Sensasi Motret dan Mancing

Penulis (Arif Afandi) juga sebagai Ketua CowasJP saat mengisi liburannya dengan memancing. (Foto: cowasjp.com).

COWASJP.COM – ockquote>

C a T a T a N: Arif Afandi

---------------------------------

MENCARI hobi! Ini yang sedang saya cari dalam lima tahun terakhir. Aneh? Memang. Biasanya, hobi merupakan kesenangan hidup yang terbina sejak kecil. Suatu kegiatan yang menjadi klangenan. Bukan untuk pekerjaan. Meski banyak juga hobi yang kemudian menjadi bisnis atau lahan usaha.

Saya selalu iri melihat orang bahagia dengan hobinya. Mulai dari hobi pecinta alam sampai dengan hobi bersepeda. Dari hobi memelihara burung sampai dugem. Penghobi ala kadarnya sampai dengan yang maniak. Bahkan ada penghobi yang membelanjakan puluhan miliar rupiah. Memang butuh biaya untuk memenuhi klangenan. 

Karena hobi itu klangenan, maka tidak semua orang bisa merawatnya. Salah satunya saya. Sampai usia masuk kepala lima, saya tak pernah menekuni hobi. Itu terjadi karena waktu luang yang terbatas. Sejak mahasiswa sudah harus kerja. Itu terjadi bertahun lamanya. Sampai kuliah pun disebut sebagai hobi karena tidak tuntas-tuntas alias gak lulus-lulus. Nama kerennya mahasiswa abadi.

Maka ketika sudah mulai punya waktu senggang, barulah berusaha menggali hobi. Pertama dengan menekuni dunia fotografi. "Masak 14 tahun jadi wartawan gak pernah serius motret. Saatnya belajar fotografi untuk mengasah naluri berkeindahan," batinku. Karena niatnya membangun klangenan, cara terbaik ikut komunitas fotografi. 

Bergabunglah saya ke komunitas Gumbira Selalu (GS). Ini komunitas egaliter. Anggotanya mulai pemula sampai profesional. Visinya hampir mirip dengan CoWasJP: seduluran alias persaudaraan. Kalau bikin gathering tidak pernah di tempat mewah. Paling-paling tempatnya Mepet Sawah (dekat sawah) Menginap di rumah anggota di desa maupun di kota. 

Saat gathering, yang sudah profesional berbagi ilmu kepada pemula. Secara bergantian. Gathering biasanya digelar setahun sekali. Tempatnya bergantian di berbagai kota. Di sela-sela itu, sering juga kumpul-kumpul untuk yang aliran selaw, punya waktu senggang. Anggotanya mulai seniman kenamaan seperti Jadug Ferianto sampai perwira menengah Mabes TNI. Ada juga pengusaha dan pengacara (pengangguran banyak acara).

memotretlpYBN.jpg

Penulis juga mencoba untuk jadi fotographer profesional. (Foto: cowasjo.com)

Asyik! Ya kalau dinikmati. Memotret ternyata bukan hanha soal kemampuan teknis. Ada gabungan berbagai faktor untuk menghasilkan hasil yang bagus. Selain kemampuan teknis, perlu momentum dan mood. Pilihan spot juga penting. Misalnya, memotret petir atau halilintar. Butuh moment karena tidak setiap saat ada petir. Butuh kemampuan teknis agar bisa menangkap keindahan petir melalui kamera. Sensasi menunggu moment dan menyesesuaikan dengan hal-hal teknis inilah yang menyenangkan. Kita bisa teriak hesteris ketika mendapat gambar yang diinginkan.

Sensasi sama bisa dirasakan ketika memancing. Stick atau joran bisa didapat di mana-mana. Pingin yang murah atau yang mahal sudah tersedia. Tapi apakah stick yg mahal menjamin cepat dapat ikan? Belum. Butuh naluri mencari tempat ikan berkeliaran. Juga butuh kesabaran menunggu ikan merespon umpan. "Cepat dapat dan tidaknya ikan tergantung amal baik kita," joke diantara para penghobi mancing. 

Menunggu moment ikan memakan umpan sama eksotisnya saat menunggu moment fotografi yang istimewa. Jika memancing sensasi terasa puncak saat memutar rel stick menarik ikan. Makin berat tarikannya makin besar sensasinya. Sedangkan sensasi memotret ketika kita mendapatkan cuaca dan obyek yang kita impikan. Kemudian kita berhasil mengambil gambar dalam moment puncaknya. Inilah dua hobi yang menghasilkan sensasi prima.

Nggak percaya? Monggo dicoba saja!

(@arifafandi05)

motret-dan-kolamSbw6O.jpg

Udara yang segar...(Foto-foto: cowasjp.com)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda