitu keluar dari pasawat, payunya langsung berkembang. Sebab, kunci payungnya dicantolkan pada kawat  yang ada di dalam pesawat. Biasanya instruktur yang mendorong tubuh nereja. Pada umumnya, saat loncat, peterjun ada rasa ketakutan.

Tapi, karena didorong dari belakang, tidak ada alasan lagi baginya untuk tidak berani meloncat.
Untuk menghilangkan rasa takut, dia berteriak "komandooooooo" sekeras-kerasnya. Dan untuk mengusir rasa was-was, di dalam pesawat mereka menyanyikan lagu-lagu yang heroik. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda