Catatan Politik Arif Afandi (4)

Cak Imin, Berkah Warisan Gus Dur

Foto dan Ilsutrasi: CoWasjp.com

COWASJP.COMSIAPA Ketua Umum Partai Politik peserta pemilu termuda sekarang? Jawabnya adalah A. Muhaimin Iskandar. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mulai memegang kendali penuh partai sejak 2009 lalu. Saat itu, ia masih berusia 42 tahun.

Di usai yang masih muda itu pula, ia memegang jabatan publik sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelumnya, ia menjadi Wakil Ketua DPR RI dua periode, 1999-2004 dan 2004-2009.

Baca Berita Terkai Sebelumnya: Mega, Sosok Personifikasi PDI Perjuangan​

Cukup? Belum. Partai yang dipimpinnya tidak hanya menjadi bagian pemerintahan SBY. Dalam pemerintahan Joko Widodo, ia berhasil menempatkan empat kadernya di Kabinet Kerja. Ini mengalahkan jumlah menteri yang berasal dari PDI Perjuangan, partai pemenang pemilu dan pengusung presiden.

Sepintas orang pasti tidak mengira Cak Imin –demikian ia biasa dipanggil—punya pengaruh besar di negeri ini. Secara fisik, tubuhnya pendek. Tidak gagah. Wajahnya imut-imut. Retorikanya tak menggelegar seperti umumnya pimpinan partai politik.

Namun, perjalanan karir politiknya ke puncak sangat mengesankan. Sempat menjadi Sekjen sejak partai didirikan KH Abdurrahman Wahid, ia pun melenggang menjadi pewaris sah kepemimpinan partai itu sampai dua periode. Bahkan, untuk kali kedua, ia terpilih secara aklamasi.

Baca Berita Terkait Sebelumnya: SBY, Bisakah Bikin PD Kembali Pede?

Saya menjadi teringat pernyataan mantan Walikota Surabaya yang kini menjadi salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan Bambang Dwi Hartono. Dia bilang bahwa pada umumnya orang yang badannya pendek itu cerdik. ‘’Sebab, jarak antara otak dan hati tak terlalu jauh,’’ katanya suatu ketika.

bos-arif-cak-iminPxTzL.jpg

Politisi cerdik. Ya. Itu julukan paling cocok untuk dilekatkan pada diri Cak Imin. Cerdik seperti kancil dalam dongeng sewaktu kecil. Piawai dalam berpolitik. Banyak akal. Lincah dalam memilih mitra koalisi.

Lihatlah saat dia berhasil memanfaatkan raja dangdut Rhoma Irama dalam pemilu 2014. Ia gandeng penyanyi dengan jutaan penggemar itu untuk mendulang suara selama masa kampanye. Janjinya dia akan diusung menjadi calon presiden. Rhoma berkeliling bersama grup Soneta ke pelosok penjuru nusantara. 

Baca Berita Terkait Sebelumnya: Akbar, Politisi Tak Pernah Mati

Bang Rhoma pun penuh semangat. Berteriak agar penggemarnya mencoblos PKB. Tapi saat pencalonan presiden berlangsung, Cak Imin berhasil berkelit. Rhoma ditinggalkan. Ia dan partainya ikut mengusung Jokowi-JK dan menang. 

Partai berlambang bumi dan bintang sembilan itu mendulang peningkatan suara secara signifikan. Sedangan pelantun lagu Menunggu dan Begadang itu meradang karena merasa ditinggalkan. Tidak mau dikadali lagi politisi lain, Rhoma kini mendirikan Partai Idaman.

Sejak kapan Cak Imin punya kecerdikan politik seperti itu? Saya nggak tahu pasti. Yang jelas, ia mulai mengasah kemampuan organisasi dan naluri politiknya sejak mahasiswa. Ia berkiprah melalui Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Kecerdikan dan keberanian Cak Imin teruji saat dia mendirikan PMII Komisariat UGM. Sebelumnya tidak ada yang berani mendirikan PMII di kampus yang menjadi kandang GMNI dan HMI itu. Kalau ada mahasiswa NU di universitas itu ingin aktif di PMII, maka harus bergabung di PMII IAIN Sunan Kalijogo (kini UIN).

Saat mendirikan PMII di UGM, buyut salah satu pendiri NU KH A. Bisri Syamsuri ini menjadi mahasiswa Jurusan Sosiatri, Fisipol UGM. Ia seangkatan dengan Priyo Budi Santosa, salah satu tokoh Golkar yang besar dari jalur ICMI atau geng BJ Habibie.

Modal itu yang kemudian mengantarkan Cak Imin menjadi Ketua Umum PB PMII. Bagi saya, keberanian Cak Imin mendirikan PMII di UGM itu merupakan tonggak sejarah dalam karir politik berikutnya. Ini adalah awal dia membangun akar-akar politiknya saat ini.

Sebelum menekuni karir politik, ia sempat bergabung dengan Tabloid Detik yang didirikan Eros Djarot. Di media yang dibreidel pemerintahan Soeharto itu, ia bersama Saifullah Yusuf, sesama keponakan Gus Dur, yang kelak selalu berseberangan dalam politik. 

Gus Dur, pendiri PKB yang juga Presiden RI ke-4, tampaknya mendidik Cak Imin dan Gus Ipul --begitu biasanya Saifullah Yusuf dipanggil-- dalam jalur berbeda. Cak Imin digembleng Gus Dur melalui PKB. Sedangkan Gus Ipul dititipkan ke Megawati Soekarnoputri di PDI Perjuangan paska reformasi.

‘’Muhaimin memang digadang-gadang Gus Dur sejak lama untuk memimpin PKB,’’ kata mantan Juru Bicara Presiden Gus Dur, Yahya Cholil Staquf. Selain sempat dikader langsung pamannya selepas lulus kuliah, ia banyak diajari Gus Dur mengenai berbagai strategi politik.

Meski demikian, bukan politik jika perjalanan karirnya terlalu mulus. Untuk mencapai puncak, Cak Imin harus memalui ujian dari berbagai konflik internal di PKB. Ia sempat menjalani ganjalan, hambatan, dan menghadapi batu terjal untuk mencapai posisi politiknya yang sekarang.

GUS-IFUL0FZfC.jpg

Foto: kabargress

Ia sempat tersingkir dari posisi strategisnya sebagai sekretaris jenderal partai dalam Muktamar Luar Biasa (MLB) PKB Yogyakarta. Saat itu, terpilih Ketua Umum DPP PKB Alwi Sihab dan Saifullah Yusuf sebagai Sekjen. Itu terjadi di tahun 2004.

Mulai saat itulah, ujian terhadap karir politik Cak Imin bermula. Sebab, tidak begitu lama konflik di dalam PKB mulai menggelegak. Para pendukung partai berbasis pesantren tersebut terbelah. Demikian juga massa pendukung. Saling berebut pengaruh kiai mulai terjadi.

Sampai pada masanya, kepemimpinan Alwi tumbang. Gus Ipul  juga direposisi jabatannya sebagai Sekjen. Ia digantikan lagi oleh Cak Imin. Gus Ipul tak hanya kehilangan jabatan Sekjen di PKB. Ia harus merelakan direshuffle dari jabatanya sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal.

Dalam Muktamar PKB di Semarang setahun setelah MLB Yogja, Cak Imin terpilih menjadi Ketua Umum DPP PKB. Ini terjadi karena Gus Dur memberikan sinyal berada di balik Cak Imin. Dalam muktamar tersebut, Gus Dur ditetapkan menjadi Ketua Dewan Syuro.

Paska MLB Yogya, memang konflik terjadi antara kubu Cak Imn dengan kubu Alwi Shihab. Yang disebut kedua mendapat dukungan Ketua DPW PKB Jatim Choirul Anam dan para kiai langitan. Perlawanan kubu Alwi ini mental.

Perlawanan terhadap Cak Imin belum berhenti. Konflik tersebut kemudian merembet kepengadilan. Keputusan Muktamar Semarang digugat. Tapi, sampai di tingkat Mahkamah Agung, perlawanan kembali mental. Kepengurusan kubu Gus Dur-Cak Imin yang disahkan.

Selesai? Belum. Konflik masih terus berlanjut. Kali ini bukan antara Cak Imin dan Alwi, tapi Cak Imin dan Gus Dur. ‘’Pertengkaran’’ antara paman dan keponakan di PKB ini terjadi tahun 2008, saat-saat persiapan menghadapi Pemilu 2009. Pemicunya adalah pemecatan Cak Imin sebagai Ketua Dewan Tanfidz PKB oleh Ketua Dewan Syuro Gus Dur.

Diberhentikan tanpa melalui proses muktamar, Cak Imin melawan. Ia menggugat ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas pemecatan dirinya. Gugatan ini didukung dengan gugatan Sekjen PKB Lukman Edy yang juga dipecat pendiri PKB yang juga Presiden RI di awal era reformasi ini.

Di luar perlawanan hukum, juga terjadi perlawanan politik. Setelah PKB kubu Gus Dur menggelar MLB di Parung, Bogor dan memilih Ali Masykur Musa menjadi Ketua Dewan Tanfidz, kubu Cak Imin menggelar MLB juga di Ancol. Hasilnya terpilih Muhaimin sebagai Ketua Tanfidz, Lukman Edy sebagai Sekjen, dan KH Azis Mansyur sebagai Ketua Dewan Syuro.

Kepengurusan ganda ini berlangsung sampai dengan masa tahapan Pemilu 2009. Bahkan sempat ada peristiwa lucu. Dalam undian nomor urut peserta pemilu, kedua kubu hadir. Kubu Gus Dur diwakili putrinya Yenny Wahid, sedangkan Kubu Cak Imin di hadir sendiri. Keduanya sempat rebutan kertas nomor urut, meski kemudian kertas hasil undian itu diangkat bersama-sama.

cak-imin-dan-yennyGP3O.jpg

Foto: tempo

Singkatnya, perjalanan Cak Imin membangun kekuasaan di PKB yang sangat besar sekarang ini penuh liku dan ganjalan. Bahkan, ia harus berkonflik dengan sepupunya dam pamannya sendiri yang membesarkan serta mendidiknya sebagai politisi. Cak Imin lolos dari berbagai ganjalan dan jebakan itu.

Kini, Cak Imin seakan mendapat berkah dari warisan politik Gus Dur. Jadi penguasa utama partai yang didirikan salah satu bapak bangsa ini.

Mampukah ia terus bertahan menjadi tokoh sentral PKB mendatang? Yang jelas, ia telah memegang kendali penuh partai tersebut. Pekerjaan rumahnya kini bagaimana menjadikan PKB tidak hanya bersandar dan bergantung kepada NU. Tapi juga menjadi partai besar yang mandiri. *)   

Baca Juga Berita-berita Lainnya di CoWasjp.com. Klik Di Sini

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda