Ekspedisi Batin (15): Mencangkul Langit, Memurnikan Energi Spiritual

Photo: Bing AI/Indonesia AI Academy

COWASJP.COMSORE di Masjid Ampel Surabaya. Suasana menjelang malam 16 Ramadan ini cukup ramai. Lebih khusus makam Sunan Ampel di kompleks masjid.

Bagi para penikmat energi spiritual, berburu energi menjadi habit yang mengasyikkan. Kebiasaan ini terjadi dalam berbagai tipe orang. 

Para kultivator melakukan kultivasi (meditasi) di tempat yang kental dengan energi spiritual. Biasanya di gunung-gunung yang kaya akan energi alami. Di tempat ini orang biasa mungkin hanya bisa merasakan udara segar dan murni. Namun bagi para kultivator, tempat seperti ini menjadi lokasi yang mampu meningkatkan hasil kultivasinya ke level lebih tinggi.

Mereka merasakan, menyerap, lalu memurnikan energi kental itu menjadi energi spiritual yang mampu meledakkan potensi dalam tubuh fisik dan non fisiknya.  

Seirama dengan lokasi kentalnya energi spiritual ini, tradisi ziarah ke makam-makam wali, yang sering dilakukan dalam tradisi nahdliyin, sesungguhnya juga - bisa dibilang- mencari energi spiritual yang kental. Tempat yang sangat enak dan mudah mencari titik temu dengan Yang Maha Kuasa. Saat titik itu sudah ketemu, berikutnya mencangkul langit dengan doa. 

BACA JUGA: Ekspedisi Batin (14): Mining Frekuensi Allah​

Indahnya suasana ini sering dialami para "sarkub" di kalangan "aktivis" ziarah makam wali nahdliyin. Di mana, sejumlah makam seolah memiliki magnet spiritual yang lebih kuat untuk menemukan frekuensi Allah.

Di sini, ruh keagamaan tak cuma sekadar nuansa, tapi sebuah aliran energi spiritual yang bisa dirasakan dan dihirup hingga menembus pori.

Di tempat-tempat suci ini, terjadi pertautan antara langit dan bumi. Tautan di mana frekuensi spiritual manusia dan Allah seakan berdansa dalam harmoni. 

BACA JUGA: Ekspedisi Batin (13): Meng-install Allah di Hati​

Dalam pengalaman nyata, semisal di tengah energi Ka'bah saat kita thawaf di Makkah, pusaran energi spiritualnya benar-benar mampu   menarik hati muslim untuk kembali ke titik pusat iman. Di sana, jiwa merasa dipanggil, hati bergetar, seolah-olah frekuensi spiritualnya disetel ulang. Bersih dari gangguan, murni dan siap terhubung dengan Ilahi.

Lalu, di Raudhah di Masjid Nabawi, dengan karpet hijaunya yang merekah, serasa mengalirkan energi kasih dan ketenangan. Menginjakkan kaki di sana, seolah-olah berada dalam pelukan kasih Sayyidina Rasulullah Muhammad SAW. Di mana doa dan munajat terasa lebih dekat ke langit, lalu tersampaikan langsung ke Sang Khalik.

Di tempat-tempat itu, pertautan frekuensi ini bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Seperti halnya alat musik yang perlu dikonstruksi, begitu juga hati manusia. Ia  perlu dipersiapkan, dibersihkan dari debu dunia, agar bisa bergetar dalam irama yang serasi dengan nada-nada surgawi. 

BACA JUGA: Ekspedisi Batin (12): Melejitkan Rasa Syukur​

Mengapa? Energi spiritual yang tinggi dari tempat-tempat khusus ini bukanlah jimat ajaib yang secara otomatis menghubungkan manusia dengan Allah. Di sini merupakan lokasi undangan untuk menyelaraskan diri, memurnikan niat, mengosongkan hati dari kekacauan duniawi, dan mengisinya dengan keheningan yang mendalam.

Maka, menyelaraskan frekuensi dengan Allah membutuhkan usaha spiritual yang intens. Di dalam keheningan ziarah makam wali, dalam setiap langkah thawaf Ka'bah, dalam tiap detik berdoa di Raudhah, ada peluang emas untuk menempa jiwa, mengikis lapisan karat ego, dan menyingkap tabir ilahi yang menutupi hati.

BACA JUGA: Ekspedisi Batin (11): Menanam Koding Ramadan dalam Jiwa​

Proses penyelarasan ini adalah perjalanan mendalam ke dalam diri sendiri. Penjelajahan ruang-ruang tersembunyi dalam hati. Perjalanan di amna setiap sudutnya berbisik rahasia tentang hubungan abadi dengan Sang Pencipta. Di tempat-tempat suci, di mana bumi dan langit bertemu, manusia diajak untuk menemukan frekuensi dirinya yang paling suci. Lalu mengalunkannya dalam simfoni doa yang merdu, mencangkulkan doa di langit, sehingga langit pun tergerak untuk menjawab.

Melalui ziarah dan munajat di tempat-tempat energi spiritual tinggi, kita tidak hanya mencari kesempatan untuk doa terkabul.  Lebih dari itu. Kita juga berusaha menemukan kesucian frekuensi yang menyatukan dirinya dengan Allah Yang Maha Tinggi. Menggapai inti dari setiap doa dan ibadah yang sesungguhnya. Doa yang bukan semata-mata meminta dan mengharap terkabul, namun menyatu dalam kesadaran dan keberadaan yang lebih tinggi. Wallahu a'lam bish shawab. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda